BAGIAN ENAM

554 47 2
                                    

Now playing-I like me better

Weekend. Satu kata yang yang menggambarkan isi hati pelajar, senang dan sedih. Senang karena terbebas dari sekolah dan tugas, dan sedih karena tidak bisa melihat sang pujaan, atau gebetan. Tapi ada hal yang hal yang harus disyukuri, yaitu bisa bangun siang tanpa memikirkan terlambat datang ke sekolah.

Seperti yang Letta inginkan, tidur sampai siang. Tapi sepertinya itu hanyalah angan-angan Letta saja, buktinya sekarang dia sudah berada ditaman kompleks perumahannya. Memakai kaos oblong dan training serta sepatu olahraga, sambil berlari kecil. Tidak. Ini bukan keinginan nya, jika bukan karena Alan datang dan membangunkannya sudah dipastikan bahwa sekarang dia masih bergelung dengan selimut tebalnya.

"Capek," keluh nya, menyimpan kedua tangannya dilutut dengan nafas terengah-engah.

"Masa baru sebentar udah capek?" ujar Alan, seraya mengelap keringat yang berada di dahi Letta menggunakan handuk kecil yang dibawanya. "Yaudah kita istirahat dulu," sambung nya menarik lengan Letta untuk duduk disalah satu bangku taman.

Letta menaruh dan meluruskan kakinya, dibangku taman. Dengan Alan yang duduk disampingnya sambil memijat pelan kaki Letta yang berada di pangkuannya.

"Aku beli minum dulu, kamu tunggu disini!" Setelah mengucapkan itu, Alan langsung berjalan menuju penjual minuman.

Beberapa menit Letta menunggu, Alan sudah kembali dengan sebotol air mineral yang tidak dingin.

"Nih minumnya," ujar Alan memberikan air yang sudah dia bukan tutupnya.

"Kok gak dingin?"

"Gak baik minum air dingin sehabis olahraga," sahut Alan menjelaskan. Letta langsung meminumnya sampai menyisakan airnya setengah botol.

"Loh, kamu gak beli minum?" tanya Letta yang baru menyadari bahwa Alan hanya menatapnya saat minum.

"Ini aja berdua," Alan langsung menyambar air yang berada digenggaman Letta, dan meminumnya sampai habis.

"Itu kan, bekas aku," ucap Letta dengan mata melotot.

"Biar romantis," ujar Alan enteng sambil tersenyum manis.

"Apaan romantis, gak modal itu mah," ketus Letta, padahal sebenarnya jantung dia udah kaya mau meledak.

"Masa? Kok pipinya merah, kaya kepiting rebus," goda Alan dengan suara yang di imut-imut kan.

"Apa sih, sejak kapan kamu alay? Sampe tau kata 'kepiting rebus'. Jangan-jangan kamu emang alay?" tanya Letta memicingkan matanya sambil menutupi pipinya dengan telapak tangan.

"Percuma ditutupin, aku juga udah lihat," ujar Alan tanpa menghiraukan pertanyaan Letta, "aku mau lanjut olahraga lagi. Kamu mau ikut?" ajak Alan yang mendapat gelengan oleh Letta.

"Aku tunggu disini aja, cape,"

"Yaudah kamu tunggu disini," setelahnya Alan mulai olahraga disekitar Letta, agar dia bisa memastikan bahwa gadisnya aman.

Selama Alan berolahraga, Letta hanya melihat isi taman yang dipenuhi oleh pemuda-pemudi yang berolahraga sambil bergandengan tangan. Dilhatnya jam yang berwarna putih yang berada dipergelangan tangannya, cukup lama juga dia menunggu. Sekarang sudah hampir siang, tapi Alan belum juga kembali, kemana dia? Apa dia meninggalkan nya? Pikirnya beritanya.

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang