Setelah pertemuan singkat itu aku kembali ke kampus dan berjalan menuju ruang klub majalah. Karena kami hanya tiga orang, aku juga diberikaan kunci cadangan agar bisa masuk jika ada keperluan atau apapun itu. Di sana tidak ada seorangpun, aku menaruh kepalaku diatas meja sambil menatap beberapa baris dialog di kertas tadi.
“Kau juga main drama itu?” tanya Jinyoung yang tiba-tiba saja muncul
“Hah? Iya tapi hanya peran pendukung saja,” jawabku dengan senyum yang terpaksa
“Hmmm...Maaf soal waktu itu,” ucap Jinyoung
“Yaaa...sebenarnya gak semuanya salah kamu, aku juga minta maaf,” jawabku juga meminta maaf
“Baiklah, jadi sekarang kita tidak usah canggung lagi, karena sekarang kita satu tim, jadi akan susah berkomunikasi jika hubungannya kurang bagus,” kata Jinyoung yang sangat terlihat seperti pemimpin
“Oiya, kau memerankan apa di drama itu?” tanya Jinyoung menggati topik
“Peran muda karakter utama perempuan...” jelasku
“진짜?—benarkah? Aku juga berperan sebagai masa muda karakter utama pria...” ucap Jinyoung, “kalau begitu, besok kita berangkat bersama saja, kau bisa tunggu sampai kelasku selesai kan?” lanjutnya
“Baiklah...tapi...apa kau bisa membantuku berakting?” tanyaku ragu sambil menggigit ujung bibirku
“Kau belum pernah berakting? Seorang sepupu Park Shinhye tidak tahu bagaimana berakting? Hahahahahaha,” jawabnya dengan diiringi tawa yang keras
“YA! Jangan meledekku seperti itu!” ucapku kesal
“Oke, oke...kau ada kelas setelah ini?” tanya Jinyoung serius
“Tidak, jadwalku untuk siang ini di cancel,”
“Bagus! Ayo ikut aku!” ucap Jinyoung sambil menarik tanganku
Jinyoung membawaku ke seuatu tempat di Cheongdam-dong, dari luar aku sudah bisa melihat tulisan ‘JYP Entertaiment’ dengan sangat jelas yang menunjukkan bahwa itu adalah gedung JYP Center. Jinyoung membawaku masuk ke dalam gedung itu, ia kemudian membawaku ketempat latihan yang biasa dipakainya. Itu merupakan pertama kalinya aku memasuki gedung JYP tersebut.
“Nah, kita latihan disini...” ucapnya dengan nafas yang masih terengah
Jinyoung mengambil teks yang juga diberikan produser kepadanya, lalu ia membaca teks itu sebentar sambil menggauk-anggukkan kepala.
“Oke, kamu mulai dibagian ini,” ucapnya sambil menunjuk dialogku
“Baiklah,” jawabku singkat
Kami berdua kemudian berlatih sampai hari beranjak petang, walaupun dialogku hanya tujuh baris, namun setiap kali aku mengucapkan bagianku Jinyoung mengatakan bahwa aku belum masuk ke peran itu. Kami terus mengulangnya sampai dialog yang kuucapkan itu terasa cocok dengan perannya.
“Jinyoung-ah! Kau dimana?” teriak seseorang dari luar
“Iya hyung... ada apa?” balas Jinyoung yang juga berteriak dari dalam
“Ya!, Jinyoung-ah apa kau ada melihat notebook music-ku?” tanya orang itu sambil berjalan masuk
“Tidak ada,” jawab Jinyoung singkat, “ah iya! Ini temanku Nayeon dia kesini untuk belajar akting,” ucap Jinyoung mengenalkanku kepada orang itu sambil membalikkan badanku, “dan Nayeon, itu JB atau Jaebum hyung, leader di grup kami,” lanjut Jinyoung degan tertawa kecil
“Na...yeon...ie?” ucap JB pelan
“Jaebum oppa?” tanyaku ragu-ragu
“Kalian sudah saling kenal?” tanya Jinyoung heran
“Ah? Iya... dia temanku saat masih kecil,” jelas JB singkat
“Sunbae aku pergi dulu, terimakasih untuk hari ini,” ucapku sambil berlari keluar ruangan itu dan kembali ke rumah.
****
Seoul, 2010
Tepat di hari ulang tahunnya yang ke empat belas, Nayeon kecil berlari dari rumahnya menuju sekolah. Ia terus berlari kencang, bukan karena takut terlambat, tetapi karena kedua orang tuanya mengatakan bahwa mereka akan pindah ke Amerika tahun depan. Dengan tangis yang terus mengalir diwajahnya ia tetap berlari kencang. Di dalam hatinya ia hanya memikirkan dua nama, yaitu Jimin dan JB—kedua sahabatnya.
“Nayeon-ah kau kenapa?” tanya Jimin langsung saat mengetahui Nayeon menangis sesenggukan.
“Eomma dan Appa bilang kami akan pindah ke Amerika bulan depan....” jawab Nayeon sambil terus menangis
“Sudahlah...tidak apa-apa, kita akan tetap bersahabat walu kau tinggal di mana pun,” ucap Jimin menenangkan Nayeon
“Tapi...kau berjanji tidak akan melupakanku...Jaebum oppa di mana?” tanya Nayeon sambil mengusap air matanya
“Emmm, dia tidak datang ke sekolah lagi, sekarang dia menjadi seorang traine di JYP,” jelas Jimin
“Semuanya keterlaluan!” teriak Nayeon dan menangis lebih kencang
“Jaebum oppa ada ninggalin surat buat kamu di bawah meja tuh..” ucap Jimin sambil menunjuk sepuncuk surat
Nayeon membuka surat itu, ia menangis semakin jadi karena JB mengungkapkan perasaannya lewat surat itu. di surat itu tertulis, “Nayeon-ah^^ Annyeong. Maaf aku tidak bisa lagi bersama kalian, aku harus menjalani kehidupan baru disini. Kau dan Jimin jangan lupakan aku! Pada saat hari kelulusanmu nanti mungkin aku juga tidak dapat hadir seperti yang telah aku janjikan pada kalian....Terimakasih sudah menjadi adik sekaligus sahabat baikku selama ini, tapi sebenarnya aku ingin menjadi lebih dari sahabat buatmu.
사랑해—aku mencintaimu.”~ to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Hopeless Love || JINYEON
Fanfiction[REPUBLISH] Im Nayeon, seorang gadis berumur 20 tahun yang baru saja kembali ke Korea setelah kepergian kedua orangtuanya. Hidup bersama Jimin, sahabatnya, membuat Nayeon ikut mengenal GOT7. Note : cerita ini pernah di publish juga dgn judul yg sa...