BAGIAN TUJUH

575 58 14
                                    

Ada yang berbunga tapi bukan pohon, ada yang melayang tapi bukan burung, ada yang bergetar tapi bukan ringtone.
-Hati-


"Alan." rengek Letta disertai ringisan. Alan berbalik badan, dilihatnya disana Letta sedang terduduk sambil memegang pergelangan kaki sebelah kirinya.

"Kenapa?" tanyanya dengan nada datar.

"Jatuh," jawab Letta.

Alan menghembuskan nafasnya sebelum menghampiri Letta, dan berjongkok di depannya. "Maksud aku kenapa bisa jatuh?"

"Kan aku ngejar kamu,"

"Aku gak perlu dikejar."

"Abisan kamu jalan duluan mulu,"

"Mana yang sakit?" tanya Alan sambil membuka sepatu dan kaos kakinya, terlihatlah pergelangan kaki Letta yang membiru. "Ini sakit?" tanyanya saat memijat pelan kaki Letta.

Letta mengangguk sambil meringis, "Perih."

"Naik! Aku gendong!" 

Mendengar perintah Alan, Letta langsung naik ke punggung Alan. Di gendong dengan tangan yang memegang sepatunya yang tadi dibuka oleh Alan.

"Kamu kenapa sih?" tanya Letta membuka suara.

"Nggak,"

"Alan kamu kenapa?" Letta merengek sambil menyimpan kepalanya dipundak Alan.

Alan diam.

"Aku bukan cenayang loh, yang bisa baca pikiran kamu. Aku juga gak punya kekuatan kaya Roy Kiyoshi. Jadi aku gak tau kamu kenapa." ujar Letta.

"Gapapa," jawab Alan.

"Ih kamu mah kaya cewek aja, jawabnya 'gapapa'." gerutu Letta tepat di samping telinga Alan, yang membuat dia merinding karena suara dan nafas Letta di lehernya.

"Ask for yourself,"

Letta mengingat-ngingat apa penyebab Alan mendiamkannya. Seingatnya dia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi.... wait dia ingat sekarang.

"Kamu marah karena tadi aku senyum ke pelayan cafe itu?" tanya Letta diiringi kekehan kecil.

"Hm," deham Alan.

Tawa Letta pecah mendengar dehaman Alan. "Seriously? Ya ampun Alan kamu lucu banget sih," ujar Letta sambil mencubit pipi kiri Alan dengan tangannya yang tidak memegang sepatu.

"Tapi, Alan kamu gak usah segitunya." kata Letta, "Karena kamu tau aku."

•••

Setelah selesai olahraga yang membuat kaki Letta terkilir karena sifat childish Alan saat cemburu, kini kaki Letta sedang di pijat oleh mbok Sum.

"Sshh sakit, mbok!" rintih Letta dengan wajah menahan tangis.

Sedangkan Alan yang yang duduk dibelakang Letta dengan tangan yang menjadi korbannya, karena saat di pijat Letta kadang menggigit bahkan mencengkram tangannya.

"Udah, non." ujar mbok Sum. Letta langsung melepas gigitannya pada tangan Alan.

"Serius mbok?" tanya Letta.

"Coba berdiri," dengan perlahan Letta mencoba berdiri dengan memegang tangan Alan, saat sudah berdiri dia tidak merasakan sakit atau perih dipergelangan kakinya. Letta pun mencoba meloncat-loncat kecil sambil memekik senang, "gak sakit lagi mbok. Makasih ya mbok!" ucap Letta dengan cengiran lebar nya.

"Sami-sami atuh, kalo gitu si mbok kebelakang dulu ya, non." selepas kepergian mbok Sum, Letta melanjutkan loncatannya sambil terkikik senang.

"Udah gak sakit, lan!" ujarnya.

ArlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang