Senja Yang Berbeda

459 98 58
                                    

Setelah dua tahun lamanya, gadis remaja yang kini telah beranjak dewasa, kembali duduk di kursi kayu itu sembari menikmati semburat jingga. Namun, sorotan matanya tampak berbeda. Ah iya, ternyata ada yang kurang. Si cowok tengil bernama Langit. Lelaki yang dua tahun lalu selalu mengajaknya menonton semburat jingga di sini dan juga yang pertama kali memperkenalkan gadis itu pada diriku. Dulu, setiap pulang sekolah mereka berdua tak pernah absen mengunjungiku hingga sore larut.

Kata Langit, “Ingin melihat senja.”

Padahal, setiap kemari Langit selalu menarik gadis itu untuk menyusuri setiap sudut yang kerap kali berujung dengan memetik bunga-bunga indah, lalu tertawa bersama karena bunga tersebut bertengger di telinga Langit. Menyebalkan memang, cowok itu suka merusak kawasanku.

Suatu ketika saat mereka ke sini, entah kenapa suasana terasa berbeda. Sehingga aku harus memanggil angin untuk menemaniku yang menyaksikan obrolan serius mereka berdua.

Gadis itu memaksakan senyum seraya berucap, “Langit, kamu sangat menyukai senja, kan?”

Lalu, Langit mengiakan dan bertanya, “Memangnya kenapa?”

Ia menghela napas berat sebelum menjawab, “Artinya kamu suka sama aku juga, dong? Nama aku kan, Senja. Hehehe.”

Langit mengangkat alis, heran. Tidak biasanya Senja bertanya seperti ini, walaupun memang benar ia menyukai Senja.

“Sebenarnya aku akan pindah dari kota ini, Lang. Setelah dua tahun, aku baru balik lagi ke sini. Kamu mau tidak nunggu aku? Aku takut kamu lupain semua tentang aku.”

Langit yang kala itu tengah cinta-cintanya dengan Senja pun, berkata, “Ingat ya, sampai kapanpun aku akan tetap menyukai senja di langit dan menyukai Senja-nya Langit. Kamu tenang aja.” Akhirnya Senja pergi dengan hati yang lega hingga dua tahun lamanya.

“Senja!” panggil Langit seraya menghampiri Senja. Tentu saja, Senja membulatkan matanya kaget. Senang rasanya mereka berdua kembali bertemu. Tetapi, seorang gadis dalam genggaman Langit amat mengganggu dan juga membuat Senja sedikit muram.

Terlebih setelah Langit berucap dengan wajah berseri, “Senja kenalin, ini pacar baru aku. Namanya Senja juga, kayak kamu. Lucu ya, bisa sama gitu.”

Merasa tak enak dengan wajah berseri Langit, Senja pun terpaksa untuk tersenyum. Sungguh, hatinya sangat teriris kala menyadari semua tentang ia dan Langit hanyalah tinggal sebuah kenangan. Walaupun, Langit memang menepati janjinya dengan menunggu dan tidak melupakan Senja. Namun, ia baru mengerti, ‘Senja-nya Langit’ itu bukan dirinya melainkan Senja yang lain. Disini, aku –sang taman– telah menjadi saksi bisu bahwa waktu telah berhasil mengubah isi hati Langit dengan Langit yang kembali dengan Senja. Tetapi, dengan Senja yang berbeda.

---

Para penyuka dan penikmat senja mana suaranya nih? Hehe.

Semoga suka dan emang harus suka! Wkwk. Jangan lupa untuk VOTE AND COMMENT GUYS! Terima kasih sudah baca!✨😁

Happy reading, dear.

Love,
Dar.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang