The Royal Love
Part 7:
Oleh: Fitria LKKina nampak canggung saat naik di atas sepeda motor di belakangku. “Naiklah! Lebih baik obati luka-lukamu itu terlebih dahulu,” ucapku. Di balik spion kiri aku menatap wajahnya yang mulai terlihat lebam.
Sepanjang perjalanan, raut wajahnya masih tergurat rasa takut. Trauma dari kejadian buruk yang baru saja dia alami.
Aku tepikan sepeda motor di tempat parkir toko baju. Memintanya untuk menunggu sebentar. Membeli baju untuknya dan baju ganti untukku.
Kami tiba di rumah temanku. Dia dokter forensik.
“Luka ini, luka hasil kriminal. Bagaimana dia bisa dapatkan luka ini?” tanya dokter Sandra padaku.
“Panjang ceritanya. Oh ya, aku pinjam kamar mandinya ya, gerah nih. Belum sholat juga.” Sandra mempersilakan aku menuju kamar mandi tamu. Dengan segera aku membersihkan diri, berganti baju dan bergegas sholat hingga menanti sholat isya’ yang sebentar lagi tiba.
“Wah, gila ini. Lebih baik ini divisum untuk bisa dituntut ke pengadilan. Kriminal ini namanya,” ucap Sandra kesal.
Kina sedari tadi hanya terdiam, sesekali meringis menahan sakit saat Sandra mengobati lukanya. “Man, sana keluar. Aku mau periksa luka-lukanya yang lain nih,” pinta Sandra yang masih membawa rivanol untuk membersihkan sebagian darah yang merembes di lengan Kina.
“Gak boleh lihat nih? Aku penasaran lho,” gurauku.
“Ihh... sempet-sempetnya kamu ya, Man. Hahaha...” Sandra membalik dan mendorong tubuhku keluar ruang periksanya.
Tidak lama Sandra memanggilku lagi. Kina sudah selesai diperiksa dan diobati luka-lukanya.
“Gantilah baju dan sholatlah.” Aku berikan bungkusan plastik dari toko baju. Kina permisi ke kamar mandi.
“Salman, sebenarnya itu cewek siapa sih? Kok banyak sekali luka lebam dan di lengan banyak luka sayatan?” ucap Sandra sembari duduk di kursinya.
“Temanku. Wanita tuna susila,” jawabku singkat.
“Edan kamu, Man. Kok bisa kenalan sama wanita seperti itu?” celetuk Sandra heran.
“Aku hanya ingin membantunya keluar dari lembah hitam, Ndra. Itu saja. Apa ini bisa dituntut di pengadilan?”
“Ya, tapi ini cukup rumit juga. Masalahnya dia bekerja juga,” ungkapnya.
Aku mengambil napas dan mengembuskan lebih berat. Ini memang tidak mudah. Menyeret pria biadab yang memiliki penyimpangan seksual ke penjara, sedangkan Kina sebagai PSK.
Seusai Kina sholat, kami berpamitan. Meneruskan perjalanan kembali menuju markas mami.
“Sebelum memulai pertarungan, lebih baik kita mengisi amunisi dahulu. Laper banget nih,” ujarku sambil menepikan sepeda motor di bahu jalan, yang menjadi area parkir dadakan pihak warung pinggir jalan.
Sejak kejadian, Kina lebih banyak diam. Celotehnya yang membuatku tertawa seakan lenyap seketika. Aku memahami perasaannya saat ini. Tidak mudah bagi wanita saat mengalami trauma.
“Maaf ya, aku mengajakmu makan di warung seperti ini. Agar orang lain juga tidak memperhatikan memar-memar di wajahmu.” Aku memandang wajahnya yang selalu tertunduk.
“Apa ini sakit?” Aku menyentuh bagian memar di wajahnya. Dia hanya mengangguk. Lalu bulir air mata mulai menetes di pipinya.
Aku menghela napas panjang. “Aku mengerti keadaanmu. Rasa takut yang mendalam. Tapi tak bisa aku mengerti, mengapa kamu terjebak dalam hotel itu bersama pria tak waras itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Love
ActionCEO single yang sukses, berani memboking seorang pelacur selama 30 hari. Apa motivasinya? Bahkan dengan bertaruh nyawa, CEO tampan dan jago berkelahi ini membuat club tempat pelacur yang disewanya kocar-kacir, hingga harus melepaskan satu pelacurnya...