Seperti Hujan

288 71 27
                                    

Aroma petrikor menguar sampai indra penciuman gadis berumur enam belas tahun itu. Anella Fika, gadis yang tengah berjalan tertatih-tatih di tengah jalan itu sama sekali tak menghiraukan hujan. Justru, Anella merasa hujan sedang menemani dirinya serta melindunginya dengan cara mengusir orang-orang yang biasanya berlalu lalang. Hujan itu selalu mampu mengerti dengan keadaannya. Seolah tahu bahwa ia ingin sendirian untuk menghalau masalahnya sebentar.

"AAAAAARRRGGGGGHHHH!" Anella menjerit kencang bersamaan dengan hujan yang kian melebat.

Ia menjambak rambutnya kuat. Tangisnya pun sudah tak terbendung hingga terdengar sangat hebat. Sungguh, saat ini rasanya ingin mati saja. Ia benci dengan ibu tirinya, teman-temannya, semua yang ada di dunia ini! Semua!

"GUE BENCI DIRI GUE SENDIRI! GA ADA YANG BISA DI PERCAYA. AAARRGGHH!" jerit Anella lagi dangan tangisnya yang tersedu-sedu.

Raganya mulai melemas sehingga ia terduduk di tengah jalan dengan lutut ditekuk. Wajahnya ia pendam dalam tekukan lututnya itu. Dengan bayangan yang kembali hadir.

Ketika kemarin lusa, Anella sedang tersenyum lebar seraya menilik berbagai tanaman di taman belakang sekolahnya. Namun, senyumannya lenyap kala temannya menghampiri Anella dengan mata berair. Ia merubah raut wajahnya menjadi khawatir ketika melihat Kayana, teman yang selalu berbagi keluh kesahnya dengannya itu menangis terisak.

"Kenapa lagi, Kay?" tanya Anella lembut.

Kayana pun mulai mengadu, "Shely, marah sama gue lagi. Padahal gue cuma ga sengaja tadi ninggalin dia di kantin gara-gara gue kebelet pengen ke toilet, Nel. Terus ga tau kenapa, dia manjangin masalahnya gitu, Shely bilang kalo gue lebih suka ngobrol sama lo. Tapi, gue kan sekelas sama lo. Emang salah ya ngobrol sama teman sekelas, Nel?"

Anella tersenyum simpul. Lagi-lagi, Kayana menangis karena Shely. Langsung saja, Anella menasehati temannya itu dengan panjang lebar yang diakhiri oleh berpelukan. Anella mengusap-usap punggung Kayana, berharap memberi kekuatan pada temannya itu.

Namun, esok harinya Anella merasa buruk. Ia kembali bertengkar dengan ibu tirinya hingga membuat dirinya terus cemberut sampai di sekolah. Tetapi, saat Anella melewati koridor ia berpapasan dengan Kayana dan Shely yang bergandengan seraya tertawa senang. Hal itu pun membuat Anella ikut senang.

Ia tersenyum seraya menyapa, "Hai, Kay. Udah baikan lagi nih sama Shely?"

Tanpa diduganya, Kayana tidak mengacuhkan Anella. Ia justru langsung menarik tangan Shely untuk menjauh darinya. Sungguh, hatinya sangat tercabik-cabik. Ternyata, ia memang hanya dibutuhkan ketika Kayana merasa sedih, tidak lebih dari itu.

Dengan pikiran yang berkecamuk, Anella pun memutuskan untuk bolos sekolah. Ia berlari pergi keluar gerbang dengan tujuan tak tentu arah. Mencapai dirinya kembali ke rumah pada pagi hari lagi. Itu menyebabkan ibu tirinya terpancing emosi. Belum lagi, kemarin antara ia dan ibu tirinya itu punya masalah yang belum terselesaikan. Ibu tirinya dengan berteriak melontarkan perintah pada Anella untuk pergi dari rumah. Anella hanya mengangkat bahunya. Dengan langkah berat, tapi juga senang karena merasa bebas, ia pun melenggang pergi.

"Sial," desis Anella.

Anella mengepalkan tangannya kuat ketika bayangan asal muasal dirinya bisa sendirian disini sampai malam. Kadangkala, ia merasa dirinya seperti hujan. Membuat langit gelap serta harus jatuh berkali-kali. Belum lagi, selalu menjadi teman seseorang yang sedang bersedih. Lalu, ditinggal ketika sudah merasa senang. Huh.

"Tapi, hujan itu tetap kuat walaupun jatuh berkali-kali. Hujan juga sangat baik karena mampu menjadi teman baik seseorang yang bersedih. Jadi, kamu itu merupakan perempuan kuat dan baik hati. Lalu, perempuan kuat dan baik hati itu tidak boleh menyerah! Harus semangat!"

Anella mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara lelaki serta kepalanya yang sudah tak diguyur hujan. Tampak di sampingnya ada seorang lelaki tengah memegangi payung dengan senyum hangatnya.

Selesai.

Hello, gan!
Seperti biasa aku minta bintang dan komennya ya! Terima kasih.

Salam sayang,
Dar.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang