"Juara umum kedua semester ini adalah... Bae Irene!"
Suara tepuk tangan riuh memenuhi lapangan sekolah saat nama sang juara umum kedua disebutin sama kepala sekolah. Bisik-bisik pun mulai kedengaran di antara para siswa.
"Gila, ya! Udah cantik, ramah, pinter pula."
"Iya, yang dapetin dia pasti beruntung, deh."
"Nggak usah mimpi. Udah pasti cocoknya sama si juara umum pertama lah!"
"Dan juara umum pertama semester ini adalah... Oh Sehun!"
Suara tepuk tangan kembali menggema dan kali ini lebih riuh dari sebelumnya. Apalagi pas cowok bernama Oh Sehun itu naik ke atas podium untuk dipertontonkan kepada siswa-siswa lain sebagai motivasi.
"Gila, ya, Jis! Kalo gue pacaran sama Sehun, pasti satu sekolahan pada iri," celetuk Jennie yang berdiri di sebelah Jisoo dengan tangan yang masih sibuk bertepuk.
"Khayalan tingkat tinggi," balas Jisoo sarkas.
"Dihh! Mending ngayal ketinggian daripada ngga bisa move on!" sindir Jennie.
Jisoo memutar bola mata. Untung aja situasi sedang bising. Kalo nggak, pasti temen-temen di dekat mereka udah bisa dengar apa yang baru aja dibilang oleh Jennie.
Percakapan berlanjut pada saat jam pelajaran olahraga. Jisoo dan Jennie sedang pemanasan sebelum lari keliling lapangan.
"Sehun emang ganteng, pinter, tapi cewek-cewek banyak yang nyerah deketin dia," kata Jennie.
Jisoo sebenarnya nggak terlalu tertarik sama pembahasan ini. Soalnya dia emang nggak cukup kenal sama objek yang diceritain sama Jennie. Karena Jisoo nggak juga menanggapi, Jennie pun mulai ngomong lagi.
"Makanya mereka pada prefer deketin Taeyong."
Jisoo mendelik. Ini bahasan yang ia suka! Hanya dengan dengarin nama Taeyong aja udah bisa bikin jantungnya berdentum-dentum di dalam rongga dadanya.
"Nah, kan! Muka lo langsung merah gitu kalo dengar nama Taeyong."
"Ssttt!" Jisoo membekap mulut Jennie. "Jangan kencang-kencang, ntar ada yang dengar!"
Tindakan lebay Jisoo bukan tanpa alasan. Cuma Jennie yang tau betapa dalam perasaan yang Jisoo punya buat Taeyong, cowok yang udah Jisoo kenal sejak SD. Anehnya, mereka selalu masuk ke sekolah yang sama dari SD sampe SMA. Padahal sama sekali nggak pernah janjian. Coincidence ini mulai dianggap fate sama Jisoo. Makanya makin lama dia makin halu, berharap Taeyong menyadari kebetulan itu juga dan mengambil kesimpulan bahwa mereka memang berjodoh. Tapi bahkan udah sampe kelas 2 dan mau naik kelas 3, Taeyong tetap nggak menyadari hal itu.
"Mending lo cari yang lain aja deh, Jis. Dia nggak peka karena lo itu emang bukan tipenya dia. Lo liat aja mantan-mantannya. Joy, Jihyo, bahkan Kak Hyuna! Nah elo, dada sama perut sama ratanya."
PLETAK!
"Aakkk! Sakit tau!" pekik Jennie pas Jisoo menjitak kepalanya.
"Jadi temen bukannya ngedukung malah makin ngejatuhin," balas Jisoo setengah kesal. Namun nggak bertahan lama karena setelah itu mereka udah saling melempar ejekan dan bercanda-bercanda lagi.
"Gue juga sadar diri kok, Jen. Makanya gue nggak pernah nyatain perasaan gue ke Taeyong. Mending jadi temen aja tapi bisa terus sapa-sapaan sama dia tanpa canggung," jelas Jisoo.
Kadang Jennie merasa sedih juga kalo Jisoo ngomongnya udah kayak gini. Dia kayak hopeless banget kalo ditanya tentang hubungan yang mungkin terjadi antara dirinya dengan Taeyong.
"Lo itu sebenarnya manis, kok, Jis. Cuma cewek-cewek yang lain itu punya kelebihan selain wajah cantik mereka. Apalagi di sekolah ini apa-apa persaingannya ketat banget. Yang nggak bisa apa-apa langsung tersisih deh," Jennie menanggapi.
Jisoo nggak membantah. Dia setuju banget sama tanggapan Jennie. Di sekolah ini, punya wajah cantik dan ganteng aja nggak cukup. Lah, standarnya aja kayak Sehun sama Irene. Paling cuma beberapa orang doang yang sanggup berada di pusaran siswa-siswa populer.
"Jadi lo tu harus bersyukur nyokap lo nyuruh kursus piano. Siapa tau aja ntar lo jadi mahir dan masuk tim orkestra," lanjut Jennie.
"Mimpi," balas Jisoo.
Jennie menghela nafas. Temennya yang satu ini udah cukup minder dan kayak orang nolep. Mungkin karena jalan hidupnya terlalu biasa-biasa aja, nggak ada yang begitu istimewa.
"Tenang! Lo punya temen, kok. Gue juga sama nolep-nya kayak elo."
Baru aja Jennie ngomong gitu, tiba-tiba kedengaran suara sorakan dari tengah lapangan. Jisoo dan Jennie heran, mencari tau kenapa temen-temen mereka pada bilang ciye-ciye.
"Ada apa, ya?" tanya Jennie bingung.
"Nggak tau, deh," jawab Jisoo sambil mengedikkan bahu.
Kemudian seorang cowok jalan dari tengah lapangan menghampiri mereka. Mukanya nggak asing.
Kai, salah satu dari daftar cowok-cowok idaman di sekolah mereka. Doi senyum sumringah, bikin Jisoo sama Jennie makin heran kenapa di jam pelajaran ini anak malah muncul di luar kelas. Soalnya si Kai ini nggak sekelas sama Jisoo dan Jennie.
"Hai, Jen!" sapanya gitu udah sampe di depan Jennie.
Jisoo mengerjap-ngerjap heran. Cara nyapanya kok kayak udah kenal banget, ya? Padahal Jisoo tau banget Jennie sama Kai nggak gitu deket. Kalo pun papasan di jalan paling cuma saling lempar senyum aja, nggak pernah duduk bareng di kantin ataupun ngobrol-ngobrol dengan akrab.
"H-Hai..." sahut Jennie canggung.
Kai masih senyum, bikin Jennie jadi salah tingkah.
"Sebelum kena hukum karena cabut dari kelas, aku mau nyampein sesuatu ke kamu," kata Kai.
"Apa tuh?" tanya Jennie yang masih bingung.
Kai mengulurkan sesuatu yang dari tadi ia umpetin di balik punggungnya ke Jennie.
Sebungkus coklat.
Di bungkus coklat itu ada selembar stick note yang ditempelin. Tulisan di atasnya bukan cuma bikin Jennie syok, tapi juga Jisoo.
Kamu mau jadi pacar aku?
"Nggak perlu dijawab sekarang. Tapi coklatnya tetap boleh kamu ambil dan makan walaupun kamu jawab nggak," kata Kai lagi.
Jisoo sampai harus menyenggol lengan Jennie supaya cewek itu sadar dari syoknya dan nerima coklat yang dikasih sama Kai.
"Ma-makasih, ya," ucap Jennie gugup.
Kai cuma mengangguk sambil senyum. Dia kemudian pergi dari hadapan Jennie buat balik ke kelasnya.
"Fix, tinggal gue yang bener-bener nolep," komentar Jisoo pertama kali setelah Kai pergi.
"KYAAAAAAA!!!" Jennie teriak-teriak kayak orang kesurupan sambil mengguncang-guncang bahu Jisoo. Doi happy banget. Mimpi apa ya, dia semalam sampai ditembak sama salah satu cowok populer di sekolah?
Ekspresi Jisoo? Jangan ditanya. Bukan! Dia bukan iri karena Jennie sebentar lagi official punya pacar. Tapi karena semakin terbukti kalo nasib dia emang udah se-misery ini. Mau nangis malu, nggak nangis tapi sakit hati.
Cuma chat dari seseorang lah yang bisa menenangkan hatinya saat ini. Dan itu adalah dari Taeyong.
Taeyong
Ntar istirahat ketemuan, ya. Ada yang mau gue bilang.Jisoo menaikkan alis. Apa jangan-jangan, Taeyong juga mau nembak dia?
TBC
Maapkeun kelakuan saya yg suka bikin cerita baru padahal cerita yg lain masih on-going ya gaesss😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Little Thing Called Love | HunSooxTaeSoo
Ficção AdolescenteJisoo sudah lama sekali memendam perasaan pada Taeyong, sang Casanova sekolah yang sudah ia kenal sejak masih SD. Ketika Jisoo sudah mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya, Sehun sang juara umum sekolah tiba-tiba muncul dan sering bera...