BAGIAN DUA

716 66 8
                                    

Ditinggal dengan orang yang disayang membuat cowok yang memiliki nama panggilan Alan itu, selalu merasa rindu yang memuncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditinggal dengan orang yang disayang membuat cowok yang memiliki nama panggilan Alan itu, selalu merasa rindu yang memuncak. Belum lagi Alan sama sekali tidak mengetahui dia berada dimana, bagaimana keadaannya dan apakah dia juga merindukannya? Rasanya pusing dikepalanya semakin bertambah.

Tawuran, merokok bahkan minum sudah menjadi rutinitas Alan saat dia pergi. Seperti saat ini tepatnya pukul sepuluh malam, dimana semua orang mulai memasuki kedalam mimpi justru Alan malah berada ditempat haram yang terkutuk. Club. Detuman musik semakin terdengar saat ia masuk, banyak orang-orang yang bejoged di dance floor menghentakkan kaki, menganggukkan kepala, berputar, berpelukan, berciuman, dan bahkan make out tanpa malu disita pojok. Walaupun umurnya belum cukup untuk masuk ke dalam club tapi dengan kekuasaannya semuanya bisa menjadi mudah. Bahkan dia sudah memiliki kartu tanda pengunjung tetap.

Bukan tanpa sebab Alan mendatangi tempat ini, saat Alan sedang merasa rindu tapi tidak bisa bertemu. Jangankan bertemu untuk berbicara lewat telepon pun tidak bisa. Saat Alan duduk di bar banyak wanita penggoda yang mencoba menggodanya, bukannya tergoda Alan justru merasa jijik.

"Pergi!" ucapnya saat salah satu wanita tersebut menggodanya saat dia duduk di kursi bartender, merasa diacuhkan wanita itu pun pergi mencari mangsa yang lain.

"Vodka," ujar Alan.

"Gila lo? Lo itu udah mulai mabuk!" ujar Dino-salah satu temannya yang melayaninya menjadi bartender, "udah kerjaan lo itu cuma racik minuman buat gue!" balas Alan.

Dino memberikan satu gelas Vodka lagi untuk Alan, yang langsung disambar habis olehnya.

"Kamu apa kabar? Aku kangen banget sama kamu," racau nya dengan tatapan sendu, karena ntah sudah banyak gelas Vodka yang sudah dihabiskan olehnya. "tapi kenapa kamu pergi gitu aja? Tanpa kabarin aku, padahal ini udah hampir satu tahun. Tapi sampe sekarang kamu belum kabarin aku."

Dino yang sudah tau alasan setiap Alan datang kesini pun hanya bisa memerhatikan dengan tatapan miris, sudah sering Alan ketempat ini semenjak ditinggal oleh orang yang disayang nya.

"Lan, Seharusnya lo sadar apa yang dilakuin lo itu salah, kalau lo kangen dia atau kecewa bukan kaya gini caranya, dan lo pikir gimana saat dia tau kalau lo kaya gini?" Nasihat Dino, walaupun dia tidak cukup baik karena bekerja ditempat seperti ini. Tapi mau gimana lagi? Jakarta itu kejam. "gue tau, gue gak lebih baik dari lo. Tapi-"

"Udahlah, No!" ujar Alan memotong ucapan Dino.

Dino yang merasa percuma menasihatinya menghela nafas, "Terserah lo aja, Lan. Yang penting gue udah nasihati," setelah mengucapkan itu, Dino pergi kebelakang.

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang