"Tae... Sebenarnya, gue udah lama suka sama lo. Lo mungkin kaget gue ngomong kayak gini, tapi gue nggak becanda kayak yang biasa gue lakuin. Kali ini gue serius. Gue harap lo bisa ngerti, atau bahkan membalas perasaan gue."
Hening sejenak.
"Gimana?"
Jennie tampak ragu. "Apa terlalu straightforward, ya? Soalnya gue rada geli dengarnya."
"Tuh, kan bener! Gue juga ngerasa kayak gitu," balas Jisoo. "Taeyong pasti ketawa terbahak-bahak kalo gue ngomong kayak gitu ke dia."
"Iya, soalnya kalian temenan udah lama banget. Makanya kedengaran cheesy," Jennie mengiyakan.
Jisoo kemudian membanting tubuhnya di kasur Jennie.
"Oh, iya. Tadi kata Kai, Sehun nanya ke dia kenal sama lo apa nggak," Jennie memberitahu.
Jisoo mendelik. "Sehun?"
"Iyaaa..."
"Mungkin ngerasa nggak enak karena dia ngelempar bola ke arah gue."
"Hmm... Bisa juga, sih."
"Ya kali, tipe kayak dia nanyain gue. Taeyong aja ngejar yang kayak Irene, apalagi dia."
"Gue emang suka banget liat gaya lo. Mau cowok kayak gimanapun yang berinteraksi sama lo, lo sama sekali nggak baper ke mereka," puji Jennie.
"Karena hati gue cuma buat Taeyong," Jisoo memberi alasan.
"Lo nggak mau sama cowok lain aja?" tanya Jennie serius.
Jisoo diam seraya mikir. "Kadang ada keinginan nyari yang lain. Tapi tiap gue liat Taeyong, rasanya gue nggak bisa berpindah hati dari dia."
"First crush sih, ya."
Keinginan Jisoo sebenarnya nggak muluk-muluk. Asal Taeyong nerima perasaan dia aja, itu udah lebih dari cukup buat dia.
...
"Lo ikut olimpiade Fisika, ya Hun?"
"Hm."
"Kok kita pada dipisah semua, ya. Kenapa nggak jadi satu tim kayak olimpiade-olimpiade sebelumnya?"
"Entah."
"Padahal kalo satu tim kita jadi lebih kuat, ya kan?"
"Hm."
Irene nyerah buat nanyain Sehun dan milih lanjutin baca bukunya. Ngomong sama Sehun hampir imbang ngomong sama pohon. Tapi yang ini pohonnya bisa nyahut dikit-dikit.
Sehun emang dingin banget jadi manusia. Circle pertemanannya aja cuma sekitaran temen olimpiade dan temen main basket. Itu juga nggak banyak ngomong, kalo ada perlunya aja. Dan saat ini, Sehun nggak sedang perlu apa-apa sama Irene. Jadi ya, ngapain ngobrol. Begitulah mindset-nya Sehun.
Dia baru aja mau berdiri buat cari buku yang lain pas matanya menangkap sosok Jisoo yang sedang jinjit-jinjit buat meraih buku di rak yang agak tinggi. Sehun nggak jadi bangkit dan milih buat merhatiin cewek yang akhirnya berhasil mengambil buku yang dia maksud.
Kimia Kuantum.
Setau Sehun, guru Kimia kelasnya dengan kelas Jinwoo sama. Mereka emang lagi ada pe-er yang cukup sulit buat dikerjain, which is sama Sehun tetap mudah untuk diselesaikan.
Bener kata Jinwoo. Jisoo adalah orang yang kesusahan kalo lagi mengerjakan pe-er. Kerutan di dahinya terlihat cukup jelas dari jarak yang agak jauh. Belum lagi bibirnya yang cemberut pas baca buku yang sama tebalnya dengan kamus Bahasa Inggris itu. Pena di tangannya nggak juga bergerak padahal dia udah ancang-ancang mau nulis dari tadi. Entah kenapa, ini jadi hiburan tersendiri buat Sehun.
"Ngeliatin apa?" tanya Irene yang heran liat Sehun berhenti baca.
"Bukan apa-apa," jawab Sehun tanpa mengalihkan pandangan.
Apalagi pas Jisoo garuk-garuk kepala karena kebingungan, bikin Sehun hampir aja melepaskan tawa. Tapi bukan Sehun namanya kalo nggak tetap jaga imej.
"Gue mau ke kantin, nih. Lo mau ikut?" ajak Irene.
"Nggak."
Sebenarnya Irene cukup kesal karena respon Sehun yang selalu datar. Tapi dia tetap aja nggak kapok-kapok buat ngajak Sehun ngobrol terus.
"Ya udah," katanya kemudian meninggalkan Sehun.
BUKK!!!
Satu perpustakaan terkejut pas dengar suara buku jatuh. Buku yang jatuh emang cuma satu, sih. Tapi karena suasana perpustakaan yang cukup hening, jadinya serasa kayak dengar bom nuklir meledak.
Jisoo melihat ke belakang dan menemukan petugas perpustakaan sedang kepayahan nyusunin buku-buku ke dalam rak sampai akhirnya nggak sengaja menjatuhkan sebuah buku. Dia langsung menggeser kursi dan berdiri lalu menghampiri si petugas perpustakaan untuk kemudian menawarkan bantuan.
Lagi-lagi, Sehun merasa amaze. Dia jadi tertarik buat ngebantuin juga. Maka di sinilah dia sekarang, sedang berada di dekat petugas perpustakaan dan juga Jisoo.
"Wah, Sehun. Pas banget! Kamu kan tinggi, nih. Jadi tolong letakin buku-buku ini di rak paling atas ya," pinta si petugas perpustakaan yang diiyakan oleh Sehun.
Jisoo bantu memegangi buku-buku yang mau disusun sama Sehun ke dalam rak. Pas ngambil buku yang diulurkan sama Jisoo, nggak sengaja tangan mereka bersentuhan. Nggak tau darimana datangnya, kayak ada aliran listrik mengalir di dalam tubuh Sehun. Jantungnya mendadak berdebar. Dia sampe nggak berani buat natap Jisoo pas ngambil buku berikutnya.
"Udah abis," kata Jisoo.
Sehun malah cengo mandangin Jisoo. Dari jarak sedekat ini, Jisoo keliatan flawless banget! Wajahnya nggak pake bedak apapun. Dia cuma pake sedikit lipgloss di bibirnya. Sehun langsung mengalihkan pandangan karena takut mandangin yang lain-lain selain wajah dan bibir Jisoo. Dia megang dadanya, jantungnya masih juga deg-degan.
"Makasih, ya," ucap si petugas perpustakaan.
Setelah mengangguk sambil senyum, Jisoo langsung ngacir dan balik ke kursinya.
Dalam hati Sehun ngomong, "Itu tadi apa?" Dia kemudian ikutan balik dan pas lewat di dekat Jisoo, Sehun liat buku tulisnya masih kosong. Belum ada jawaban apapun.
Sehun berhenti melangkah sejenak, lalu entah mengapa dia malah narik kursi di depan Jisoo dan bikin cewek itu kaget. Baru aja Jisoo pengen nanya Sehun mau ngapain, eh buku tulisnya udah diambil sama Sehun.
"Cara ngerjainnya gini."
Sehun memulai penjelasannya seraya mencoret-coret buku Jisoo. Jisoo langsung bengong karena kekagumannya melihat cowok di depannya ngerjain soal-soal Kimia tersebut tanpa susah payah.
"Jangan terfokus sama rumus, Kimia itu perlu improvisasi dalam pengerjaannya. Pahami soalnya, cari soal-soal lain yang mirip dan pelajari gimana penyelesaiannya. Contohnya gini," Sehun membuka buku yang sebelumnya Jisoo ambil dan cari soal yang mirip dengan yang sedang dikerjakan. Dia kemudian menjelaskan sedetail-detailnya, berharap Jisoo bisa paham.
"Ngerti?" tanya Sehun.
Jisoo natap Sehun dengan sendu kemudian menggelengkan kepalanya. Sehun cuma bisa menghela nafas. Emang nggak bisa sih, ngajarin beginian cuma sekali. Sedangkan guru yang masuk tiap pekan aja belum tentu berhasil.
"Ya udah, yang penting pe-er kali ini selesai."
Sehun kemudian berdiri dan ninggalin Jisoo. Karena masih bengong, Jisoo sampe lupa ngucapin makasih. Gitu Sehun keluar dari perpustakaan dia baru tersadar lalu menepuk jidatnya. Wajah Jisoo kemudian meringis karena pasti keliatan bodoh banget di depan Sehun.
Jisoo cuma nggak tau, kalo Sehun justru senyum-senyum setelah bantuin dia ngerjain pe-ernya.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/203582067-288-k448948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Little Thing Called Love | HunSooxTaeSoo
Teen FictionJisoo sudah lama sekali memendam perasaan pada Taeyong, sang Casanova sekolah yang sudah ia kenal sejak masih SD. Ketika Jisoo sudah mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya, Sehun sang juara umum sekolah tiba-tiba muncul dan sering bera...