The Royal Love
Part 10:
Oleh: Fitria LK“Kontrak kerja, Kina sarjana accounting. Kini melamar kerja di kantorku, ya kan Kina?” jawabku, memberi kode pada Kina untuk mengiyakan jawabanku.
“Heemm... Iya. Berkat mas Salman, aku mendapat pekerjaan,” Kina memperkuat ucapanku.
“Ohh... jadi gitu ceritanya, Mbak Kina balas budi dengan ikut merawat mas Salman?” tanya Alea seakan serius percaya ucapanku.
“Ya ya ya, begitulah, alasanku,” ucap Kina kemudian.
“Baiklah, saat ini saya pulang dulu, nanti jam tiga sore, balik ke sini, jagain mas Salman, ya Mbak. Mas... saya pulang dulu ya...” Alea pamit padaku. Selalu meninggalkan senyum yang semakin lama membuatku bergidik.
“Mas Salman butuh apa sekarang? Biar saya bantu,” Nada bicara Kina juga semakin berbeda. Lebih lembut dari biasanya.
“Kamu kesurupan, ya?” tanyaku.
“Ahhh... ngomong apa sih, Mas. Jangan bercanda deh.”
“Kamu... aneh? Kesambet?”
“Baru tau kan, sisi lembutku,” ucapnya secara langsung membuatku bergidik lagi.
“Lelembut kale, hehehe...” jawabku menetralisir keadaan hati, yang mulai terasa aneh akan sikap wanita berhijab warna biru laut dengan motif bunga.
Petugas rumah sakit membawa baki dengan nasi dan beberapa lauk masuk ke ruang rawat. Kina dengan cepat menggapai baki itu dan membawanya menuju tempatku terbaring.
“Mas Salman makan siang dulu, terus minum obatnya ya,” perintah Kina.
Wajahnya kini lebih ceria daripada kemarin, meski luka lebam masih ada di bagian wajahnya. Sedikit tersamar karena rona make up-nya, namun saat memandangnya lebih dekat, pasti luka itu terlihat.
“Aku bisa sendiri. Jangan disuapi ahh,” protesku, mencoba menyahut piring dan sendok.
“Aacchhh...” lenganku seketika sakit.
“Tuh kan, jahitan di lenganmu belum sembuh, my hero,” ucapnya lebih pelan.
“Apaaa?” Aku melongo.
“Udahhh... aakkkk dulu...” Sendok dengan gumpalan nasi menggulung semur daging sudah hampir mendarat ke mulutku.
“Gitu dong, makan yang banyak. Biar jagoan beraksi lagi. Ada yang butuh perlindunganmu.”
“Uuhhukkhhhh...” Aku dibuat tersedak seketika.
Wanita yang kini begitu bersikap lebih manis dan lembut dari biasanya membuatku semakin merinding seluruh tubuhku. Busana biru laut dengan bercorak, kini membuat perasaan dan pikiranku terombang-ambing tak menentu.
“Kok selalu sih, buat aku tersedak!”
“Ehhh... yaaa maaf..” jawabnya dengan menembakkan senyum termanis yang dia buat-buat.
“Sekarang, minum obatnya dulu.”
Jemarinya yang menjumput butir tablet obat, dengan perlahan mengarah di bibirku. Duh... seakan aku di paksa minum racun saja. Membuatku terdiam sesaat. Bungkam.
“Uuhhh... haaahh... paitttt banget sih ini obat...” gerutuku, saat tidak sadar mengulum tablet obat sebelum menenggak air putih yang disodorkan Kina padaku.
“Ahahaaa... jagoan kok gak kuat pahit. Belum itu merasakan pahitnya cinta. Hehehe,” kelakar Kina sembari terkekeh.
“Aaa... kamu sih... buruan airnya pahit nih!” Segera saja aku rebut segelas air dari tangan Kina dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Love
ActionCEO single yang sukses, berani memboking seorang pelacur selama 30 hari. Apa motivasinya? Bahkan dengan bertaruh nyawa, CEO tampan dan jago berkelahi ini membuat club tempat pelacur yang disewanya kocar-kacir, hingga harus melepaskan satu pelacurnya...