“Ga kebayang gue kalo tiba-tiba Kai mutusin gue.”
Jisoo mendelik. Kenapa pula Jennie ngebahas soal ditinggal Kai out of nowhere? Padahal dia lagi asik-asiknya menyalin pe-er yang tadi siang dibantu kerjain lagi sama Sehun setelah mereka selesai bersih-bersih kelas.
Jennie emang agak aneh sejak datang tadi, kayak nggak antusias gitu. Dari tadi kerjaannya cuma mainin pulpen. Jisoo yang nulis sambil tengkurap sampe harus dongakin kepala buat ngecek keadaan temennya itu.
“Lo kenapa, Jen?”
Jennie masih nunduk dengan muka kusut kayak baju nggak disetrika satu abad.
“Lo tadi ke sini nggak dianter sama Kai?”
Jennie menggeleng. Jisoo menghela nafas pelan.
“Kalian berantem, ya?”
Kali ini Jennie mengangguk.
“First time?”
Jennie mengangguk lagi. “Gue takut gara-gara berantem ini dia mutusin gue.”
“Nggak mungkin sih kayaknya, Jen. Biasa lah orang pacaran berantem. Ntar juga baikan lagi. Setelah baikan jadi lebih sayang.”
“Lo aja nggak pernah pacaran, tau dari mana analogi kayak gitu?”
“Ya... Karna menurut gue ada yang jauh lebih sakit ketimbang ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.”
“Emang apa?” tanya Jennie antara penasaran campur kesal.
“Nggak pernah diidamkan oleh siapapun.”
Jennie terdiam. Jisoo bilang kayak gitu seakan nggak ada kejadian, padahal kata-kata itu begitu dalam dan menohok.
Nggak pernah diidamkan oleh siapapun.
“Masih mending ditinggal, setidaknya pernah diidamkan,” lanjut Jisoo.
Jennie bener-bener speechless. Dia tau banget betapa Jisoo mengidamkan Taeyong, tapi sayang perasaan itu nggak pernah berbalas. Makanya kalimat Jisoo itu relate banget ke dirinya. Dan temennya itu ngomong santai banget kayak itu bukan sesuatu yang besar.
“Lo nggak pa-pa, Jis?”
“Hah? Kok gue? Harusnya gue yang nanya lo nggak pa-pa?”
Jennie malah diam. Perhatiannya kemudian teralihkan ke HP Jisoo yang layarnya menyala, ada notifikasi masuk di sana. Jisoo langsung meraih HP-nya. Jennie agak heran pas liat Jisoo senyum sebelum mengetikkan sesuatu.
“Siapa, Jis? Taeyong?”
“Bukan. Si Sehun.”
Jennie membelalakkan mata lalu mendekat ke Jisoo.
“Dihh, kepo banget sik!”
“Biar! Penasaran gue!”
Jennie makin kaget pas baca isi chattingan antara Jisoo sama Sehun. Ya, emang belum yang gimana-gimana banget, sih. Tapi progress-nya lumayan juga.
“Gue nggak nyangka Sehun bisa asik gini kalo chattingan. Menurut cerita orang-orang dia pelit kata banget.”
“Emberrr! Jutek juga,” Jisoo mengiyakan.
“Oh, ya?”
Jisoo bangkit ke posisi duduk. “Tapi dia juga perhatian, sih. Aslinya emang nggak banyak ngomong.”
“Ini kenapa bisa chattingan lagi? Bukannya kemaren dia cuma read doang?”
“Tadi siang dia bantuin gue bersihin kelas. Trus bantuin ngerjain pe-er ini juga. Gue udah cerita dari tadi tapi lo nya melamun trus kayak ayam kena potong!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Little Thing Called Love | HunSooxTaeSoo
Teen FictionJisoo sudah lama sekali memendam perasaan pada Taeyong, sang Casanova sekolah yang sudah ia kenal sejak masih SD. Ketika Jisoo sudah mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya, Sehun sang juara umum sekolah tiba-tiba muncul dan sering bera...