Part 3

33.6K 5K 701
                                    

JIKA saja Jaehyun tidak mendapatkan panggilan dari pihak rumah sakit, mungkin saat ini ia sudah pergi bersama Taeyong dan Jeno ke daerah bukit yang memiliki udara segar. Sayangnya hal tersebut harus di tunda terlebih dahulu karena Dokter mengatakan bahwa detak jantung Jungwoo sempat berhenti selama satu menit.

Di sini lah Jaehyun berada sekarang. Ruang ICU seraya memandangi Jungwoo dengan tatapan sendu, ia datang bersama Taeyong dan menitipkan Jeno kepada Ten. Taeyong sendiri yang memaksa untuk menemani Jaehyun, bayi tentu tidak bisa masuk ke dalam rumah sakit karena daya tahan tubuhnya masih sangat lemah. Semoga saja Ten tidak kerepotan mengurus bayi mungil itu.

Saat ini detak jantung Jungwoo sudah kembali; meskipun terlihat semakin lemah. Jaehyun mengenggam jemari Jungwoo dengan erat; memberikan kecupan lembut di punggung tangan Omeganya. Aroma tubuh Jungwoo masih menguar, walaupun tidak sekuat biasanya. Jaehyun benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, ia tidak bisa memprediksi apapun.

"Kumohon bertahanlah.." gumam Jaehyun pelan; ia menunduk dan memberikan kecupan pada kening Jungwoo. Lelaki manis itu masih setia memejamkan mata dengan selang oksigen yang menghiasi bagian hidung.

Jaehyun tidak bisa menebak atau merubah takdir. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Jungwoo nantinya. Meskipun Jaehyun berharap tentang keajaiban, namun hal tersebut belum tentu terjadi, ia bisa mendapatkan kabar buruk kapan saja. Jaehyun sudah sangat lelah karena hati serta pikirannya terus menerus memikirkan Jungwoo tanpa henti. Ia ingin melihat Omeganya membuka mata, tersenyum dan menyapanya seperti biasa.

Tidak bisa di pungkiri bila Jaehyun sangat merindukan senyum, tawa dan suara Jungwoo. Ia ingin kembali ke masa lalu; di mana ia bisa bersama Jungwoo yang sehat serta ceria. Tidak seperti sekarang.

Menghirup napas panjang, Jaehyun akhirnya membuka pakaian khusus untuk ruang ICU dan keluar. Ia menghampiri Taeyong yang sedang duduk di kursi tunggu, lelaki cantik itu terlihat khawatir.

"Bagaimana?" tanya Taeyong penasaran; ia berdiri dan menatap lurus ke arah bola mata Jaehyun yang terkesan hampa.

"Aku tidak tahu Taeyong. Harapanku pupus, aku mungkin harus merelakannya, ini benar-benar menyakitkan.."

"Jaehyun.."

"Aku merindukannya, aku ingin memeluknya dan mengatakan bahwa semua pasti akan baik-baik saja. Tapi tidak semudah itu, rasanya duniaku hancur tanpa sisa."

Tanpa menunggu lama Taeyong segera menarik tubuh Jaehyun ke dalam pelukan. Suara lemah lelaki tinggi itu terdengar sangat menyedihkan; berhasil membuat hati Taeyong berdenyut nyeri. Ia mengusap punggung serta belakang kepala Jaehyun, mencoba menenangkan sahabatnya.

Air mata menetes di pipi Taeyong ketika Jaehyun menenggelamkan wajah di ceruk lehernya; lelaki tampan itu menangis dalam diam. Entahlah, tapi Taeyong juga merasa sangat sedih karena Jaehyun terasa begitu rapuh sekarang.

"Jaehyun, kau harus yakin, Jungwoo pastiㅡ"

"Dia tidak baik-baik saja.." potong Jaehyun cepat, ia mencengkram pelan belakang baju Taeyong dan semakin menenggelamkan wajah hingga hidung serta bibirnya menempel di leher Taeyong, "dia sekarat, dia akan meninggalkanku.."

Taeyong mengigit bibir. Tidak ada gunanya memberi kalimat penyemangat karena ia tahu bahwa Jungwoo mungkin tidak akan selamat, itu mustahil. Detak jantung lelaki manis itu sangat lemah, tidak ada perkembangan yang berarti.

"Jaehyun.."

"Apa rasanya memang sesakit ini?" bisik Jaehyun pelan, bahunya terkulai lemas.

Rasanya memang sangat menyakitkan. Taeyong pernah kehilangan satu orang yang sangat ia cintai dengan sepenuh hatinya dan itu terasa lebih parah dari apapun. Yang bisa Taeyong lakukan hanya menangis dan menyalahkan takdir.

One More Time《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang