Bersandar kursi malas di tepi kolam renang. Bias kirana rembulan seakan sempurna menerangi sebagian dari ruang yang meredup. Rembulan seakan tenggelam dalam riak air kolam, membuat lingkaran sempurna warna kuning keemasan.
Hatiku mengambang tenang, layaknya bias bayang rembulan itu. Lelah namun bahagia, hingga kebahagiaan ini aku nikmati malam, sesaat terdiam di sini. Menanti detik yang mungkin aku lalui, yaitu ritual malam pertama.
Lebih kusandarkan tubuhku di sandaran kursi malas. Mengambil oksigen lebih banyak malam ini. Ini malam yang spesial, setelah acara ijab qobul sekaligus resepsi pernikahan yang melelahkan.
Meninggalkan apartemen dan membeli rumah untuk memulai sebagai keluarga kecil dengan wanita yang aku cintai. Rumah dua lantai, dengan lima kamar pribadi dan satu kamar tamu, tidak lupa dua kamar pembantu di belakang.
Rumah yang dikata lumayan mewah, aku siapkan untuk pengantinku, belahan jiwaku, pujaan hatiku. Lebih dari cukup sebagai tempat bercengkerama dengan beberapa ruangan yang didesain romantis untuk kami.
“Masss Salmaaann...” suara seperti desir angin malam ini, membuyarkanku dalam lamunan.
“Heemmm... I-yaa,” jawabku tergegap. Debaran jantungku tiba-tiba berdegup.
“Ada sesuatu yang spesial buat Mas Salman.”
“Aaa-paaa?” jawabku. Belum berani menoleh. Masih terpaku pada posisiku.
“Ini lho, Mas. Minuman penambah stamina buat Mas Salman. Spesial pakai telor bebek lima butir, madu, dan ginseng,” ucapnya.
Meletakkan gelas di meja. Jemarinya bergelayut memijit-mijit bahuku. Berrrr... berasa geli dan meremang seluruh bulu tubuhku.
“Aaa... aaaiiyyyaaa...” jawabku tergegap.
“Mas minum yaaa... biar strong...” Bibirnya dekat dengan telingaku, suaranya berbisik.
Kini tangannya bergelayut ke dadaku. Dengan cepat aku duduk lebih tegap. Perasaan makin tak menentu. Dia segera duduk di sebelahku, seakan membuatku tiada mampu berkutik.
“Diminum Maaasss...” Tangannya meraih gelas berisi minuman berwarna oranye pekat dan menyodorkannya padaku.
“Eehhh... iyaaa...” Aku tak sanggup memandang wajahnya. Tubuhnya yang kini di balut lingerie warna kuning keemasan, membuatku gelagapan kali ini.
Terpaksa aku minum cairan berwarna oranye pekat dalam gelas yang sudah menempel di bibirku, dia seakan memaksaku untuk meminumnya. “Dihabiskan ya... Mas Salman Sayang...” ucapnya membuatku terhipnotis untuk menghabiskan minuman itu.
“Bagaimana, Maaasss. Enak kan?” ucapnya dengan nada suara yang berbeda.
“Huumm... glekkk... hehehe...” Bersendawa dan membuatku tersenyum gugup.
Sesaat hening, dia menaruh gelas kosong di meja bulat dengan payung putih di atasnya. Suasana semakin mencekam buatku. Bagaimana tidak, ini malam pertamaku dan aku sebagai perjaka ting-ting, yang hanya berkutat masalah bisnis dan bertarung, kini dihadapkan pada wanita di depanku.
Tubuh berbalut busana tidur seperti itu, membuatku jantungan. Berasa parno saat melihatnya seperti ini. Aduh, belum browsing juga menghadapi malam pertama.
Ah, kini tangannya menggenggam tanganku. “Tangannya kok basah Mas?”
“Eehhh, ituuu anuuu... tadi cuci tangan di air kolam. Hehehe,” jawabku kelimpungan.
“Ohh... cuacanya kok panas ya Mas?” Dia mengibas-kibaskan uraian mayangnya. Semerbak harum aroma mayangnya, membuat hatiku berdesir. Oh, begini ya wanita penggoda iman.
“Emmm... gak tuh, tapi memang buat keringetan sih. Hehehee...” jawabku, menampik debaran jantungku yang makin memburu.
“Tuhh... Mas Salman juga keringatan. Dibuka saja kimononya, Mas,” ucapnya sembari cepat meraih kimonoku dan membuka satu per satu kancing kimonoku.
“Ehh... gak usah.” Aku bangkit dari kursi malas dan melangkah mundur.
“Lho kenapa, tuhhh... Mas Salman berkeringat,” ujarnya seraya berdiri dan menghampiriku yang sudah tak berkutik dibuatnya.
“Ohhh... iyaaa...” Segera aku lap keringatku dengan lengan kimono secepat mungkin.
“Gerah juga ya Mas...” ucapnya kemudian.
Tanpa disangka, dia membuka bagian busana tidurnya. Membuatku melongo, tak berkedip, jakunku dibuat naik turun.
“Sini Mas... kenapa semakin mundur?” Dia mendekatiku selangkah dua langkah dan membuatku mundur mengikuti langkahnya.
‘Byyuuuurrrrrr...’
“Masss Salmaaannn... ya ampun...” teriaknya cukup lirih.
Aku tercebur dalam kolam renang. Huh, apes banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Love
AcciónCEO single yang sukses, berani memboking seorang pelacur selama 30 hari. Apa motivasinya? Bahkan dengan bertaruh nyawa, CEO tampan dan jago berkelahi ini membuat club tempat pelacur yang disewanya kocar-kacir, hingga harus melepaskan satu pelacurnya...