The Royal Love (Part 8)

1.3K 55 6
                                    

The Royal Love
Part 8:
Oleh: Fitria LK

Dengan cepat aku putar tangan centeng mami dan memilin tangannya. Satu pukulan di lutut kananku membuat darah segar keluar dari hidungnya.

“Lepaskan...” teriakku saat berlari menyusul pada bodyguard yang memasung tubuh Kina dan menyeretnya.

“Hayoo... coba pukul.” Bodyguard itu menggunakan tubuh Kina sebagai tameng.

Aku mundur selangkah. Mengamati pergerakan kakinya, hingga celah itu ada. Kutendang kakinya yang terlihat di antara dua kaki Kina. Cengkeraman melonggar, “menunduk!” Kina menunduk. Tendangan cepat aku kirim ke wajah bodyguard itu. Tumbang.

Kina segera berada di belakang tubuhku. “Aku harap kamu tidak takut, Kin,” ucapku. Sedikit menoleh melihatnya. “Kalau pun kita mati saat ini, setidaknya kita mati dalam syahid,” ucapku kemudian. Dia mengangguk. Mengambil posisi saling bersinggungan punggung.

Satu per satu bodyguard mami bermunculan melalui tangga di lantai bawah. Aku siapkan posisi untuk melawan delapan pria bertubuh gempal. “Kau bisa menendang, Kin?” tanyaku.

“Huumm...” jawabnya.

“Bagus...” Serangan pertama dengan cepat aku beri tendanganku.

Bodyguard menyerang dari belakang. “Tendang!” ucapku.

“Aku gak bisa.” Segera aku belit lengannya dengan lenganku. Mengangkat tubuhnya dengan kubungkukkan badanku.

“Tendang!” Dengan cepat Kina menendang bodyguard mami yang menyerangnya.

“Mantap kali tendanganmu. Ingat titik lemahnya pria itu ada bagian selangkangannya,” ucapku.

Bodyguard kali ini ingin menyerang beramai-ramai. “Siap ya!” Aku putar tubuhku. Melingkarkan kedua tanganku perut Kina. “Tendang!” bisikku.

Aku putar tubuh Kina hingga membuatnya mudah menendang satu per satu bodyguard. “Perfect!” seruku. Aku turunkan kembali tubuhnya.

Serangan lagi dari belakangku. Segera aku beri tendanganku namun kakiku berhasil di pegang. Aku ditariknya hingga membuatku meloncat-loncat menyeimbangkan tubuh agar tak jatuh. Segera aku gunakan tendangan swing kaki kiriku pada muka bodyguard, dia tumbang.

Jarakku terpisah lagi dengan Kina. Kina hendak di rengkuh lagi oleh centeng mami. Dengan cepat aku raih bahu salah satu bodyguard sebagai tumpuan, aku setengah melompat menendang bodyguard yang hendak merengkuh Kina dan tumbang.

Gantian, bodyguard yang aku buat tumpuan aku gapit lehernya dengan tangan kiriku, hingga kepalanya mendongak. Paha kaki kiriku aku angkat untuk menopang tubuh bodyguard yang sudah tidak seimbang. Aku membanting tubuhnya.

Bodyguard lagi-lagi berusaha menyerang kami. Enam berlari menyerangku. Segera aku berlari menuju meja dan beberapa kursi sofa yang bersandar di tembok. Aku mengambil vas bunga berbentuk lengkung dan memukulkan ke kepala centeng mami. Taplak meja yang panjang seperti syal, aku tarik. Memutar kain taplak itu secepatnya.

Satu bodyguard maju lagi, aku serang mukanya dengan taplak meja. Dia menutup mukanya, kutendang perutnya hingga tersungkur cukup jauh. Sampingku menyerang hendak memukul mukaku. Segera aku belit tangannya menariknya dan memukulnya dengan siku tangan kiriku.

“Aaakkhhh...” teriakan bodyguard berlari dengan kepalan tangan. Segera aku sambut dengan membungkuk menghindari pukulannya. Mengangkat tubuhnya dan menghempaskannya pada meja sofa yang terbuat dari kaca. ‘Praaangggkkk’ suara pecahan kaca yang terhempas tubuh gempal centeng mami. Dua centeng menyerangku bersamaan, aku ambil lampu hias yang menggunakannya sebagai pentungan. Lampu aku pecah dan dengan cepat aku dekatkan percikan listrik itu pada kedua centeng. Mereka kesetrum dan pingsan. Aku lempar gagang lampu yang masih mengalirkan listrik jauh.

The Royal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang