The Royal Love
Part 9:
Oleh: Fitria LKDttt... dttt... dttt...
Ponsel di atas meja bergetar. Aku masih menggeliat. Selimut masih menutup tubuh. Entah, tubuh ini tidak seperti biasanya. Lemas sekali, badan terasa panas, dan kepala pusing minta ampun.
Dtttt... dttt... ddtttt...
Ponsel itu tidak berhenti berbunyi. Seakan membuatku harus berusaha bangkit.
“Huuffttt... siapa sih ini!” gumamku.
Subuh tadi, aku berusaha untuk sholat, meski ragaku seperti remuk. Tapi sekarang, semakin lemah saja. Badan terasa panas tapi menggigil. Ada apa ini?
Samar-samar pandanganku melihat di layar ponsel. ALEA.
“Assalamuallaikum, Mas Salman...” suara lembut Alea, seakan lirih kudengar.
“Aakhh... ya Alea... Wa-alaikumu-salam,” jawabku terbata-bata. Tubuh meriang ini yang membuat bibirku gemetar.
“Mas Salman kenapa? Suaranya kok seperti sakit?”
“Gak tau nih, Lea. Badanku rasanya panas tapi menggigil, kepala pening banget. Huffttt...” suaraku tersekat oleh napas yang tidak beraturan. Tubuh rasanya seperti terbakar, tapi tubuh juga terasa dingin jika selimut ini terlepas dari tubuhku.
“Tunggu sebentar ya Mas, aku akan sampai ke apartemenmu, Mas,” jawabnya seakan cemas. Sambungan ponsel terputus.
Aku rebahkan tubuhku lagi. Selimut makin rapat, membalut tubuhku. Enggan melihat waktu, hingga ketukan terdengar di pintu apartemenku.
‘Tok... tok... tok...’
“Masss... Masss Salman. Ini Aleaa, buka pintunya Masss... Mas masih kuat kan?” suara Alea terdengar samar di balik pintu.
“Yaaa... sebentarrr!!” teriakku yang sebenarnya aku tahan rasa sakit ini.
Aku berusaha bangkit dengan menutup tubuh dengan selimut tebal. Selimut sebagian jatuh di lantai, aku menyeretnya hingga di bibir pintu. Membuka pintu apartemen.
Tanpa aku bicara, langsung saja Alea tampak khawatir melihat keadaanku. “Ya Allah, Mas Salman. Wajahnya pucat banget,” ucapnya sembari mengecek suhu tubuhku di dahi dengan telapak tangannya.
“Mas Salman, badannya panas banget, Mas sakit.”
“Iya nih, subuh tadi cuma terasa badan sakit dan lemas. Sekarang tambah badan terasa meriang banget.” Aku berjalan perlahan menuju sofa. Selimut sedikit terbuka, hingga tersingkap lengan kananku.
“Ya Allah... Mas Salman...!!! Ada luka di lengannya. Darahnya kok tembus di perban banyak banget. Sebenarnya ada apa sih Mas?” ucap Alea begitu cemas.
Tidak seperti biasanya, Alea yang aku kenal kalem namun super perhatian, kini menjadi cerewet. Aku pusing jawabnya.
“Ahhh... biasalah, luka berantem,” jawabku santai.
“BERANTEM..!!”
“Yaaa... semalam berantem, ini cuma keserempet peluru.”
Alea yang semula duduk di kursi lebih jauh, seketika duduk di sebelah kananku. Mengamati luka di lenganku.
“Astaaagggaaaa...!! Kok bisaaa??” ucapnya terkejut.
“Aduuuhhh... aku buat tidur aja ya, badan gak enak banget nih.”
Aku berusaha bangkit, namun tubuh mau oleng. “Tuh, kan Mas. Sini aku bantu.” Tangan kiriku di pegang dan di lingkarkan pada bahunya.
Dipapahnya tubuhku menuju ranjang kembali. Menyelimutiku dengan selimut. Alea nampak kebingungan melihat keadaanku seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Love
ActionCEO single yang sukses, berani memboking seorang pelacur selama 30 hari. Apa motivasinya? Bahkan dengan bertaruh nyawa, CEO tampan dan jago berkelahi ini membuat club tempat pelacur yang disewanya kocar-kacir, hingga harus melepaskan satu pelacurnya...