Agak panjang jadi pelan-pelan aja bacanya..
••••••••
Plak
Arah pandang lelaki berpostur mungil tersebut otomatis menghadap ke kiri ketika merasakan sebuah telapak tangan menempel pada pipi gembilnya dengan gaya, tekanan, serta dorongan yang terkesan cepat, menciptakan sebuah tanda telapak tangan yang samar dalam wujud warna merah dengan dibumbuhi rasa pedih yang menyakitkan.
Jimin tak menunjukan reaksi berlebihan terhadap kejadian yang baru saja terjadi pada dirinya, atau dengan kata lain kejadian yang secara langsung mempermalukan dirinya sendiri di depan khalayak umum.
Tepat di sebuah cafe coffee yang waktu itu menjadi tempat pertemuannya dengan paman Kim; sahabat papi Park sekaligus orang yang mengambil campur tangan dalam percobaan pembunuhan Jeon Jungkook malam itu.
Dengan tatapan santai Jimin mengembalikan posisi semula wajahnya dan kini menampakan ekspresi terkesan santai seolah tak terjadi apa-apa, padalah emosi berwujud marah sedang meletup dalam dirinya.
"anak tidak tahu diuntung!"
Jimin sekilas menghendikan bahu dan melayangkan senyum kecil sebelum berkata, "seharusnya kau membunuhku sejak awal, Hyerin! Bukan menjebakku dalam permainan percobaan sains kalian yang sama sekali tak ada untungnya."
Wanita itu sekilas tampak mengeraskan rahang namun di detik berikutnya kembali melunak disertai senyum manis yang Jimin yakin penuh tanda tanya di dalamnya. "belum saatnya kau mati, baby boyku yang manis.." jedanya sambil menyandarkan tubuh lalu mengetuk-ngetuk meja dengan kuku-kuku panjangnya. "setidaknya sampai kami bisa menciptakan tatanan dunia yang baru dengan hanya berdiri di bawah satu kekuasaan. Juga--"
Jimin tampak menahan nafas meski mencoba keras untuk mengatur air wajahnya agar tak terlihat gentar sedikit pun.
"--agar aku bisa menghidupkan anakku yang mati!"
Jimin tak hentinya terkejut semenjak kejadian menemukan sesosok orang yang tampak seperti duplikat papi Jeon.
Dalam benaknya Jimin bertanya apakah semua ini memang saling terikat?
Apakah semuanya memang sudah dirancang jauh sebelum Jimin membuka matanya dan merasakan oksigen bumi?"satu lagi!" jeda Hyerin. "kau akan mendapat sedikit pelajaran karena menggagalkan rencanaku untuk membunuh papi Jeonmu itu dengan permainan cantik.. Tak kusangka kau menyimpan obat yang seharusnya diminum lelaki itu!"
Jimin ingat obat itu.
Ya, benar!
Karena bukan tanpa alasan kenapa Jimin menyimpan obat yang seharusnya diminum sang papi untuk tahap penyembuhan retak tulang kakinya malam itu.Waktu di rumah Jihoon, wanita itu, Hyerin sempat menyuruhnya untuk memberikan obat di laci jika papinya meminta, karena obat yang asli telah ditukar dengan obat yang memiliki dosis racun mematikan.
Tapi untuk apa Jimin melakukannya?
Dia punya mimpi sederhana.
Membangun keluarga kecil bersama papi Jeon.
Jimin juga ingat malam di mana dia menyuntikan suatu cairan ke lengan sang papi agar cairan tersebut dapat mengaliri aliran darah sang papi, menyebar hingga ke seluruh saraf bahkan ke saraf pusat.
Bukan tanpa alasan pula!
Cairan itu bisa dikatakan sebagai obat penawar akan racun dari obat yang sempat diminum sang papi akibat perbuatan wanita sinting itu.
Berhasil kan?
Setidaknya Jimin tidak terlambat!
Meski jauh di dalam hati terkecilnya Jimin masih mempertanyakan alasan kenapa papinya tega membuat Jihoon jadi kecanduan narkotik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇᴡ ᴘᴀᴘɪ (✓)
FanfictionJimin dapat papi baru di ulang tahunnya.. © sLMyyy, October 2019