11. Kapten VS Kapten

194 20 19
                                    


🐣🐣🐣








Biasanya Chocky tak pernah seantusias ini saat menuju lapangan basket. Pemuda itu terkesan santai, melangkah tenang dengan dagu terangkat angkuh.

Tapi kali ini, Chocky bahkan menuruni dua anak tangga sekaligus dengan langkah cepat. Juna yang keluar kelas bersamanya sampai menaikkan sebelah alisnya bingung.

Bahkan anak-anak basket yang hari itu berkumpul di lapangan, sekedar duduk lesehan, ikut mengernyit heran. Chocky ini bukan tipe orang yang nungguin anggotanya lengkap. Tapi malah dari tadi pemuda jangkung itu bergerak gelisah, matanya menyorot ke arah gedung IPA.

Sampai wajahnya tiba-tiba merekah saat seorang pemuda berlari terburu-buru menuju lapangan. Wajahnya panik tak karuan.

"Sorry sorry! Gue tadi ada---"

"Gakpapa," potong Chocky.

"Ha?"

Tidak hanya Bobby yang melongo, tapi anak-anak basket yang saat itu tengah antusias melihat tontonan---karna Chocky jelas akan mempermalukan orang yang membuatnya menunggu---jadi ternganga tak percaya. Bahkan Juna yang duduk disebelah Chocky jadi mendelik.

Menyadari sekitarnya memperhatikan, Chocky berdehem kalem. Pemuda itu langsung melayangkan tatapan galak ke semua anggota basket, "ngapain masih disini? Main sana!"

Gelagapan, mereka langsung berhamburan ke lapangan.

Padahal bola basketnya belom diambil.





"Jadi gimana?" Tembak Chocky langsung.

Bobby melongo, "ha? Gimana apa? Lo nembak gue?"

Chocky berdecak kesal, mengumpat pelan. "Motor lo di parkiran timur kan? Masih yang lama?"

Bobby langsung bergerak panik. "Jangan dong saudagar. Itu motor kesayangan, jangan dipenyok-penyok njirr, baru beres dari bengkel kemaren."

"Bodoamat setan!" Sentak Chocky emosi, "buruan. Lo gak ada chat gue atau ngasih kabar, becus nggak sih lo nyari info?!"

Tiba-tiba disembur begitu, Bobby reflek termundur kaget. "Ya Allah sabar, pendekar. Gue mau ngasih kabar kemaren sebenernya, tapi karna kemaren Feya ngajak VC an ya udah gue ladenin. Eh lupa sama lo," kata Bobby beralasan.

Chocky memasang wajah datar, "ada gue peduli? Bodamat anjing lo VC an sama siapa!" semburnya lagi.

Bobby reflek termundur terkejut (lagi), "kok... ngegas?"

Chocky menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya kasar. "Bob! Sabar gue udah habis buat---"

"Iya iya," potong Bobby cepat, "tiga cowok yang lo curigain itu, bukan siapa-siapa."

Pemuda tinggi itu diam mendengar.

Bobby melirik sejenak, meneguk ludah memberanikan diri melanjutkan. "Cowok yang lo liat di parkiran. Namanya Candra, kelas XI IPA 1, anak OSN kimia, rumahnya daerah Menteng, ekskulnya---"

"Intinya aja bangsat!"

Bobby tersentak, "ya sabar dong, ini gue lagi jelasin secara rinci." Bobby melanjutkan, "ternyata tuh cowok adeknya Kiran."

"Adek-adekan maksud lo?" tanya Chocky.

"Bukan," goblok. Bobby menipiskan bibirnya, "adek beneran. Adek kandung. Adek sedarah. Tapi ya.. Kiran kayak jaga jarak aja di sekolah. Nggak tau kenapa,"

Shine On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang