~ Badan mu lemah namun kau tetap keras kepala~
❤️
💉"Kak, Bangun!"
Khanza merasa ada yang menepuk-nepuk pipinya. Ia melenguh dan semakin masuk ke dalam selimutnya. Samar-samar ia mendengar suara tawa renyah.
"Masih enggak enak badan?" Jari tersebut membelai pipi Khanza lembut.
Khanza hanya berdeham dan masih memejamkan kedua matanya. Rasanya ia tidak tertarik untuk bangun.
"Kak, bangun!" ucap Azka lagi.
Yup, orang yang dari tadi membangunkan Khanza ialah ayahnya Ia kembali menepuk-nepuk pipi Khanza, hingga membuat Khanza sedikit kesal.
"Kakak masih ngantuk, Ayah," rengek Khanza beralih ke pelukan Azka.
"Ih, Kak, bangun! Belum salat subuh, 'kan? Waktunya mau habis, lho. Ayah sama Bunda tunggu di bawah. Enggak usah masuk, nanti Ayah yang izinin."
Akhirnya Khanza bangkit lalu meninggalkan Azka menuju ke kamar mandi.
Tak lama kemudian, Khanza sudah siap di meja makan sambil mengunyah rotinya dan dilengkapi segelas susu cokelat kesukaannya. Kemarin ia pulang kehujanan bersama Nia. Karena imunnya sedang lemah, sehingga ia langsung jatuh sakit.
Selesai sarapan, Azka sedang menemani putrinya menonton film kartun, sedangkan Aulia sibuk di dapur. Khanza berbaring dengan paha Azka sebagai bantalan.
"Kak," panggil Azka lirih, sontak saja membuat Khanza menatap pria itu heran.
"Maafin Ayah karena kemarin enggak sempat jemput kamu," ucap Azka.
"Astaga, Ayah! Enggak perlu minta maaf. Lagian gak mungkinkan Ayah ninggalin rapat demi jemput Khanza. Pak Toni juga, kan, lagi izin."
"Enggak ada yang enggak mungkin kalau itu menyangkut kamu, Sayang. Masih pusing?"
"Masih. Hidung Khanza juga gatal. Kayaknya mau pilek."
"Minum obat, ya," bujuk Azka yang sudah tahu pasti jawabannya apa.
"Enggak mau," jawab Khanza sambil mengeratkan pelukannya pada perut Azka.
"Obat enggak pahit, kok. Lagian gimana mau sembuh kalau enggak minum obat?" rayu Azka lagi sambil mengelus rambut Khanza.
"Cih! Manja! Masa obat aja enggak bisa ditelan," cibir Aulia yang baru saja datang kemudian duduk di samping kanan Azka.
"Pahit, Bunda," rengek Khanza.
"Pahit mana sama janji dia?" balas Aulia.
"Dia siapa? Mantan Bunda yang polisi?" tanya Khanza polos, membuat Azka menatap Aulia horor.
"Bunda masih berhubungan sama dia?" tanya Azka jengkel.
"Eng—"
"Enggak boleh bohong, Bunda! Kemarin Khanza dengar Bunda telponan, lagian waktu kita lagi ketilang kemarin, kan, mantan pacar Bunda yang bantu."
"Benar, Bun? Ayah bilang apa waktu itu? Bunda enggak ada kapok-kapoknya, ya," omel Azka, membuat Aulia cemberut.
"Kalau Ayah ketemu sama mantan Ayah tanpa sepengetahuan Bunda, Bunda marah, gak?" tanya Azka.
"Emang Ayah punya mantan?" tanya Khanza lagi yang membuat Azka mendengus kesal.
"Seandainya," koreksi Azka lagi.
"Maaf, Mas, aku cuma takut kamu marah," ucap Aulia sambil mengusap lengan Azka, berusaha untuk meredam emosi suaminya.
"Jangan diulangi!" Azka menarik Aulia ke dalam pelukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...