PROLOG

1.7K 99 20
                                    

Duduk di bangku taman dan ditemani dengan sebuah Sketchbook serta sebuah pensil, sudah menjadi rutinitas ku di negara asing ini terkenal dengan sebutan negara romantis yang memiliki sejuta keindahan. Prancis. Banyak yang bilang begitu, aku pun mengakuinya.

Ku goreskan ujung pensil ini diatas kertas putih yang masih kosong, membuat sebuah sketsa wajah orang yang aku rindukan selama di negara ini. Kurang lebih satu tahun aku meninggalkan nya, dengan rasa rindu yang semakin hari semakin bertambah.

Selama disini melukis adalah salah satu hal yang biasa aku lakukan, ntah ini lukisan keberapa yang ku buat dengan dia sebagai objeknya. Walaupun tidak pernah bertemu secara langsung, tapi aku selalu mengikutinya dimedia sosial. Saat dia sedang bersama teman-temannya mengangkat sebuah piala dengan raut bahagia, ataupun saat dia sendiri dengan ekspresi wajah yang biasa dia tampilkan. Datar tanpa sebuah senyum tipis, tapi tidak mengurangi kadar kegantengannya.

Ditemani dengan semilir angin yang membuat rambutku tersibak, tidak membuatku kehilangan fokus untuk melukis wajahnya. Hari ini atau lebih tepatnya sore ini dengan cuaca yang lumayan dingin, serta burung yang berterbangan menjadi saksi dimana aku kembali merindukan dia.

Setelah selesai melukis wajahnya, aku pun menuliskan beberapa kalimat dibelakang gambarnya. Aku bukan seorang pelukis ataupun puitis, aku hanya seorang gadis yang merindukan seseorang dengan jarak beribu-ribu mil jauhnya.

Aku dan kamu
Seperti Fajar dan Senja,
Bulan dan Matahari,
Segala sesuatu yang tidak pernah bersama.

Sudah menjadi hukum alam,
Sebelum kamu terlihat aku sudah pergi.
Atau pun sebaliknya.

Tapi aku percaya kita sudah ditakdirkan oleh sang Maha Kuasa, berada dilangit yang sama tanpa bersama.

Saling melengkapi satu sama lain,
Dan mempunyai tugas masing-masing untuk Bumi.

Tapi aku ingin seperti langit yang selalu bersama Matahari saat cuaca cerah dan menemani Bulan disaat mendung tanpa bintang.

-Arletta Aruna.

Ku pejamkan mataku sebentar menikmati semilir angin, kemudian aku membalikan Sketchbook ku ke lukisan yang kubuat.

Alando Lazuardi🖤

Sebuah nama yang sangat aku rindukan, lengkap dengan emoticon love dibelakangnya. Ku tulis dibawab lukisan wajahnya.

Sebuah usapan lembut di kepala membuat ku tersadar dari lamunan, "Gak baik melamun," ujar seseorang yang duduk di sampingku.

"Aku gak melamun kok," jawab ku seraya tersenyum, dia adalah sosok malaikat pengganti ku saat berada di negara ini.

Selama aku berada disini, dia selalu berada di sampingku. Walaupun begitu aku tidak bisa menghilangkan rasa rinduku pada dia, yang ntah sekarang sedang apa. Tapi aku harap dia selalu bahagia setiap saat.

Dia pun tersenyum, "merindu lagi?" tanyanya yang dijawab anggukan olehku.

"Kamu tau jawabannya,"

"Sebaiknya kita pulang, udaranya tidak baik untuk kesehatan!" Aku pun membereskan alat tulisku sebelum akhirnya berdiri, bersiap untuk pulang ketempat yang aku tinggali di sini.

"Jaga kesehatan, aku pamit dulu. Sampaikan salam ku juga." pesannya saat kita berada didepan pintu tempat ku tinggal, aku pun menggunakan kepalaku sambil berkata, "Take care!"

TBC

•••••

Hai, hai, hai.
Semoga aja kalian suka sama yang ini🖤
Jangan lupa bintang dan komentar serta kritik dan sarannya, karena ini cerita pertama.

-Natathecoco
Desember2019

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang