NwPpi1

12.6K 955 116
                                    

•NC 18+
•semi nonbaku

© sLMyyy, October 2019

Membayangkan bagaimana kisahnya di sekolah yang baru membuat Jimin semakin lemas. Awalnya dia ingin mempunyai teman di hari pertama sekolah, tapi justru yang dia temui pada teman sekelasnya adalah orang-orang yang jutek.

Terlebih ketika kelasnya lebih banyak cowok, Jimin cukup bingung kenapa semua siswa cewek jutek dan suka sekali memandang Jimin layaknya buronan yang pantas di hukum mati.

Bahunya jatuh lemas, Jimin berjalan memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Tas yang tepat berada di tangan kanannya dia lemparkan begitu saja ketika sudah masuk ruang tamu.

"kejutan!!"

Sebuah pekikan suara perempuan menyapa telinga Jimin, membuat dia ototmatis menghadap ke sumber suara tersebut.

Lemas yang dia rasakan awalnya kini menghilang dengan perlahan, terbukti saat wajahnya sedikit demi sedikit mulai memancarkan binar khas seorang Park Jimin.

"mami!!" pekik Jimin sambil berlari ke arah maminya, memeluk dengan erat tubuh langsing milik sang mami sambil menggesekan pipi dengan gemas di pundak mami.

Menjauhkan wajahnya dari arah mami, Jimin tetap mempertahankan senyumnya pertanda jika dia sangat bahagia bisa melihat maminya punya waktu untuk pulang. "ini kejutan ulang tahun yang mami bilang ke Jimin minggu lalu?"

Mami Jimin tersenyum hangat, mengacak rambut putranya dengan gemas, membuat Jimin memekik tertahan sambil tertawa kecil. "katakanlah begitu.. Mami sengaja pulang supaya bisa kasih kejutan buat baby boynya mami.." ucap mami Jimin sambil mengecup hidung mungilnya.

"hadiah?" tanya Jimin sambil menyodorkan satu telapak tangannya ke arah mami, membuat wanita 32 tahun itu terkekeh ringan.

"semua hadiah kamu ada di kamar." jeda mami Jimin lalu menarik telapak tangan mungil sang putra untuk mengajaknya duduk di sofa. "tapi mami punya hadiah lebih istimewa dan tidak pernah Jimin duga sebelumnya."

Mata Jimin membulat seketika, memancarkan binar begitu mendengar hadiah istimewa yang tak pernah dia duga. Lelaki mungil dengan kadar cute berlebihan serta menginjak usia 16 tahun itu dipenuhi rasa penasaran seperti seorang bocah 5 tahun.

"apa mi??"

Sang mami tersenyum hangat sebelum menatap ke arah tangga, membuat Jimin juga ikut menatap ke arah di mana maminya menatap saat ini.

Perlahan kerutan mulai tercipta di dahinya pertanda Jimin sedang bingung. Hadiah istimewa dan tak pernah dia duga sebelumnya adalah seorang laki-laki dewasa?

Meski tak bisa Jimin pungkiri, lelaki itu sangat tampan, punya proporsi tubuh yang sangat Jimin kagumi. Tubuh yang dibalutkan kemeja putih polos tersebut membuat Jimin diam-diam mengagumi lelaki asing itu! Ketahuilah, Jimin kagum karena merasa melihat tubuh atletis di majalah dewasa dalam wujud asli.

Karena biasanya dia melihat tubuh sexy dan atletis teresebut hanya pada majalah Jihoon. Tapi sekarang, Jimin seolah mendapatk keberkahan lain.

Patut dipamerkan!

Tapi yang jadi pertanyaan utama Jimin saat ini adalah siapa laki-laki over tampan itu?

Bahkan tatapan Jimin terus terkunci pada mata laki-laki tersebut hingga berhasil duduk di single sofa samping Jimin.

Tangannya berurat dan terlihat kekar, lengan kemeja yang digulung hingga ke sikut membuat Jimin semakin memuji laki-laki asing tersebut.

Jimin akhirnya mengubah tatapannya, dan kini menghadap ke arah mami meski masih tetap melirik ke arah laki-laki asing tersebut yang dari tadi tersenyum tipis, membuat Jimin mengumpati jantungnya yang terlalu lemah.

"mi," jedanya ketika menatap wajah sang mami yang terlihat menaikkan alis sebelahnya, jangan lupakan wajah yang tetap tersenyum. "om itu siapa?"

Jimin menatap bergantian dua orang dewasa di depannya, meski Jimin sangat yakin jika maminya lebih tua dari laki-laki dewasa itu.

"apa itu calon suami Jimin?" tanya Jimin saat menatap kembali ke arah maminya. "tapikan Jimin masih sekolah.. Terus masa calon suami? Kan Jimin juga punya 'itu'.." ucap Jimin dengan polosnya sambil menunjuk ke arah selangkangan.

Kekehan terdengar secara bersamaan dari maminya maupun dari laki-laki dewasa tersebut.

"gak mungkinlah mami menikahkan Jimin di umur yang masih muda begini.." mami Jimin mengacak rambutnya sejenak, membuat Jimin sedikit menutup mata tanpa memutuskan pandangan dengan laki-laki asing tersebut. "itu namanya om Jungkook. Umurnya 27 tahun.."

Jimin menganggukan kepala ketika maminya selesai bicara. Detik berikutnya nafas Jimin tertahan ketika laki-laki dewasa itu mengulas senyum lebar teramat tampan.

'jangan senyum om.. Kasihan sama Jimin.'

"saya Jeon Jungkook.."

Jimin semakin terpaku ketika lelaki itu mengulurkan tangan untuk mencubit hidung mungilnya. Jimin terus-terusan mengumpat ketika merasakan jantungnya akan lepas.

Dan lucunya, Jimin menahan nafas sedari tadi, membuat dia segera meraup udara sebanyak-banyaknya. Gak lucu jika dia beneran mati hanya karena menahan nafas akibat serangan pesona dari seorang lelaki dewasa.

"terserah mau panggil apa, senyaman Jimin saja.." lagi! Dia tersenyum.

Jimin ikut tersenyum, seolah terhipnotis. 'calon suami idaman.. Mami pintar deh milih buat Jimin..' batin Jimin sambil memegangi pipinya yang merah lalu memekik gemas.

"mi," Jimin kembali menatap maminya. "om Jeon ini pasti calon suami--"

"iya sayang.." Jimin langsung terdiam ketika usapan di pipi dia rasakan. Apalagi saat maminya memotong kalimat yang akan dia katakan. "itu calon suami mami. Calon papi barunya Jimin.."

Jimin mengernyit heran namun tak bersuara.

'calon papi? Mami ganjen banget sih. Lebih cocok jadi suami bukan papi!'

••••

ɴᴇᴡ ᴘᴀᴘɪ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang