9

104 15 0
                                    

Hari beranjak pagi, seperti biasa aku pergi ke kampus bersama Jimin. Hari ini aku dan Jimin tidak bisa lama-lama bersama karena Jimin akan pergi ke pulau Jeju untuk menghadiri upacara pernikahan salah satu temannya.

Semua kelasku untuk hari ini telah selesai dan jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Namun lagi-lagi Jinyoung meminta kami berkumpul di ruang klub untuk membahas tema untuk kompetisi nanti.

“Kenapa hanya ada kau sendiri?” tanyaku langsung saat memasuki ruang klub dan hanya terlihat Jinyoung seorang

“Wonpil sedang sakit jadi kali ini hanya ada kita berdua,” jelas Jinyoung yang masih dengan majalah kampus yang ada di tangannya

“Nayeon-ah,” ucap Jinyoung namun terputus

“Kenapa tiba-tiba kau memanggilku seperti itu?” tanyaku heran

“Aku hanya tidak suka berbicara formal dengan seseorang yang sama umurnya lebih muda dariku, apa itu salah?” ucap Jinyoung balik bertanya

“Tidak, tapi darimana kau tahu umurku?” kataku dengan wajah yang menunjukkan kebingungan

“Ya ampun kau kan berteman dengan Jaebum dan kurasa dia dulu pernah bercerita tentang dua sahabat yang lebih muda umurnya karena biasanya dia lebih menyukai berteman orang yang seumuran, dasar kau ini,” jelas Jinyoung sambil tertawa kecil

“Oh gitu,” jawabku singkat, “terus apakah kau sudah menentukan tema kita nanti?” lanjutku bertanya

“Ya ampun kau ini sangat sinis sekali....nih temanya nanti,” jawab Jinyoung sambil memberikan setumpuk kertas dan tersenyum

“Kenapa kau tersenyum, bukannya aku sinis?” tanyaku heran

“Tidak, hanya saja sepertinya aku pernah melihatmu dulu, tapi aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas,” jawab Jinyoung yang sudah beralih ke depan laptop

“Mungkin itu hanya mirip denganku atau halusinasimu saja,” ucapku sambil membuka tumpukan kertas tadi

“Mungkin,”

Jinyoung terhanyut ke dalam laptopnya, aku tidak tahu apakah dia sedang mencari tema baru untuk kami, atau mencari berita tentang dirinya sendiri, karena sedari tadi dia terus-menerus tersenyum. Aku memutuskan untuk hanya berfokus pada kerjaanku. Pikiranku langsung buyar saat Jinyoung tiba-tiba tertawa keras.

“OPPA! Kenapa kau tertawa begitu?! aku lagi fokus nih!” teriak ku kesal

“미안,미안—maaf, maaf,” ucapnya sambil terkekeh

“Sshhh,” cetusku kesal dan kembali melanjutkan tugasku

Jinyoung sepertinya terkejut dengan perkataanku tadi, dia terus saja mencoba untuk mencairkan suasana diantara kami. Namun aku hanya diam saja mendengarkan ocehannya yang tidak jelas. Tak lama Jinyoung kemudian keluar dan handphone-ku tiba-tiba berdering pertanda ada chat yang masuk.

“나연아 아까 정말 미안해...—Nayeon-ah aku benar-benar minta maaf tentang yang barusan...” Chat  itu ternyata dari Jinyoung

“Kau sudah membacanya, apakah kau sudah memaafkanku?”

“Kau tersenyum >.< berarti kau sudah tidak marah lagi.”  Lanjutnya 

“Bagaimana kau bisa tahu seperti apa ekspresiku sekarang ini?” Tanyaku dengan membalas chat darinya

“Aku ada di sini bodoh,” ucap Jinyoung sambil membuka jendela yang ada di ruangan klub dari luar

Aku terkejut saat melihatnya sudah berada di sana, dia kemudian kembali masuk dan melanjutkan pekerjaan kami untuk kompetisi majalah akhir tahun.

“Oiya, aku penasaran akan satu hal, tapi ini agak menjurus ke masalah pribadi apakah itu tidak apa?” tanyaku kembali memulai pembicaraan

“괜찮아, 뭔데?—baik-baik saja, apa itu?” balas Jinyoung yang masih sibuk dengan lembaran ertas di tangannya

“Emm...apa kalian saat sudah jadi idol pernah berkencan?” tanyaku dengan ragu

Jinyoung yang mendengar perkataanku tadi hanya diam sebentar lalu menjawab, “tidak, bahkan saat aku belum debut pun aku belum pernah sekali pun berkencan,” jelasnya sambil terkekeh

“Bagaimana dengan member lain?” lanjutku bertanya

“Beberapa dari mereka tentu saja sudah pernah berkencan dulu, namun tidak setelah debut, karena kami dilarang pacaran sebelum 3 tahun debut,” jawab Jinyoung yang menjelaskan secara rinci

“Tapi kenapa kau mempertanyakan pertanyaan tadi? kau mau jadi pacarku?” tanya Jinyoung bercanda

“Hah?! Tentu saja tidak aku hanya penasaran saja!” belaku

“Lagian kenapa kau belum pernah berkencan? Apa tidak ada cewek yang tertarik denganmu? Atau kau selalu ditolak?” lanjutku bertanya sambil sedikit meledeknya

“YA..asal kau tahu aku ini sangat populer dikalangan perempuan, hanya saja saku tidak mau pacaran!” ucap Jinyoung dengan nada yang meninggi

“첫사랑 때문에?—karena cinta pertama?” ucapku kembali bertanya namun Jinyoung haya diam saja tampak jelas sekali dia tidak mau mengungkit masalah itu

“헐—astaga,bagaimana bisa seorang idol zaman sekarang tidak mau berkencan hanya karena menunggu cinta pertamanya!” teriakku dengan sangat keras yang membuat Jinyoung langsung menutup mulutku dengan tangannya

“Kau jangan berteriak seperti itu!” kesalnya

“LEPASKAN!” berontakku dengan keras, membuat Jinyoung melepaskan tangannya dari mulutku

Kami melanjutkaan pekerjaan kami sampai hampir larut malam, hari ini aku juga sudah meminta izin kepada tempatku bekerja sampingan untuk tidak masuk karena harus mengerjakan tugas. Jam terus berlalu dengan cepatnya, konsentrasi kami dalam mengerjakan tugas juga sudah mulai berkurang karena rasa kantuk yang terus melanda.

“Nayeon-ah kau mau pulang sekarang?” tanya Jinyoung dengan matanya yang sudah mulai memerah

“Ehm, baiklah aku akan pulang sekarang ini sudah sangat larut,” jawabku sambil melihat sebuah jam kecil di tanganku

“Baiklah ayo,” ucap Jinyoung yang langsung berdiri dan mengambil jaketnya

“Hah? Kenapa?” tanyaku heran

“Ayo akan kuantar kau pulang, ini sudah malam dan bahaya bagi cewek sepertimu pulang selarut ini,” jelas Jinyoung

“Tapi aku akan naik bus saja, apa kau yakin?” tanyaku dengan ragu

“Tidak apa, lagian ini juga sudah malam, dan aku juga akan memakai ini,” balas Jinyoung sambil mengangkat jaket serta masker dan kacamatanya

“Baiklah,”

Aku dan Jinyoung kemudian pergi ke halte bus, tidak perlu lama menuggu bus yang menuju ke daerah tempatku tinggal pun datang dan ini adalah jam terakhir mereka beroperasi. Jinyoung mengikutiku duduk di kursi paling belakang, aku tidak memilih kursi di depan karena takut jika saja ada yang mengenali Jinyoung, dan membuatnya merasa menjadi tidak nyaman.

Selama perjalanan yang cukup dekat kami hanya diam saja, aku sama sekali tidak mengerti dengan mood Jinyoung yang selalu berubah dengan cepat.

“aku akan turun disini bagaimana denganmu?” ucapku sambil melirik ke arah Jinyoung yang berada di sebelahku

“Oh? Ahhh...aku juga akan turun disini, ayo,” balas Jinyoung sambil menarik tanganku

Kami berdua kemudian turun dan meneruskan dengan berjalan kaki ke tempat tinggalku.

~to be continued

Not a Hopeless Love || JINYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang