22. Decision

695 137 54
                                    

"Semua yang telah kita jalani adalah alur cerita terbaik yang telah  Tuhan tuliskan tempo hari. Dan hari ini adalah akhir dari cerita itu."

๑๑๑

Setelah kejadian kemarin salsha masih berpikir apakah iqbaal akan memaafkannya jika sudah seperti ini.

Gadis itu masih memikirkan itu dari kemarin sehingga membuatnya tidak bisa tidur nyenyak malam kemarin.

Dia mencoba mencari cara bagaimana agar iqbaal bisa memaafkannya.

Dia melamum, menatap langit malam yang sangat gelap dan tak secerah malam biasanya.

"Langitnya kok gak kayak biasanya ya,  seolah-olah lagi mewakili perasaan gua," salsha bergumam pelan.

"Lo kenapa kak?" tanya angga yang tiba-tiba datang dan duduk dikursi sebelah salsha.

"Ish kebiasaan gak ketok pintu dulu!" kesal salsha pada adik laki-lakinya ini.

"Pintu lo kebuka abisnya. Mangkanya gua langsung masuk aja,"

"Tumben. Ngapain lo kesini?" tanya salsha.

"Keluar yuk kak. Kita cari makan," ajak angga.

"Boleh," salsha berucap menerima ajakan angga.

"Yaudah gua tunggu dibawah ya," angga langsung beranjak dari duduknya.

"Gak usah. Kita langsung berangkat aja."

"Pakai baju piyama kaya gini?" angga mengangkat kedua alisnya.

Salsha mengangguk. "Iya, kenapa emang?"

"Gak malu?" angga bertanya pelan.

"Iya lah! Cuman cari makan kan?"

Angga hanya mengagguk lalu mereka segera bergegas untuk pergi mencari makan. Karna cacing-cacing diperut mereka sudah mengode seperti ingin meminta asupan. Ehh---, salah cacing perut angga maksudnya.

"Mau makan apa lo kak?" tanya angga saat sudah sampai.

Salsha berpikir sejenak karna banyak sekali makanan yang dijual disini. Mereka hanya membeli makanan yang ada dipinggiran jalan.

"Sate aja kali ya," gumamnya pelan karna ia bingung ingin membeli makanan apa.

"Terserah elo, kan lo yang mau makan."

"Yaudah deh sate aja. Lo mau beli apa?"

"Gua mau mie ayam, bakso, martabak, sama---, apa lagi ya?"

Salsha membelalakan matanya, "Lo mau makan itu semua, ngga?"

Angga menganggukan kepalanya yakin. "Kenapa memang?"

Salsha hanya menggeleng pelan melihat adiknya yang satu ini.

Mereka sudah sampai dirumah dengan membawa banyak sekali makanan. Namun, saat mereka baru sampai mereka dikagetkan oleh suara kegaduhan.

Salsha berdoa dalam hatinya agar perasaannya kali ini salah. Namun, semua sia-sia karna kali ini tebakan hatinya benar bahwa orang tua mereka sedang bertengkar seperti biasanya.

"Bertengkar lagi, ya?" lirih salsha lemah.

Angga mendengar suara lirih itu lalu dia langsung mengusap punggung salsha untuk memberi ketenangan pada kakaknya itu. "Kita ketaman aja yuk, kak."

Salsha menggelengkan kepalanya lalu dia berlari masuk kedalam rumahnya. 

"Kalian kenapa lagi?" salsha bertanya kepada kedua orang tuanya. Dia sudah tidak kuat, selama ini ia hanya bisa berdiam diri melihat kedua orang tuanya.

Hello, Ex!  [IQSHA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang