Ruby keluar dari ruangan kelasnya, ia membawa setumpuk buku tebal serta laptop di pelukannya. Ia ingin cepat-cepat pulang, Bundanya sudah menunggu dirinya di rumah.
Sebelum itu, Ruby harus mengembalikan beberapa buku yang sempat ia pinjam dari perpustakaan.
Jam kelasnya telah usai, namun tidak semua teman sejurusannya langsung pulang. Ada yang masih ingin mengerjakan tugas dengan alasan tanggung, ada yang iseng bermain basket di lapangan dan ada juga yang nongkrong di kantin.
Lelah. Satu kata yang menggambarkan perasaan Ruby saat ini.
Menjadi anak kuliahan membuat dirinya harus terus-menerus bekerja keras. Jika bisa, ia ingin kembali menjadi anak SMA. Ia masih bisa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Walaupun mau tidak mau harus dihukum hormat bendera atau lari keliling lapangan, itu lebih baik ketimbang sekarang.
Ruby menunggu angkutan umum yang lewat di halte. Ia mengedarkan pandangannya. Melihat, apakah ada angukutan umum yang sebentar lagi lewat. Namun, nyatanya tidak ada. Ia harus bersabar menunggu.
"Ruby!" panggil Athan. Cowok berlesung pipit itu menghampiri Ruby dengan napas yang terengah-engah.
Ruby mengernyit heran.
"I-ini, buku lo ketinggalan." Athan menyodorkan buku catatan Ruby kepada sang pemilik.
Ruby mengambil buku itu. Ia benar-benar ceroboh. Ruby meninggalkan buku itu di atas meja begitu saja. "Makasih, Ath."
Athan mengangguk. "Iya, sama-sama." Athan menghela napasnya, menetralkan deru napasnya yang memburu sehabis berlari tadi. "Ruby, bagi minum, dong."
"Minum?" Ruby mencari botol minuman di tasnya. Setelah itu, ia memberikan botol minuman dingin yang tinggal tersisa setengah kepada Athan.
"Gue habisin, ya?" tanpa menunggu jawaban Ruby Athan langsung meneguk habis minuman dingin tersebut.
"Haus banget, ya?" Tanya Ruby sambil terkekeh geli.
Athan mengangguk. "Bangeeet, Rub."
Ruby tersenyum menanggapinya. Lalu, satu detik kemudian angkutan umum yang sedari tadi Ruby tunggu berhenti tepat di depannya.
"Athan, gue duluan, ya," ucap Ruby lalu menaiki angkutan umum berwarna biru itu.
"Hati-hati, Rub!" ucap Athan. Dan, tanpa Athan sadari Ruby tersenyum di dalam angkutan umum itu.
🌧🌧🌧
Ran duduk di pinggir kasur, ia mengecek ponselnya. Tidak ada notifikasi yang masuk. Biasanya Athan yang terus mengechat-nya, namun sekarang tidak. Atau mungkin, ia sekarang sedang menunggu notifikasi chat dari Rey yang terus membuat dirinya tertawa karena pesan yang cowok itu kirimkan.
Ran meratapi meja belajarnya yang penuh dengan tumpukan buku-buku dan tugas-tugas. Semakin hari tugasnya semakin menumpuk. Ran mumet memikirkan itu semua. Andai saja ada satu bulan full tidak ada tugas, dirinya akan sangat senang.
Right now, I'm in a state of mind
I wanna be in, like, all the time
Dering teleponnya berbunyi. Tertulis nama seseorang yang hampir 2 tahun ini sudah jarang menghubunginya. Ran tersenyum lebar, lalu menekan tombol hijau.
"HAI, RAN!" sapa orang itu dari seberang sana begitu antusias.
"Grace! Ya ampun, kemana aja lo? Gue kangen sama lo!"
Ya, dia Grace. Yang kini tengah melanjutkan kuliahnya di Korea Selatan.
"Sori, gue sibuk banget di sini. Sampai nggak ada waktu sama sekali buat ngabarin lo sama Ruby."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for Me (TAMAT)
Teen Fiction"I'm still waiting you." Apa Tuhan sengaja mempertemukan kita dalam keadaan yang berbeda? Entah untuk menghapus rasa atau menambah luka. Bagiku itu sama saja. Terus menunggu kamu kembali tanpa lelah dan terbayar dengan rasa sakit yang luar biasa. ...