SEBELAS

2.1K 348 22
                                    

Langit yang awalnya terang benderang mendadak jadi mendung. Rintik-rintik hujan mulai turun, meninggalkan titik-titik jejak di halaman sekolah yang beralaskan semen. Suara tabrakan air dengan genteng mulai mendominasi.

Dan akhirnya, suara itu menggantikan keheningan yang Sehun rasain saat mengekori Jisoo yang sedang berjalan kembali menuju kelasnya.

Jisoo mengurungkan niat pergi ke perpustakaan setelah perdebatan sengit antara Sehun dan Taeyong terjadi. Ia memilih untuk kembali ke kelas aja, berharap kedua laki-laki itu bubar dan menghentikan adu pengetahuan mereka mengenai Jisoo. Taeyong memang pergi, berbeda dengan Sehun yang bergeming di tempatnya. Jisoo nggak mengatakan apa-apa. Dia berbalik lalu melangkah pergi tanpa tau kalau ternyata Sehun mengikuti di belakangnya.

Sehun merasa kasian, nggak tau kenapa. Pasti Jisoo sedang merenungi kejadian barusan. Kejadian di mana Taeyong, yang notabene udah cewek itu sukai dari SD, ternyata nggak tau apa-apa tentang dirinya. Padahal mereka udah berteman selama itu. Kayaknya gara-gara itu dia jadi nggak mood lanjutin langkahnya ke perpustakaan.

Sehun cuma nggak tau aja, kalau pemikirannya itu salah. Justru sekarang Jisoo lagi senyum-senyum mengingat kejadian tadi. Kok bisa sih, Sehun ingat semua isi percakapan mereka? Dia kira Sehun tuh cuma sekadar ngajak ngobrol biasa. Tapi bahkan nama anjing piaraannya pun Sehun bisa tau. Padahal waktu mereka video call-an, Dalgom tiba-tiba aja muncul dan ngusel di pangkuannya Jisoo.

“Lucu banget! Anjing piaraan lo?” tanya Sehun.

“Iya, kesayangan gue ini!” jawab Jisoo gemas sambil mencium-cium anjingnya.

“Namanya siapa?” tanya Sehun lagi.

“Dalgom.”

Percakapan itu kembali terngiang di benak Jisoo. Seingatnya cuma sekali itu aja dia nyebutin nama anjingnya di depan Sehun, tapi cowok itu kok bisa tetap ingat, ya? Jisoo kembali senyam-senyum.

Tepat sebelum masuk ke kelasnya, Jisoo baru sadar kalau Sehun lagi jalan di belakangnya.

“Loh, Hun?” tanya Jisoo heran.

Sehun nggak ngomong apa-apa. Dia cuma senyum lalu mengacak pelan rambut Jisoo sebelum beranjak menuju kelasnya sendiri.

Blush!

Rona merah menjalar cepat di pipi putih Jisoo.

“Ciye ciyeee...” goda Jennie yang melihat Jisoo bergeming gara-gara sentuhan ringan dari Sehun di kepalanya.

“Jen...” panggil Jisoo pelan.

“Hmm... Kenapa, Jis?”

“Lo kalo digituin sama Kai deg-degan, nggak?”

“Ya deg-degan, dong. Apalagi pas baru-baru jadian,” jawab Jennie.

“Berarti normal dong, ya?”

“Ya, iyalah! Udah yuk, masuk. Bentar lagi jam istirahat abis,” ajak Jennie sambil narik lengan Jisoo.

Sebenarnya Jennie masih pengen mengghibahin Sehun, tapi dia tau waktunya belum pas. Mereka masih baru banget PDKT, kalaupun bisa disebut  begitu. Jadi mending kasih waktu aja dulu sampai udah banyak yang bisa diceritain sama Jisoo.

Ternyata, ada beberapa orang yang nggak suka melihat kedekatan Sehun sama Jisoo. Boro-boro kepala disentuh, disenyumin sama Sehun aja nggak pernah. Eh, ini cewek udah dapat senyuman dari Sehun, rambutnya diacak-acak pelan pula! Siapa sih, cewek ini? Kok berani banget deketin Sehun.

Sepulang sekolah, kayak biasa Jennie dianter sama Kai. Kebetulan mereka udah baikan, jadinya rutinitas Jennie kembali ke seputaran Kai. Jisoo juga niatnya mau pergi ke tempat les. Tapi dia mampir dulu ke toilet karena kebelet.

Gitu mau keluar, pintu bilik toilet nggak bisa dibuka.

“Loh, kenapa nih?” gumam Jisoo bingung.

Tiba-tiba air muncul dari atas bilik toilet dan mengguyur Jisoo. Jisoo kalap karena kaget, semua bajunya basah kuyup. Dia kemudian dengar suara timba dilempar ke lantai.

“Eh, cewek gatel! Kalo lo masih berani deket-deket sama Sehun, kita bakalan ngerjain lo lebih parah dari ini. Ngerti?” teriak seseorang dari luar.

Jisoo nggak kenal suaranya. Yang ngomong cuma satu orang, tapi dia menyebutkan 'kita'. Berarti ada lebih dari satu orang yang mengerjainya. Setelah itu, dia dengar suara kunci pintu bilik toilet dibuka. Tapi pas dia keluar, udah nggak ada siapa-siapa di sana.

Jisoo memandangi pantulan dirinya di cermin. Apa dia sejelek itu sampe-sampe orang pada nggak suka liat dia deket sama salah satu cowok yang paling diincar di sekolah ini? Kalo liat dari kondisinya yang lagi kuyup kayak gini, jawabannya memang iya! Trus sekarang gimana caranya dia pulang? Pasti dia malu banget keluar dari toilet dalam keadaan kayak gini. Apalagi hujan udah reda dari tadi. Alasan mandi hujan juga nggak bakalan berlaku.

Jisoo kemudian merasakan HP-nya bergetar di dalam saku roknya. Cepat-cepat dia ambil dan untung aja HP-nya nggak kenapa-napa walaupun agak basah.

Taeyong
Udah pulang, Jis?

Jisoo mengernyit. Kok tumben Taeyong nanyain dia udah pulang apa belum? Biasanya juga nggak pernah. Dengan jujur, Jisoo balas pesan dari Taeyong dan ngasih tau apa yang terjadi sama dirinya.

Jisoo
Ada yang ngerjain gue di toilet, Tae. Ini gue lagi basah kuyup diguyur pake air :(

Karena wajahnya masih basah, Jisoo sampe nggak sadar kalau ternyata dia udah nangis. Kok cuma gara-gara itu doang orang tega mengerjai orang lain. Hal sepele banget loh itu! Dan ini juga, Taeyong cuma baca pesan dari Jisoo tanpa membalasnya. Ya udah lah, makin ambyar perasaan Jisoo. Dia sekarang nangis dengan terisak-isak. Kesel, marah, sedih, semuanya campur aduk.

“Jisoo!”

Jisoo menghentikan tangisnya pas dengar Taeyong manggil dari luar toilet. Bergegas dia keluar dan nemuin Taeyong yang kaget liat penampilannya dan sigap membuka jaket lalu memakaikannya ke Jisoo.

“Astaga! Siapa yang ngerjain lo, Jis?” tanya Taeyong panik.

Jisoo cuma bisa menggeleng sebagai jawaban.

“Keterlaluan! Kalo gue tau orangnya, nggak peduli walaupun dia cewek pasti gue kasih pelajaran!” ancam Taeyong dengan emosi.

Jisoo mau nangis lagi, tapi malu di depan Taeyong. Sekuat tenaga dia tahan air matanya supaya nggak tumpah. Kemudian, ia merasakan tepukan pelan tangan Taeyong di puncak kepalanya.

“Udah, ya. Jangan nangis. Udah ada gue di sini.”

Jisoo terdiam. Jantungnya kembali berdetak kencang dengan irama yang nggak karu-karuan.

“Gue kan udah pernah bilang, kalo ada apa-apa lo kasih tau gue. Kebetulan banget gue nge-WA lo. Kalo nggak, lo gimana pulangnya dalam keadaan kayak gini?”

Jisoo masih terdiam, nggak tau harus gimana merespon perhatian yang bertubi-tubi Taeyong kasih ke dia. Ini semua baru banget, dan Jisoo beneran nggak ngerti apa yang harus dia ucapin sebagai balasannya.

“Gue...” Jisoo mencoba ngomong, tapi tetap nggak ada kata-kata yang terpikirkan sama dia.

“Kita lanjut ngobrol di rumah lo aja. Sekarang gue anterin pulang dulu. Keburu lo masuk angin.”

Taeyong menggenggam tangan Jisoo lalu menariknya untuk ikut jalan bersama dia. Jantung Jisoo makin berdetak dengan tidak stabilnya.

Mungkin sebentar lagi, dia bakalan meledak!

TBC

Bagaimana saudara-saudara? Sudah pada oleng atau masih bertahan?

Crazy Little Thing Called Love | HunSooxTaeSoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang