The Royal Love
Part 1:
Oleh: Fitria LKTiga puluh menit sudah berlalu, membuat wanita bertubuh sintal itu kebingungan tak karuan. Sesekali dia melihat gelang arloji yang melingkar pergelangan tangannya.
“Apa sih mau kamu, Mas, gak jelas gini? Kalau kamu gak pakek saya, udah saya balik.” Dia menyambar tas kulit merah di atas meja kecil.
“Tenang saja, jangan marah gitu dong. Marah itu bawaannya setan lho,” jawabku. Menahan tawa melihat tingkah wanita berpakaian super ketat di depanku.
“Diminum dulu teh angetnya, Mbak.” Aku menyodorkan cangkir yang telah aku seduh teh dari teko.
“Mas, maksudnya Mas ini apa? Mau mempermainkan saya. Kalau Mas gak mau pakai saya, sudah saya mau pulang. Anak saya pasti nunggu saya.”
“Tentu... tentu saja. Tapi besok sampai tiga puluh hari ke depan kita ketemu terus,” jawabku sembari berdiri mengambil tas kecil dan meletakkan pada meja, tepat di depan wanita bertubuh sintal itu.
“Apaaa!!! Apa maksud Mas? Menyewa saya selama sebulan! Gila!” Dia berdiri dan menenteng tasnya. Segera melangkah pergi dari kamar hotel yang aku sewa.
“Tunggu...!!” cegahku.
“Sebelum kamu pergi, kenakan baju ini!” pintaku sembari melangkah mendekati wanita berbusana merah ketat dengan paha sebagian terbuka.
Dia menyambar paksa tas dari butik yang sebelumnya aku beli saat menjemputnya. Sembari menghela napas panjang, dia membuka tas itu.
“Apa-apaan ini! Saya harus pakai ini? Gila! Benar-benar gila kamu!” Dia melempar baju itu ke mukaku dengan begitu emosi.
“Apa yang salah? Ini juga baju ‘kan?” Aku menenteng baju itu menunjukkannya.
“Aku pelacuuurrrr... paham tidak!” sanggahnya penuh amarah. Seakan aku telah membuatnya tersinggung.
“Oh ya? Memang ada yang salah antara pakaianmu dengan profesimu itu?” Aku mengerucut bibir, membuka telapak tanganku.
“Enggak... aku gak mau pakai ini. Permisi!” Wanita itu segera memegang handle pintu kamar.
“Eitss... jangan lupa besok aku jemput kamu lagi. Kita masih punya kontrak dua puluh sembilan hari lagi. Oke!” jawabku sambil tersenyum puas.
***
“Assalamuallaikum...” sembari mengetuk pintu rumah.
“Wa’alaikumusalam, Om siapa?” ucap gadis kecil dengan binar mata indah. Senyum kecil dengan lesung pipi mewarnai kecantikannya.
“Om, temannya mama kamu. Mamanya ada?” tanyaku sembari menengok ke dalam rumah, masih berdiri di bibir pintu.
“Mama ada di dalam Om. Masih dandan.”
“Oh... boleh Om masuk?”
“Iya Om,” jawabnya sambil menggenggam tanganku dan menuntun ke sofa.
“Om, mau minum apa? Biar Afika buatin untuk Om.”
“Gak perlu repot, sini temenin Om saja. Oh ya, Afika kelas berapa?”
“Kelas dua Om. Om wajahnya kok mirip papa Afika ya?” Dia bergegas menuju meja di sudut ruang tamu, mengambil foto yang terbingkai.
“Masa sih, coba Om lihat.”
“Ini, senyum Om sama dengan papa.”
“Papa Afika ke mana?”
“Kata mama sudah ke surga, surga itu apa sih Om?” tanya gadis kecil ini polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Love
ActionCEO single yang sukses, berani memboking seorang pelacur selama 30 hari. Apa motivasinya? Bahkan dengan bertaruh nyawa, CEO tampan dan jago berkelahi ini membuat club tempat pelacur yang disewanya kocar-kacir, hingga harus melepaskan satu pelacurnya...