BAGIAN DELAPAN

533 41 15
                                    

'Jadilah seperti Edelweis. Iya, sederhana tapi sulit digapai'
-Arletta-

Sekarang hari senin. Hari dimana semua orang sibuk dengan aktivitas nya seperti bekerja, dan sekolah. Sama halnya dengan Arletta, sekarang dia sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah selesai Letta turun dari kamarnya.

"AYAHH!" pekiknya saat melihat Dave —sang Ayah sedang membaca koran, Letta langsung memeluk leher Ayah dari belakang. "Ayah kapan pulang kok gak bilang Letta?"

"Ayah baru sampai tadi malam, tapi kamu udah tidur yaudah gak dibangunin." bukan Ayah yang menjawab melainkan Bunda.

"Ihh Bunda, Letta kan tanyanya ke Ayah bukan ke Bunda."

"Sama aja sayang," jawab Ayah sesudah melipat korannya sambil mengelus rambut Letta.

Letta mendudukan kursi yang berada di samping Ayah, "Lagian Ayah betah banget sih di negeri orang?"

Ayah nya Letta merupakan salah satu pembisnis sukses yang mempunyai beberapa cabang diluar maupun dalam negeri. Sudah hampir satu minggu, terhitung sejak dia masih di Paris.

"Ayah kan ke sana juga ngurusin bisnis bukan jalan-jalan," memang salah satu perusahaan Ayah yang berada di Korea yang hampir kolaps.

"Tapi kan Letta itu pas awal masuk sekolah di antar sama Ayah, tapi Ayahnya malah berada di negara suami nya Letta."

"Suami?" beo Bunda saat menghidangkan nasi goreng buatannya.

"Iya, suami Letta kan Sehun." jawab Letta polos sambil senyum lebar.

"Mimpi aja kamu! Halu terus," ejek Bunda, sedangkan Letta membalasnya "Biarin! Wlee!" sambil menjulurkan lidahnya.

"Kamu ya—" sebelum terjadi peperangan antara Ibu dan Anak sang Ayah langsung menghentikan nya.

"Sudah, mending kita sarapan!" ujar Ayah menengahi.

"Assalamualaikum," ucap seseorang membuat mereka bertiga menoleh.

"Waalaikumsalam." jawab mereka berbarengan.

"Nak Alan. Sini, kamu pasti belum sarapan." ujar Bunda. Iya dia Alan, Alan sengaja datang pagi-pagi kerumah Letta untuk mengajak gadis itu berangkat bersama.

Alan duduk di kursi tepat samping Letta. Letta yang peka pun langsung mengambilkan sarapan untuk Alan, "Harus dihabisin!" titahnya.

"Itu kebanyakan Let," protes Alan. Pasalnya Letta tidak segan-segan untuk mengambil seporsi untuk makan siang, bukan untuk sarapan.

"Apanan berdua, biar so sweet." jawab Letta dengan cengirannya.

"So sweet so sweet palamu peang,"

"Apa sih Bunda sirik aja," ujar Letta, "Ayah! Itu Bundanya pengen disuapin katanya."

"Heh kamu ini!" Pertengkaran seperti ini sering terjadi, Letta yang manja dan Bunda yang suka menggoda.

Mereka pun akhirnya memakan sarapan masing-masing, atau yang lebih tepatnya dengan Letta yang makan berdua dengan Alan dan Alan yang menyuapinya. Setelah selesai Letta dan Alan memakan buah-buahan sebagai penutup sarapan, Bundanya sedang di dapur sedangkan Ayahnya sedang pergi ke kamar untuk mengambil jas nya.

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang