(9)

186 35 36
                                    

Happy Reading

*****

"Kenapa bunda baru bilang soal rentenir yang datang kerumah buat nagih hutang ayah..?"

"Maafin bunda Rissa.. bunda tadinya gak mau bikin kamu ikut kefikiran gara2 semua ini. Bunda cuma pengen kamu fokus sekolah aja, biar bunda yang urus.. Tapi, kedatangan mereka hari ini bikin bunda takut. Jadi,, bunda rasa kita pindah rumah saja.. biar rumah ini bunda jual buat lunasi sisa hutang ayah kamu.. sama.. Rumah Makan bunda juga harus bunda tutup." Terang Marta.

Rissa terdiam mendengar penjelasan Marta. Ia tak menyangka akan mengalami hal seperti ini disaat dirinya tengah patah hati.

'Ini semua pasti karena aku yang gak mau dengerin nasehat bunda, iya kan bund..?? Selama ini, Rissa nghamburin uang bulanan yang bunda kasih. Sampe2 sekarang Rissa gak punya simpanan buat bantu bunda bayar hutang.' Batin Rissa menyesal.

"Maaf Bunda... Maafin Rissa.." ujarnya seraya mendekap erat tubuh sang bunda.

"ini bukan salah kamu Rissa, tapi bunda yang kurang bisa bersikap tegas." Batin Marta mengusap lembut puncak kepala putrinya.

Memang selama ini, Rissa dan Marta hidup dirumah itu tidak serta merta tanpa masalah. Sebenarnya sejak kematian sang Ayah, keduanya ditinggali hutang terhadap rentenir. Dan sebagai cicilannya, mereka harus mentransfer pada rentenir setiap berapa bulan sekali.

Sedangkan dua bulan terakhir ini, Rumah Makan milik Marta--Ibunya Rissa-- sepi pelanggan. Karena ya,, itulah roda dunia. Adakalanya diatas, dan adakalanya berada dibawah. Manusia harus menerima kehendakNya.

_______

Rissa tak henti2nya menangis disepanjang perjalanan. Kenyataan yang ia terima sangat menyakitkan dibandingkan patah hatinya pagi tadi. Ia yang biasanya menaiki taxi, sore ini juga mau tidak mau harus menaiki angkutan umum bersama sang bunda.

"Rissa..." panggil Marta lirih.

Rissa menoleh setelah menyeka airmata yang membasahi kedua pipinya.

"Kenapa bund..??" Tanyanya dengan suara parau.

"Kita udah sampe dikontrakan temen bunda. Ayok turun sekarang." Ajak Marta dan diangguki oleh Rissa.

Keduanya segera turun dari angkutan tersebut dengan koper masing2.

*****

Esoknya disekolah...

"Sa.. kamu kenapa..?" Tanya Friska pada Rissa.

Sejak dirinya memasuki kelas beberapa menit yang lalu, sahabatnya itu sudah meletakkan kepalanya diatas meja meski tidak tidur. Bahkan ini sudah lebih dari 5 menit Friska didiami oleh Rissa.

"Rissa.. jawab aku, dari semalem kamu tumben gak bales chat aku pas aku tanya mau berangkat sama siapa."

Friska membuang nafas lelah. Ya, ia lelah menghadapi sikap Rissa yang aneh hari ini. Baru saja Friska ingin menidurkan kepalanya, tiba2 Rissa bersuara.

"Fris.." panggilnya.

Segera Friska menyahut. "Iya.. kenapa Sa.?"

Rissa, sahabatnya itu kini mengangkat kepalanya dan memandang Friska dengan mata sembab.

"Oh yaampun Rissa.. kamu nangis ya.??" Rissa hanya diam dan mengangguk.

Friska yang khawatir dengan keadaan sahabatnya itu segera menghambur dan memeluk Rissa.

*****

"Ooh gitu.. aku ngerti. Sekarang pasti kamu sedih banget ya Sa.. Yang sabar ya.??" Hibur Friska usai mendengarkan keluh kesah sahabatnya.

Apalah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang