NwPpi4

6.1K 689 45
                                    

"bermain?" mata bulat Jungkook semakin membulat ketika tahu maksud dari kata 'main' Jimin yang tadi.

Tampak di depan matanya, anak tirinya itu memiliki fantasi teramat liar dan dewasa. Bahkan saat hari sudah berganti menjadi malam, Jungkook tidak dapat mengganti ekspresi wajahnya.

Tetap sama!

Dan tak pernah terbayangkan di pikirannya, seorang Park Jimin yang manja ternyata punya 'permainan cukup ekstrem'. Sial sekali karena harus dilakukan pada malam hari.

"sebentar lagi akan hujan, pi.." ucap Jimin dengan senyum aneh di wajahnya yang mana berhasil menarik perhatian Jungkook.

Untuk apa pula anak itu tersenyum aneh seperti itu? Jungkook yang menatapnya sekilas meski dengan pencahayaan yang kurang merasa cukup merinding, bahkan cukup susah dia menelan air liurnya sendiri.

Jas hitam yang dia pakai tadi siang hanya tergeletak pasrah di tempat duduk mobil bagian belakang, bersamaan dengan seragam milik Jimin. Jungkook yang hanya mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung hingga ke sikut, jangan lupakan dua kancing bagian atasnya yang dibuka.

Jimin tak lagi memakai seragam sekolahnya, sebaliknya kini telah mengenakan baju ganti yang tanpa Jungkook ketahui, telah dipersiapkan anak itu sejak akan berangkat ke sekolah.

Jungkook akan menghukum anak itu jika membolos lagi. Itu janji seorang Jeon Jungkook! Tolong dipegang!

"pi," Jimin menatap Jungkook dengan tatapan lelah dan sayu. "adek keringetan.." lanjutnya sambil mengusap keringat yang menetes di permukaan wajahnya.

Jungkook kasihan juga dengan anak itu. Hampir tiga jam dia begitu aktif bermain tanpa henti! Bahkan Jungkook yang melihatnya saja sudah kelelahan.

"adek lelah kan?" jeda Jungkook. "kalau begitu berhenti. Bisa-bisa adek gak ke sekolah besok kalau kelelahan.."

Wajah Jimin cemberut total. Dia memang keringetan, tapi belum sepenuhnya kelelahan. Justru karena semakin berkeringat dan suhu tubuhnya yang semakin panas, semangat dalam diri Jimin untuk terus bermain malam ini semakin besar.

"adek gak mau berhenti pi~" rengek Jimin.

"dengerin papi." Jungkook meraih kedua sisi pundak Jimin lalu menatapnya dengan lekat. "adek udah kelelahan dari tadi. Emang belum puas bermain?"

Jimin menggelengkan kepalanya pelan sambil menunduk. "adek gak mau berhenti pi~" ucap Jimin sambil memainkan kancing kemeja Jungkook.

Pada akhirnya, Jungkook hanya bisa pasrah. "baiklah.." keputusan terakhir. "kita bermain satu kali lagi, dan ini yang terakhir!"

Wajah Jimin yang semula menunduk sedih kini kembali memancarkan binar, sama seperti saat Jungkook menyetujui permintaan bermain Jimin tadi siang.

Jimin tersenyum riang. "pi, adek udah siapin ini tadi pagi.." ucap Jimin sambil mengeluarkan dua buah pilox dari dalam tas sekolahnya.

"ini" lanjut Jimin lalu memberikan satu pilox berwarna hitam ke Jungkook. "kita akan bermain di sepanjang gedung-gedung tak terpakai sebagai permainan terakhir untuk malam ini."

Jungkook hanya menghela nafas. Agak terlihat cukup konyol jika dia harus mengikuti permainan konyol Jimin lagi! Jungkook heran kenapa anak tirinya itu tak kunjung lelah juga. Padahal dari tadi sore, Jungkook menemaninya bermain di tempat-tempat perkumpulan anak-anak muda.

Bahkan Jungkook tadi sempat risih karena harus jadi bahan tatapan gadis-gadis dengan pakaian kurang bahan.
Dan Jungkook tak pernah membayangkan jika Jimin juga bagian dari perkumpulan anak-anak nakal dalam balapan liar.

Jungkook tidak pernah tahu jika anak itu mempunyai motor! Sangat terkejut ketika Jungkook melihat seorang Park Jimin yang dia tahu hanyalah bocah sekolahan yang manja justru punya sisi liarnya.

Habis menang balapan, Jimin berubah menjadi sosok Park Jimin yang manja. Perubahan yang teramat cepat dan tidak masuk akal!

Anehnya, Jimin juga punya sisi galak yang di mata Jungkook teramat lucu. Bayangkan tadi saat di area balapan, ada sekitaran7 orang gadis yang mendekatinya ingin basa-basi namun juga bermaksud meminta nomor ponsel dari sosok 'om tampan'.

Namun di luar dugaan, Jimin justru yang marah-marah tidak jelas, bahkan ada satu perempuan yang sempat dia tendang dan layangkan tatapan mematikannya.

Membayangkan itu membuat Jungkook seketika tersenyum. Sangat lucu membayangkan wajah marah Jimin..

"ayooo piiii~"

Jungkook kembali tersadar ketika Jimin sudah mulai mencoret-coret dinding sebuah gedung yang tak terpakai. Anak itu tampak begitu senang, terbukti dari wajahnya yang menampakan senyum lebar teramat bahagia ketika bisa mencoret-coret dinding itu dengan pilox berwarna hitam.

"aww!!"

Mata Jungkook seketika membulat ketika melihat Jimin tersandung dan menyebabkan telapak tangannya terluka.

"adek!!" Jungkook berlari ke arah Jimin lalu tak menunggu lebih lama lagi untuk segera menggendongnya dan kembali berlari dengan cepat ke mobil.

••••

Bunyi petir yang terdengar bersamaan dengan munculnya kilat cahaya berwarna putih membuat Jungkook meyakini satu hal jika malam ini akan turun hujan.

Dan benar! Di detik ketiga, rintik-rintik hujan mulai turun membasahi permukaan bumi dengan perlahan.

Jungkook dengan wajah khawatirnya mengobati kedua telapak tangan mungil Jimin yang terdapat luka dan masih setia mengeluarkan darah.

"adek ceroboh!"

Jimin masih diam. Sedari tadi Jungkook tak berhenti memarahinya, bahkan sesekali mengumpat karena saking khawatir.

"tak ada lagi yang namanya bermain seperti tadi!"

Jimin pun tak berniat untuk memotong perkataannya.

"tidak boleh membantah!"

Bahkan Jimin tidak mengeluarkan kata sedari tadi, lalu bagaimana Jimin membantah?
Melihat bagaimana papinya itu khawatir membuat Jimin mengulas senyum teramat manis.

Lagipula, luka seperti ini sangatlah biasa untuk seorang Park Jimin. Tanpa sepengetahuan maminya, Jimin sering berantem bahkan ikut tawuran dengan teman perkumpulan liarnya.

Tapi untuk sekarang, Jimin tidak ingin papinya itu tahu! Bisa bahaya..

'maafin Jimin mi..'

"adek baik-baik aja pi.."

Jungkook menatap Jimin dengan tajam. "baik apanya?? Ini adek sampe luka!"

Jimin semakin gemas melihat papinya teramat khawatir. Aura lelaki memancar sepenuhnya dari papinya tersebut.

Bagi Jimin, mengukur seberapa besar rasa sayang seseorang terhadap kita itu cukup mudah.. Lihatlah bagaimana cara dia mengkhawatirkan kita! Rasanya sangat berbeda..

"pi"

Jungkook berdehem tanpa memutuskan pandangan dari telapak tangan Jimin.

"--adek sayang papi"

Jungkook tampak biasa saja, tak terganggu sama sekali dengan kalimat Jimin barusan. "papi juga sayang adek." dia melirik sebentar ke arah Jimin. "maka dari itu, janji sama papi, adek gak akan terluka lagi.."

Dan bagaimana Jimin bisa menyembunyikan senyum di wajahnya?

Senyum itu tercipta dengan sendirinya, tanpa Jimin perintah!

"jangan senyum seperti itu!" ucap Jungkook lagi yang mana membuat senyum Jimin seketika pudar dan tergantikan dengan wajah bertanya. "papi gak mau jadi pecandu senyum adek.. Kalau sudah candu, adek mau tanggung jawab?"

••••

To Be Continued..

ɴᴇᴡ ᴘᴀᴘɪ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang