Pemuda berpostur tubuh mungil itu menerobos paksa penjagaan ketat di depan sebuah pintu utama rumah mewah yang tak asing di matanya. Tangan, kaki, bahkan satu tubuh pemuda mungil itu bergetar seiring dengan matanya yang menatap tak tenang, menelisik satu persatu bagian, sudut, dan penjuru ruangan besar yang dipenuhi furniture mewah tak bercacat, mata itu menatap lengkap dengan air yang menggenang di pelupuk matanya yang sarat akan rasa menyiksa.
Ya, menyiksa!
Kuku dan ujung jari kedua telapak tangannya menjadi korban akan rasa dan sensasi aneh yang menguar dari dalam tubuhnya. Rasanya di satu sisi seolah tubuhnya benar-benar tidak tenang, bergetar dengan sendirinya tanpa diperintah, bukan rasa sakit tapi lebih tepatnya rasa panas yang menjalar dalam aliran darahnya.
Wajah dan mata yang merah, serta bibir yang tampak pecah-pecah sudah menjadi bukti yang kuat jika pemuda mungil itu tidak dalam keadaan yang baik saat ini.
Bahkan ketika tubuh itu menerobos sembarangan ke sebuah ruangan yang didominasi warna putih dan hitam, matanya menatap ke segala arah mencari objek tujuannya saat ini.
Bersamaan dengan seorang lelaki yang tampak dewasa nan gagah meski hanya dalam balutan kaos hitam polos dan celana training, objek yang menjadi tujuan dan sasaran pemuda mungil itu tampak duduk santai di sebuah kursi kebesaran miliknya sambil menyesap segelas whiskey juga dua botol minuman kuning keemasan itu yang tampak berdiri kaku di atas sebuah meja.
Tak mempedulikan akan status dan kesopanan serta rasa hormat, pemuda mungil itu berjalan terkesan tergesah-gesah mendekati lelaki dewasa yang hanya menampakan wajah datar dan dingin, diikuti ketukan kuku dari jari-jari tangan kanannya pada meja kaca, tempat berdirinya botol whiskey tersebut.
Lelaki itu menatap tanpa ekspresi ke arah pemuda mungil yang kini telah berdiri tak tenang di depannya dalam jarak yang kurang dari lima meter. "ada apa?"
Tatapannya begitu menusuk, seolah menelanjangi pemuda mungil yang tampak lucu dalam balutan sweater kuning bermotif abstrak yang kebesaran dan tampak menenggelamkan tubuh mungilnya.
Pemuda itu gemetar dalam pijakannya mendapati tatapan yang sekilas terlihat biasa saja, namun mampu membuatnya menahan nafas dalam durasi yang cukup lama."tolong." kata pertama yang diucapkan pemuda mungil itu ketika berhasil mengangkat wajah merahnya, jangan lupakan bibir yang tampak mengering diiringi gemetaran yang terlihat begitu jelas. "aku butuh itu."
Lelaki yang umurnya lebih dewasa tersebut tampak terkekeh sebelum kembali menyesap whiskey kemudian berucap, "kenapa minta padaku?"
"dia tak akan memberikannya padaku tanpa persetujuan darimu tuan."
Yang semula duduk kini mengambil posisi untuk berdiri dan menatap dengan senyum. Miring! "ternyata dia lebih mendengarkanku daripada kau yang notabene adalah tunangannya sendiri."
Yang lebih muda kini terlihat semakin tersiksa dalam pijakannya. Sensasi menyakitkan dan rasa panas dalam tubuhnya membuat dia menggigit kuat bibir bawah tanpa peduli dengan luka yang membuat setetes darah berhasil mengambil tempat di permukaan benda kenyal tersebut.
"kau tampak tersiksa ya?" lelaki itu menyunggingkan senyum tipis seraya terkekeh miris. "baiklah. Kau dapat apa yang kau mau tapi setelah berhasil menjalankan satu kesepakatan yang saling menguntungkan!"
Suasana yang begitu tenang dan sunyi, namun tidak dengan keadaan hati dan perasaan pemuda mungil tersebut. Bulu kuduknya berdiri satu persatu ketika menangkap gelagat mencurigakan yang sangat aneh dari senyum yang terpatri di wajah lelaki tampan itu.
"berkhianatlah dan bawa dia kemari!" lelaki itu kembali duduk lalu mengetukan kuku jarinya ke meja berlapis kaca tersebut. "jika tidak, kau tidak akan mendapat apa yang kau mau, dan aku akan mengambil paksa dia, tapi bukan sebagai orang yang aku sayang, melainkan sebagai mainan berkedok tawanan sebelum semua berakhir tanpa kasihan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇᴡ ᴘᴀᴘɪ (✓)
FanfictionJimin dapat papi baru di ulang tahunnya.. © sLMyyy, October 2019