Jimin masih berusaha memproses semuanya.
Pertama, sekolah barunya benar-benar memuakan! Dia tidak punya teman hanya karena para cewek-cewek natap dia persis seperti buronan yang pantas dihukum mati.
Kedua, maminya tiba-tiba pulang tanpa kabar sebelumnya, tanpa bilang apa-apa, tanpa hint apapun, dan sukses membuat Jimin merasa terkejut.
Ketiga, satu sosok lelaki dewasa over tampan yang tiba-tiba saja sudah ada di dalam rumahnya. Sial sekali Jimin auto membayangkan majalah porno tubuh-tubuh sexy atletis para cowok.
Keempat, lelaki sexy over tampan itu adalah calon papi barunya. Sial sekali karena maminya tidak memberitahukan sejak awal, justru datang dengan tiba-tiba bersama kabar mengejutkan.Baiklah! Jimin juga masih mencoba menjaga gerak-gerik agar maminya tidak menyadari jika anak manis baby boynya sedari tadi tak berhenti melirik ke arah papi barunya tersebut. -lagipula, sedap dipandang!
"Jimin.."
Sialan! Ketahuan gak ya?
"i-iya mi?" Jimin menatap ragu ke arah maminya yang saat ini terlihat sedang membereskan meja makan setelah mereka bertiga selesai makan.
Maminya tampak melirik ke arah Jimin. "habis ini jalan-jalan sama om Jungkook. Sekalian kan supaya Jimin bisa lebih mengakrabkan diri lagi.."
Apa katanya tadi?
Jalan-jalan?
Sama om sexy?
Berarti, -berduaan saja? ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Oh tidak! Menjadi tanda siaga untuk pribadi Jimin.
Jimin berdehem sebentar, berusaha menunjukan rasa jual mahalnya meski di dalam sana sedari tadi berteriak sedap. "mami gak ikut kan?" pertanyaan spontan yang keluar begitu saja, hingga ketika dia sadari itu, refleks tangannya memukuli bibirnya tersebut.
Terdengar kekehan dari arah mami. "mami gak ikut kok. Lagipula setelah ini mami harus bersiap, besok subuh sudah harus ke bandara lagi."
Kegiatan Jimin dalam memasukan potongan-potongan apel seketika terhenti begitu mendengar satu kalimat yang terasa agak menjanggal. "bandara?"
Jimin melirik ke arah om Jungkook sebagai bentuk pertanyaan. Sialnya dada Jimin semakin berdebar saat melihat calon papinya tersebut dalam gestur teramat sexy. Dua kancing kemeja atas dibuka, mulutnya menghisap ujung rokok.
Heart attack pokoknya!
"maafin mami, Jimin.." lelaki mungil itu seketika tersadar dari acara 'mengagumi sesuatu yang bukan milik sendiri' ketika maminya tepat telah duduk di kursi di depannya.
Maminya memegang kedua telapak tangan mungil Jimin. "mami tetap harus fokus sama tugas mami di Paris sana sayang.."
Tapi sungguh, Jimin belum mengerti maksudnya.
Sebenarnya Jimin punya mami atau tidak sih? Kenapa wanita cantik di depannya ini begitu maniak kerja? Seolah-olah, Jimin hanyalah bongkahan daging berwujud manusia yang tidak sengaja wanita itu 'buat' di malam pertama.
Lalu om Jungkook?
"kebetulan om Jungkook telah resmi pindah tugas di Seoul." lanjut mami Jimin. "jadi mami pikir lumayan lah. Setidaknya baby boy mami tidak kesepian.."
•••••
Jimin benar-benar jengkel saat ini! Bahkan belum ada dua puluh empat jam maminya menginjak Seoul, wanita itu justru sebentar lagi akan segera meninggalkan Seoul.
Kenapa tidak sekalian saja Jimin tidak punya mami? Kan lebih baik begitu, daripada punya mami tapi rasanya tidak! Setidaknya dapat mengurangi sakit hati Jimin saat merindukan wanita itu.
Imbasnya, Jimin tidak bicara sedari tadi, terhitung sejak dia dan om Jungkook keluar dari rumah. Bahkan sudah setengah perjalanan, Jimin hanya tertarik untuk menatap ke luar jendela mobil.
Bibirnya dipuotkan, sedari tadi tak berhenti mencibir. Dan entah dia sadar atau tidak, sedari tadi pula om Jungkook terus-terusan melirik dengan rasa khawatir.
"adek gak apa-apa kan?"
Adek?
Apa hanya suara gentayangan yang tidak sengaja lewat di indera pendengaran Jimin?
Masih bersikap tidak peduli, Jimin menaikan kedua kakinya di atas kursi mobil, memeluk kedua lutut lalu mulai kembali pada aktivitas sebelumnya.
"adek sakit?"
Tunggu! Bukan suara gentayangan. Jimin melirik ke sampingnya, tepat di kursi pengemudi.
Dan lagi! Heart attack untuk yang ke sekian kalinya. Apa karena terlalu banyak memikirkan kekesalannya pada mami, Jimin sampai-sampai tidak sadar jika sedari tadi, om sexy tampannya tengah memperhatikan dia tanpa henti.
"adek gak apa-apa kan?"
Gotcha!
Ternyata panggilan adek tadi dari om tampannya. Dan begitu dia sadari hal itu, Jimin mulai merasakan aura panas yang menjalar di sekitar wajah dan lehernya.
Dadanya berdebar tak karuan, Jimin berdoa agar tidak mengidap serangan jantung dadakan.
Di detik ketiga, Jimin mengalihkan pandangannya lalu menutup wajah dengan kedua telapak tangan mungil itu. "Jimin malu om~"
"malu?" setiap kata yang keluar dari bibir om Jungkook sukses membuat Jimin meleleh. "adek kenapa?"
Jimin benar-benar tidak dapat menyembunyikan rona dan debaran pada dirinya. Semuanya terjadi di luar kehendak dia!-Tikung mami sendiri dosa gak sih?
Dan semakin merah wajah Jimin ketika merasakan pergelangan tangannya digenggam tangan kekar berurat tersebut.
"lihat papi.."
Perlahan bahkan sangat perlahan, Jimin mengangkat wajahnya lalu membuka kedua matanya tak kalah pelan. Bahkan sekarang, baru mata bagian kiri saja yang terbuka.
Nafasnya tercekat ketika melihat jarak wajah yang teramat dekat. Jimin menyadari jika mobil berhenti di tepi jalan.
"jangan panggil om! Adek panggil papi aja.."
•••••
Mutualan twt sama wa, mau gak?
Cerita ini tiap chap wordnya dikit..
Ini cerita gaje tidak bermanfaat, tidak ngefeel, dan tidak bisa membuat para pembaca meleleh senyum-senyum sendiri. Cerita ini sebenarnya permintaan dari salah satu pembaca, buat cerita yang konflik ringan.
Ini cuma sebagai penetral aja buat kalian yang baca semua cerita aku.. Ini fix konflik ringan, ok?
C U ( ˘ ³˘)♥
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇᴡ ᴘᴀᴘɪ (✓)
FanfictionJimin dapat papi baru di ulang tahunnya.. © sLMyyy, October 2019