Rey melajukan motornya pada kecepatan di atas rata-rata. Ia baru saja mengunjungi rumah Ran untuk menemui gadis itu. Namun, ternyata Ran tidak berada di rumah sejak sabtu sore. Itu benar-benar membuat Rey khawatir dan beberapa pikiran negatif mulai terlintas di otaknya.
"Lo di mana, sih, Ran?" gumam Rey di balik helm full face-nya. Ia takut terjadi apa-apa dengan Ran. Tetapi, Rey tidak tahu ke mana ia harus mencari gadis itu. Ah, kepalanya terasa sangat pening.
Setelah berkendara beberapa saat, akhirnya cowok itu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Melupakan Ran sejenak dan beralih untuk mencari tahu separuh masa lalunya yang hilang.
Jam masih menunjukkan pukul tiga sore. Itu berarti Rey masih mempunyai waktu untuk mencari Ran setelah mampir sebentar kesuatu tempat.
Di sinilah Rey berada, di depan gerbang SMA Pelita Bangsa. Cowok itu datang tepat ketika jam pulang sekolah. Ia masuk ke dalam, lalu memarkirkan motornya di parkiran. Ketika Rey berjalan di lapangan, banyak sekali siswi yang memandanginya. Namun, ia tidak mengindahkan tatapan mereka dan memilih untuk terus berjalan.
Rey berhenti tepat di depan pintu ruang OSIS, ia menadanginya lama seraya terus mengingat beberapa memori yang pernah terjadi di sini.
"Emang cewek murahan. Mentang-mentang bule, nemplok sana-sini."
"... Gue nggak butuh pengurus OSIS yang nggak profesional kayak lo."
"... Gue nggak ngerti jalan pikir lo kayak gimana. Lo berubah."
Apa yang terlintas di pikiran Rey saat ini terasa menyakitkan. Cowok itu tidak enak hati dan benar-benar merasa bersalah atas sikapnya yang terlalu kasar. Lalu, Rey melangkah masuk ke dalam ruang OSIS. Matanya langsung tertuju kepada seorang lelaki yang tengah duduk sambil menatap layar laptop.
"Pak Rahmat," sebutnya yang membuat lelaki itu menengadah menatap Rey.
"Reihan, kamu apa kabar?" Pak Rahmat bangkit berdiri, beliau merasa senang bisa bertemu lagi dengan mantan Ketua OSIS kebanggaannya itu.
Rey mencium punggung tangan Pak Rahmat. "Baik, Pak."
"Kamu ada urusan apa ke sini?" tanya Pak Rahmat.
"Emm, saya mau main aja, Pak. Kan, udah lama nggak ke sini." Rey tersenyum, lalu mengobrol ringan dengan Pak Rahmat.
Detik berikutnya, mata Rey tertuju pada foto angkatan OSIS dari tahun ke tahun yang ada di belakang Pak Rahmat. Cowok itu berjalan mendekat, kemudian memandangi foto-foto tersebut.
Setelah itu, Rey menemukan foto pengurus OSIS angkatannya. Ia berada di barisan paling depan pada foto itu. Tak lama kemudian, dahinya berkerut dalam kala melihat seseorang yang ada di sebelahnya dalam foto itu. Gadis berambut pirang dengan senyuman manis yang wajahnya sudah tidak asing lagi.
"K-kenapa mirip banget?" gumam Rey heran setelah memperhatikan wajahnya baik-baik.
Pak Rahmat menghampiri Rey yang telihat sedang kebingungan. "Ada apa?"
"Ini siapa, Pak?" Rey menunjuk seorang gadis dalam foto tersebut.
Pak Rahmat melihat apa yang Rey tunjuk sekilas, lalu menatap cowok itu bingung. "Kamu lupa, ya?"
Ah, pertanyaan itu lagi. Rey bahkan tidak mengingat wajah gadis itu, bagaimana ia bisa mengenalinya?
Guru berkumis lebat itu menggeleng pelan melihat Rey yang hanya diam saja. "Dia Kirana, Reihan. Sekretaris OSIS sekaligus teman baikmu dulu."
Mata Rey membulat sempurna setelah mendengar ucapan Pak Rahmat barusan. Bagaimana bisa gadis yang selama ini ia cari sebenarnya adalah orang terdekatnya sendiri? Itu kedengaran tidak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for Me (TAMAT)
Teen Fiction"I'm still waiting you." Apa Tuhan sengaja mempertemukan kita dalam keadaan yang berbeda? Entah untuk menghapus rasa atau menambah luka. Bagiku itu sama saja. Terus menunggu kamu kembali tanpa lelah dan terbayar dengan rasa sakit yang luar biasa. ...