(1)

579 55 24
                                    


Ini kisah 'Marissa Grande Lousie' yang diam2 mengagumi seorang 'Reiner Roberto'


*****

Sejak pertama kali memasuki sekolah Permata yang terletak dikota Jakarta, Ia langsung tertarik pada seorang cowok. Dia memang terlihat angkuh dan dingin. Akan tetapi Ia menyukainya karena menurutnya, dia itu menarik.

Setiap gerak-gerik dari cowok itu selalu Ia perhatikan. Terlebih setiap jam olahraga Bola Basket, Ia rela izin dari jam kelas hanya agar bisa melihat permainanya secara diam2. Meskipun harus berbohong dengan mengatakan ke Toilet(?).

Gayanya memang seperti anak cupu pada umumnya. Kacamata bertengger dihidung yang tak begitu mancung, rambut dikuncir samping, serta poni yang menutup dahi menjadi ciri khas dari seorang Marissa. Kecerdasannya yang dibawah rata-rata membuatnya naik kelas dengan nilai pas-pasan. Jangankan mau maju, belajar saja ia tinggalkan demi mengagumi setiap detail dari cowok idamannya.

*****

Pagi itu, Gadis yang akrab dianggil Rissa tengah mengendap ditemani sahabatnya bernama Friska. Ia berjalan memasuki sebuah kelas saat kondisi masih sepi. Sementara Ia menyelipkan sesuatu dalam sebuah buku, sahabatnya berjaga didepan pintu kelas.

"Gimana..?? Udah..?" Tanya sahabatnya.

"Iya. Yuk, kita pergi sekarang sebelum anak2 dateng." Rissa menarik tangan sahabatnya meninggalkan kelas tersebut.

*****

Dijam istirahat siang itu, para murid kelas X IPS yang semula tenang tiba2 menjadi riuh. Itu karena wilayah mereka kedatangan siswa dari kelas IPA yang digemari para siswi. Siswa itu berdiri ditengah2 gerumulan para siswa-siswi yang sibuk mengantri pesanan.

"Ada yang namanya Marissa disini..??" Tanyanya dengan suara lantang membuat semua terdiam.

Sebagian dari mereka ada pula yang saling berbisik satu dengan yang lainnya.

Koq yang ditanyain cewek cupu itu sih.?

Tau tuh, padahal kan masih cantikan kita..

Tapi keliatannya ada tanda2 gak beres nih,

Iya.. kayaknya si cupu itu bikin masalah deh sama dia.

Begitulah, isi dari bisikan2 mereka.

"Itu dia, kak.. yang duduk dimeja dekat jendela." Tunjuk seorang siswi pada gadis yang menutupi wajahnya dengan satu tangan.

"Aduuuhh.. gimana nih Fris, aku malu banget kalo sampe harus ngadepin dia." Bisik gadis itu pada temannya.

"Udah gak papa Ris.. kamu maju aja, kali aja dia mau bales surat kamu. Liat tuh, ada kertas ditangannya." Ujar temannya.

"Hei, sini loe..!" Perintah siswa itu.

"I iiya.." ujar gadis itu dengan gugup.

Gadis berpenampilan cupu itu beranjak dari duduknya dengan jantung berdebar-debar.

"Udah sana2 buruan samperin.." desak temannya bernama Friska.

"Iya. Bentar ya, aku samperin dua dulu." Ujarnya dengan sedikit ragu.

Sedangkan temannya tersenyum senang karena ia fikir sahabatnya itu hampir berhasil.

Gadis bernama Rissa kini sudah berada disamping siswa yang memanggilnya.

"Aku yang bernama Marissa. Ada apa ya..??" Tanya Rissa mencoba menahan kegugupannya.

Siswa bernama Rei itupun menatap dengan tatapan dingin dan menyerahkan sebuah lipatan kertas pada Rissa. Awalnya saat menerima, Rissa merasa sangat senang. Sebuah senyuman lebar menghias diwajahnya. Namun raut wajahnya berubah seketika saat tau kalau itu adalah surat yang ia selipkan pagi tadi didalam buku milik Rei.

"Ee i ini.. maksudnya a apa.??" Tanya Rissa dengan suara tersendat2.

Rissa memandang kertas ditangannya tak mengerti. Disana, banyak kata dengan coretan bolpen merah dan nilai (C) yang ditulis oleh Rei.

"Itu hasil nilai buat loe. Dasar payah, ngrangkai kata aja gak bisa. Sok sokan bikin surat cinta." Cibir Rei dengan senyum miringnya.

Nada dingin dari suara cowok angkuh itu mampu menusuk hati Rissa detik itu juga. Rissa hanya diam dan menundukkan pandangan. Ia benar2 dibuat malu dengan perlakuan cowok yang selama ini menjadi idamannya.

Reaksi dari para murid yang menyaksikan kejadian itupun berragam. Ada yang tertawa dan mengolok tingkah Rissa dengan menganggapnya kebanyakan mimpi dengan mendekati cowok keren, adapula yang merasa kasihan dengannya. Friska selaku sahabat baik Rissa yang tak tega segera bertindak. Ia beranjak dari duduk dan berjalan mendekati Rissa, lalu merangkulnya.

"Oh ya, gue mau ngasih masukan buat loe. Loe masih butuh belajar banyak buat dapet nilai bagus disekolah ini. Bukan buat beginian, ngerti loe.?!" Ujar Rei dengan memasukkan kedua tangannya disaku celana.

Setelah mengatakan itu, Iapun pergi meninggalkan Rissa yang mulai terisak ditemani sahabatnya. Para pemirsapun bubar karena pertunjukan telah selesai.

*****

Tangisan Rissa sudah mereda sekarang setelah dihibur oleh sahabatnya.

"Sabar ya Ris, jangan diambil hati kata2 dia. Mending kamu gak usah kejar dia lagi deh. Dia tuh sombong, mentang2 dia pinter gak kayak kita, banyak yang suka pula." Ujar Friska.

Rissa yang semula menidurkan kepala diatas meja kini mengangkat kepalanya.

"Gak Fris.. dia bener, aku harus belajar yang bener biar dapet nilai bagus. Tapi bukan berarti aku nyerah gitu aja kan..?" Ujar Rissa dengan mantap.

Friska hanya bisa membulatkan bola matanya tak percaya.

"Kamu yakin masih mau ngejar cinta dia, setelah apa yang dia lakuin tadi.? Haahh.??" Tanya Friska.

Rissa mengangguk pasti. "Iya. Emangnya kenapa.? Apa yang dia bilang itu gak salah kan..?" Rissa balik bertanya.

Friska menggelengkan kepalanya. Ia mengakui bahwa perkataan Rei tadi itu benar. Karena selama ini, nilai Rissa termasuk dirinya terbilang minim. Bisa naik kelas saja sudah beruntung bagi mereka berdua.

"Iya juga sih. Terus setelah ini, apa yang mau kamu lakuin..?" Tanya Friska.

Kedua mata Rissa tiba2 berbinar dan senyum lebarnya kini kembali mengembang.

"Aku ada ide.." ujarnya tiba2.

"Apa Riss..??"

"Ntar pulang sekolah kamu anter aku kesuatu tempat ya..??" Tawar Rissa.

Friska mengernyit kening. "Kemana..??"

"Udah ikut aja. Ya.??"

Tanpa banyak tanya lagi, Friskapun mengiyakan ajakan Rissa.

*****
Bersambung

Yesss..!! Satu karya lagi dari author plin plan siap meluncur gaes..

Semoga kalian bisa terhibur dan mengambil manfaat didalamnya..^^

Follow Vote Koment selalu ditunggu ☆☆☆

Apalah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang