6. Harusnya

140 22 8
                                    



🐣🐣🐣


"I'M SO SICK OF THIS FAKE LOVE! FAKE LOVE! FAKE LOVE!"

"IM SO SORRY BUT ITS FAKE LOVE! FAKE LOVE! FAKE LOVE!"


Vindy meraih ujung rambut pirangnya, mengarahkan ke depan menutupi wajahnya malu. Shira disebelahnya mengangkat buku paket agak menyembunyikan wajahnya, ikut malu.

Tapi di depan sana, tepatnya di koridor depan kelas mereka, Kirana dengan santainya berjoget lagu Korea. Gadis itu menggunakan kedua tangan menutup wajah mengikuti gerakan idol yang terputar di laptop. Tak lupa dua speaker mini disisi laptop itu.

Koridor di depan IPA 1 mendadak jadi tempat konser Korea.

Ada beberapa siswa yang ikut disana, tapi Kiran dengan tidak peduli masih berjoget-joget seenaknya. Gadis itu tidak terlalu hapal lirik, hanya bagian refrain lagu saja.



"Wahh capek," keluh Kiran.

Gadis itu kini duduk di lantai. Dengan Bobby dan Robin yang sibuk mengganti lagu.

Sampai sebuah intro familiar terdengar.




Beultoerone...


"FAYEERRRRR," teriak beberapa orang bersamaan.

Beberapa siswa yang tidak tahu agak terlonjak saat Kiran tiba-tiba melompat dan berjoget dengan riang. Robin dan Bobby ikut bergerak disamping gadis yang menjadi center itu.


Bahkan kali ini, Shira ikutan.


"Ya Tuhan... gue malu punya temen kayak mereka," gumam Vindy semakin menarik rambutnya menutupi wajah.

Walau berikutnya gadis itu menoleh saat seorang adik kelas berlari membelah kerumunan siswa rusuh itu.

Tidak tahu apa alasannya, musik turut dimatikan.

Adik kelas itu mengatur napas, "itu kak.. kak Angga.. berantem,"



🐣🐣🐣



Suasana koridor kelas sepuluh itu mendadak mencekam. Kiran bisa melihat jelas raut wajah terganggu dari Vindy yang menatap marah kedua pemuda didepannya.

"Lain kali kalau berantem jadiin nyawa kalian taruhannya, jangan gue. Gue bukan tropi yang bisa dihadiahin ke siapa aja yang menang."

Suara dingin Vindy membuat Kiran terdiam. Jujur saja dia kagum dengan aura mengerikan yang dikeluarkan gadis itu.


Selama ini... Kiran tidak bisa seperti itu.


Koridor kelas sepuluh yang tadinya ramai sudah sepi. Hanya tinggal beberapa yang masih disana, setelah tadi diusir Vindy. Angga sudah pergi mengikuti langkah Vindy yang menjauh.

Kiran berdehem agak mendekat ke Bisma, "masalahnya apa sih, Bis?"

Bisma mengedikkan bahu, "biasalah. Namanya juga anak cowok," jawabnya santai.

Bibir Kiran mencuat, tapi gadis itu mengurungkan niatnya ingin tau. Sebaliknya dia bertanya hal lain, "Dika mana?"

Raut wajah Bisma berubah jahil, "cie.. nanyain gebetan. Piwitt!" Goda Bisma heboh.

Shine On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang