17. Sarapan

173 15 0
                                    

Rey menuruni anak tangga rumahnya sambil membawa tas, pagi ini ia mempunyai jadwal kuliah pagi. Ia ingin cepat-cepat pergi kuliah karena tugas makalahnya belum selesai, satu-satunya jalan adalah mencari materi di perpustakaan sebelum kelasnya dimulai

"Ma, Pa, Rey berangkat kuliah dulu, ya," ucap Rey menghampiri Mamanya di dapur.

"Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Rachel seraya menatap putranya itu.

"Sarapan aja dulu," sahut Nion yang hendak menyesap kopinya.

Rey terlihat berpikir, lalu melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih, ada waktu, sih. Ya udah, Rey sarapan aja di sini."

Rachel tersenyum, lalu mengelus rambut Rey. "Kamu mau makan apa, Sayang? Spaghetti, atau pasta? Pizza sisa kemarin juga masih ada, sih. Apa kamu mau makan roti aja?" tawar Rachel seperti pelayan restoran.

Rey terkekeh. Sebenarnya, ia tidak terlalu suka makanan gaya Eropa. Namun, setiap pagi hanya ada roti dan selai kacang di meja makan yang membuat Rey tidak napsu untuk sarapan di rumah.

"Nasi goreng aja deh, Ma," jawab Rey kemudian.

"Aduh, Rey. Sarapan kemarin kamu udah makan nasi goreng, masa hari ini nasi goreng lagi?"

Rey menghela napasnya. "Nasi uduk aja kalau gitu."

Rachel mendengus sambil geleng-geleng kepala. Rey selalu meminta yang aneh-aneh. "Mama nggak bisa buatnya, Sayang."

Rey mengerucutkan bibirnya sebal. Mengapa Mamanya selalu tidak bisa mengiyakan apa yang ia mau?

"Kamu sarapan aja di kampus. Dari pada kelamaan, nanti kamu telat." Nion akhirnya kembali bersuara.

Rey mengangguk. Setuju akan usul Papanya. "Maaf, ya, Ma, aku langsung berangkat ke kampus. Sarapannya nanti aja," ucap Rey lalu menyalimi tangan Nion dan Rachel bergantian. Setelah itu ia menyambar kunci motor dan bergegas pergi ke kampus.

🌧🌧🌧🌧

Perpustakaan adalah tempat terbaik bagi Ran untuk saat ini. Ia berjalan ke arah rak yang berisi buku-buku ensiklopedia. Ran tidak berniat untuk mengerjakan tugas. Ia hanya iseng jadi memilih untuk membaca buku yang menambah pengetahuannya.

Ia mengambil buku setebal 400 halaman, lalu ia membawanya ke salah satu meja didekat jendela.

Ran mendaratkan bokongnya, mencari posisi ternyaman untuk membaca. Setelah itu, ia menyumpal pendengarannya dengan earphone. Ran membaca lembar demi lembar dari ensiklopedia tersebut dengan tenang, sampai seseorang mengusik ketenangannya.

"Halo, Ran!" sapa orang itu ramah, lalu duduk di hadapan Ran.

Ran melepas earphone-nya lalu mendongak ke depan. Cowok yang ada di hadapannya terlihat sedang membuka laptop dengan setumpuk buku di sampingnya.

"Halo juga, Rey!" sapanya balik sambil tersenyum. "Lo belum selesai ngerjain tugas, ya?"

Rey mengangguk, namun tatapannya tidak lepas pada layar laptop. "Iya, nih. Padahal tinggal sedikit lagi."

"Ya udah, lo kerjain aja dulu. Gue nggak akan ganggu, kok," ucap Ran kemudian kembali pada aktivitas membacanya.

Setelah itu keduanya diam. Hanyut pada pekerjaannya masing-masing.

"Ran," sebut Rey. Memecahkan heningnya suasana.

"Kenapa?"

Rey menghentikan aktivitas mengetiknya sebentar, tatapannya tertuju pada Ran. "Kita udah kenal lenih dari dua bulan, kan. Lo nyaman nggak sama gue? Yah, walaupun kita nggak dekat-dekat banget."

Love for Me (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang