14 bangun dari mati suri

145 10 1
                                    

"Neng....alhamdulillah ya allah hatur nuhun..... yaaaaa allah gusti nu agung hatur nuhun gustiii...." aku menghatur kan sembah sujud ku kepada allah swt yang maha pengasih dan maha penyayang Ia yang tahu segalanya Ia maha melihat dan maha mendengar...

"Neng kunaon neng teh tika keun ka kieu...??" Aku bertanya dan mengharap jawabannya...
Namun putri sulungku tidak menjawab air mata dan keringat nya begitu deras dia seperti kelelahan dia seperti habis berlari berkilo kilo meter jauh nya..
"Yyaaaa allah apa yang terjadi kepada anakku...?"
"Neng mau minum dulu...???"
"Mau makan dulu....??" Istri ku pun sangat panik wajarlah... anakku ini tak sadar kan diri sampai berhari hari
Ya allah apakah ini yang di namakan mati suri dimana raga dan jiwa tidak bersama...??? Otakku terus berputar mencari jawaban.
Dan anakku belum menjawab juga...

TOKK ... TOKK.. TOKKK

"assalamualaikuum. ..."

Tiba tiba pintu ada yang mengetuk dan seseorang mengucapkan salam..

"Waalaikumsalam. ..." umi bergegas berjalan ke arah pintu dan membuka pintu

"Pak kyai...."

#karena kyai somad adalah panutan maka ALM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#karena kyai somad adalah panutan maka ALM. KYAI sangat cocok untuk figur kyai somad.
**mohon maaf atas kelancangan saya🙏🙏🙏**

"Mari masuk..."
Ya yang datang kyai somad pengasuh pondok pesantren di kota entah apa yang menyebabkan beliau jauh jauh datang ke dusun baru kami...

"Assalamualaikuum usman..." kyai somad mengucapkan salam kembali akupun bergegas menemui guruku guru yang mengajarkan ilmu yang sangat bermanfaat bagi ku dan anak anak murid ku sekarang
Aku langsung bersimpuh duduk di hadapan nya dan meraih pergelangan tangan nya ku kecup berulang kali sungguh aku terharu di usianya yang sudah sepuh ini beliau masih memaksakan mengunjungi ku aku berurai air mata meminta maaf dan berungkali mengucapkan terimakasih
"Waalaikumsalam ya abuyya... nyuhunkeun ngandika pangapunteun,,,sim kuring teu acan tiasa nepangan abuyya di rorompok... ayeuna abuyya sumping ka saung kuring ya allah... nyuhunkeun hapunteun sing di sèèpkeun..." ucapku lirih
"Alhamdulillah usman... "
Jawaban singkat kyai somad buat ku bertanya...
Ada apakah gerangan...???
"Abuyya... "
"......" kyai somad hanya terdiam menatapku tajam...
Beliaupun tersenyum setelahnya
"Kedatangan kami kemari sebetulnya bukan hanya ingin menengok mu usman..." begitu lembut tutur katanya
Beliau adalah panutan semua murid dan anak didik nya setelah kanjeng nabi muhammad junjungan kami dan tentunya orang tua... aku sangat mengagumi segalanya yang ada di dirinya...
Ada apakah gerangan...???
Pertanyaan ini terus berputar di dalam otakku...

"Beberapa hari yang lalu... seseorang datang beliau mengingatkan sesuatu kepadaku... ada yang kau lupakan usman... kau lupa sesuatu tentang anakmu usman..." beliau menatapku kembali Dan kali ini sangat tajam...
Seakan ujung tombak yang menghujam jantungku...
Hingga aku menundukkan wajahku tak berani aku melihat sorot mata beliau...

"Kau melakukan suatu kesalahan usman dengan melupakan itu dan itu hampir saja merenggut nyawa anakmu..." setiap perkataannya sangat tajam menusuk indra pendengaran ku

"Ngandika pangapunteun ya abuyya..." lirihku sedih...
Dengan air mata bercucuran sungguh aku sangat tidak menyangka aku membahayakan nyawa putriku
"Ya allah mohon maafkan hambamu ya allah..."
"Sungguh aku sangat lalai ya allah..."
"Ya allah...." aku terus meratap memohon ampunan kepada yang maha kuasa...
Dan...
"Sudah... sudahlah semua sudah terjadi.. namun jangan sampai ini terjadi kembali usman... akan aku ingatkan sesuatu yang sudah kau lupakan..." kyai somad mengusap bahuku beliau menenangkan ku

" bangun dan duduk lah..."
"Dengarkan baik baik..."
Aku beringsut duduk dengan air mata yang masih menetes di kedua mataku...
"Panggilkan putri mu..." titah nya

Tak lama istriku datang dengan aisyah di samping nya...
Aisyah yang sudah mengenal kyai dari kecil sudah tidak sungkan lagi dia menghambur dan besimpuh di hadapan kyai somad... dia sudah menganggap kyai seperti kakek nya sendiri yaa karena kami memang tinggal di area pesantren bahkan sebelum aisyah lahir aku dan istriku pun berjodoh di sana...
"Abah yai..." aisyah biasa memanggil kyai somad seperti ini
"Geulis... kanyaah abah..." beliau mengusap kepala aisyah yang di balut hijab nya dengan mata berkaca kaca seolah sangat takut kehilangan anak atau cucunya...
"Hampura abah nya cu... abah teu bisa nulungan..huuuhuuu...huuu" baru kali ini aku melihat beliau menangis... menangis seakan beliau merasa kesakitan sakit hati yang amat dalam....
"Abahhhh... ai teu nanaon abah..." aisyah mencoba menghibur beliau dengan mengatakan dia baik baik saja...
"Abah hanjakal cuuuu... teu bisa nulungan..." dan kyai somad masih seperti itu tangis nya makin meraung raung...
Sehingga muridnya yg d luar masuk kedalam ruangan kami yang sempit ini...

"Abah..." ucap ustad kosim mengusap punggung kyai somad dan memberikan selembar sapu tangan untuk mengusap air mata beliau...
"Sudah bah... sebaiknya kita segera menjelaskan kepada mang ajengan apa yang sebetulnya terjadi sepertinya beliau lupa apa yang menjadi penting bagi keluarga nya..." ustad kosim menengahi..

"Kamu saja yang jelaskan kos..." beliau akhirnya tenang dan berhenti menangis walaupun air mata nya belum sepenuhnya berhenti.
"Baiklah...." ustad kosim menghela nafas berat
"Assalamualaikuum mang.. bi.."
"Waalaikumsalam.." kami menjawab bersamaan..
"Begini..." ia melirik ke kyai somad dan mendapat anggukan dari kyai somad...

#🙏🙏🙏🙏

keturunan padjajaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang