Time Slip

442 53 27
                                    



Teriakan lelah; seruan semangat; jerit sedih hati yang menyatu dengan bulir-bulir keringat. Mataku terpejam, semilir angin masuk dari celah ventilasi. Aku berbaring diatas panggung yang dingin. Mataku memandang jauh terhadap salju yang jatuh di pertengahan januari. 'Malam ke dua puluh,' suara batinku berbisik lirih.

Sejenak, berpikir tentang apa yang akan terjadi esok hari. Tentang konser kami yang berlatar perpisahan. Kami yang akan menari dan menyanyi dengan penuh isak tangis. Dan orang-orang yang mencintai kami, mendukung kami selama ini, hadir di deretan bangku menyemangati kami dengan hati yang hancur.

'Jangan...' 'Jangan berpisah...' Aku ingat jelas setiap kata yang mereka tinggalkan ketika kami melakukan vlive, aktif di fancafe, atau sebagian besar didalam akun instagram kami.

Aku paham perasaan itu, karena aku dan teman-temanpun juga berpikir seperti itu.

'Bubar?'

Jangan bercanda.

Tidak ada diantara kami yang menginginkan hal itu. Bahkan seorangpun, meski beberapa diantara kami sudah punya grup sendiri.

Ideal of Idol, akan selalu punya tempat yang spesial bagi kami semua. Bukan hanya grup yang dibuat untuk batu pijakan saja. Atau sesuatu yang mendompleng kami atas nama besar Mnet. Namun—sebuah grup; rumah; keluarga; dan pengalaman yang mengajarkan kami banyak hal. Tentang arti kerja keras; pencapaian; persahabatan; kekeluargaan; rasa saling menyayangi; menghargai; juga cinta, —tentu.







 Tentang arti kerja keras; pencapaian; persahabatan; kekeluargaan; rasa saling menyayangi; menghargai; juga cinta, —tentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku ingin pulang..." Aduku lirih menggenggam sebelah tangan Jieqiong yang berbaring disampingku. "Pulang?" Jieqiong menoleh, tersenyum dengan bibir melengkung sayu. "Mm," Aku mengangguk. "Ini menyesakkan sekali. Dan aku tak yakin bila aku bisa berdiri dengan tegar saat esok hari tiba."

Dia diam, sunyi mencekik kami. Tapi pergerakan tangannya diatas telapak tanganku memberikan kehangatan tersendiri, hingga aku bisa menarik napas cukup lancar.

"Sesak, sekali."

Jieqiong berpaling, pandangannya kini mengarah terhadap lampu-lampu sorot yang terpasang diatas kami.

"Ini akan menjadi konser yang sangat menyedihkan." Gumamnya pelan menyerupai sebuah bisikan kumbang. "Kau benar," aku mengangguk, "Ini akan jadi konser yang sangat menyedihkan." —sungguh, menyedihkan.

"... Karena kita akan menyanyi, dan menari, untuk sebuah perpisahan."

"Adakah idol selain kita yang seperti ini?" Dan kembali, pandangan kami bertemu, "Mungkin?" Aku tersenyum, rasanya berat sekali, "Sebab Mnet sudah mempersiapkan penerus kita."

Jieqiong mendatar keruh. Ekspresinya tak terbaca. Namun yang jelas, dia sungguh kecewa.

"Aku mendengar bahwa mereka akan punya kontrak yang lebih lama."

"Lantas apa artinya?"

Alisnya menukik seakan bertanya tentang 'Apa maksudmu?' 'Itu tentu sebuah keuntungan besar!'

Dan aku menggeleng, tersenyum pahit menyelipkan jari-jariku diantara celah jarinya.

"Sekali grup sementara, akan tetap grup sementara. Dan karena mereka punya waktu yang lebih panjang untuk bisa bersama, maka beban rindu yang akan mereka tanggung ketika kontrak berakhir sudah pasti... Akan jauh lebih menyakitkan, karena mereka punya lebih banyak kenangan sebagai satu keluarga. Dibandingkan kita yang sebenarnya hanya mencapai 8 bulan lebih. Dan tentu, tidak ada seorangpun yang diuntungkan untuk resiko seperti itu diantara grup kita dan grup mereka."

"Kenapa?"

"Itu jelas sekali, Jieqiong~"

"Apanya??"

Ah! Gemas!

"Tidak ada yang benar-benar menang untuk berada di jalan ini." Sebab kita, "Seperti kata Sejeong, kita dibentuk untuk ada dan menyakiti hati penggemar, hanya untuk mendapat popularitas."

"—Meski pada dasarnya, kita mungkin tidak pernah bermaksud seperti itu. Karena kau tau, kita berada disini hanya untuk sebuah mimpi. Mimpi menjadi idol yang sukses meski kita tidak terdaftar dari sebuah agensi besar."

Jieqiong berhenti menyahut. Sekali lagi dia sunyi sekali.

Wajahnya merengut, sedih; muram dan keruh. Lantas satu hal yang ia katakan terakhir kali sebelum kami pergi adalah...

"Kau membuatku takut terhadap diri sendiri, Eonnie. Sebab aku merasa seperti monster, sekarang. —Monster yang jahat sekali."

Hah!

Begitupun denganku, Jieqiong.



***

Pikasquirtle, 191030

Selamat sore dan selamat untuk debut stagenya, HINAPIA :*

Ada yang sama porak-porandanya nggak sih ngeliat cuplikan live stage mereka yang girl crush abis? T_T

Omong-omong... masih sedikit sedih gara-gara kemarin ada pengumuman reuni IOI kayaknya batal tahun ini :( Ayo lebih bersabar lagi, yorobun!

Chrysalis -ChaeKyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang