Jam menunjukkan pukul 13.00. Ran baru saja keluar dari kelas. Semua mata kuliah telah selesai, namun Ran belum bisa bernapas lega sebab tumpukan tugas masih melandanya.
Seperti tadi malam, Ran rela begadang hanya demi menyelesaikan jurnal. Akibatnya, ia tidak maksimal mengerjakan tugasnya. Apa lagi, flashdisk yang Ran gunakan untuk menyimpan data-data sempat hilang entah kemana. Membuat Ran frustrasi seketika.
"Rub, lo mau balik bareng gue nggak?" tawar Ran kepada Ruby yang berjalan beriringan bersamanya di halaman kampus.
"Makasih, nggak usah. Gue masih ada urusan soalnya." Ruby menolak. Ran mengangguk sebagai respon.
"Ya udah, gue balik duluan, ya!" Ran berpamitan sebelum akhirnya berjalan cepat ke arah parkiran mobil.
Sesampainya di parkiran mobil, mata Ran membulat sempurna. Ia melihat mobil miliknya yang berwarna merah marun itu tidak lagi seperti semula. Banyak coretan pilox di sana. Mulai dari bagian depan, tengah, hingga bagian belakang mobil dipenuhi oleh banyak coretan.
Ran menghampiri mobilnya tersebut. Membaca tulisan berwarna merah yang tertera di kaca bagian depan mobil.
Let's play, Kirana!
Jantung Ran berdegup kencang. Mengapa ia harus berhadapan dengan hal-hal seperti ini?
Ran mengambil kunci mobil, ia berniat untuk mengecat ulang mobilnya di bengkel. Karena noda ini pasti sulit untuk dihilangkan dengan air.
Namun, baru saja Ran berniat untuk membuka pintu mobilnya, gadis itu tidak sengaja melihat ban mobilnya kempes. Bukan hanya ban depan yang kempes, tetapi ban belakang juga.
Ran mendengus kasar. Siapa lagi yang melakukan ini kalau bukan Gladys atau orang suruhannya?
Gladys mulai menjalankan permainannya.
Baru saja Ran ingin membuka ponsel untuk memesan ojek online. Tiba-tiba seorang cowok menghampirinya, membuat Ran mengurungkan niatnya untuk membuka ponsel.
"Ran, mobil lo kenapa?" tanya Rey setelah melihat kondisi mobil Ran.
Ran mengangkat bahunya. "Biasa, orang iseng."
"Terus, ban mobil lo kempes?" tanya Rey lagi ketika melihat kondisi ban mobil Ran yang benar-benar kempes.
Ran mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Rey.
"Mau pulang bareng?" tawar Rey. "Nanti lo suruh orang aja buat ambil mobil lo."
Ran berpikir sejenak. Mempertimbangkan tawaran Rey. "Ya udah."
Rey tersenyum dan menyuruh Ran untuk ikut menghampiri motornya yang terparkir tidak jauh dari mobil Ran.
"Sori, gue nggak bawa helm dua," ucap Rey meminta maaf. "Nggak pa-pa enggak pakai helm?"
"Iya, nggak pa-pa." jawab Ran.
Rey lalu naik ke motor sport hitamnya dan memasang helm yang hampir menutupi seluruh wajahnya.
Ran naik ke jok motor Rey yang sudah lama tidak ia naiki. Sebab, terakhir kali Ran menaiki motor Rey sekitar dua tahun yang lalu. Ketika dirinya dan Rey masih menduduki bangku SMA. Ran sangat merindukan itu. Ia sangat bersyukur, bisa menaiki motor Rey lagi.
Setelahnya, Rey melajukan motornya keluar dari area parkir kampus.
Selama perjalanan, Ran diam membisu. Dirinya seperti bernostalgia kemasa lalu, di mana saat itu ia diantar pulang oleh Rey, sama seperti sekarang ini.
Rey sama sekali tidak melontarkan satupun pertanyaan pada Ran. Ia seperti sudah hapal arah jalan menuju rumah Ran. Itu membuat banyak pertanyaan berkecamuk dipikiran Ran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for Me (TAMAT)
Teen Fiction"I'm still waiting you." Apa Tuhan sengaja mempertemukan kita dalam keadaan yang berbeda? Entah untuk menghapus rasa atau menambah luka. Bagiku itu sama saja. Terus menunggu kamu kembali tanpa lelah dan terbayar dengan rasa sakit yang luar biasa. ...