(4)

219 41 3
                                    


Sosok Reiner Roberto yang penyayang

*****

Seorang wanita paruh baya memasuki kamar putra tunggalnya. Bisa Ia lihat sekarang, putranya itu duduk bersandarkan pada kepala ranjang dengan memainkan ponsel.

"Rei... udah belajar..??" Tanyanya setelah duduk ditepi ranjang.

"Udah Mom." Sahutnya seraya meletakkan ponsel.

Kini Ia berpindah posisi duduk dengan memijit bahu wanita itu seperti hari2 biasanya.

"Mommy pasti capek tiap hari kerja." Ujar Rei.

"Mommy gak akan capek karena punya anak sebaik kamu Rei. Sejak kecil, kamu tuh gak pernah bantah kata2 mommy. Kecuali kalo mommy emang salah, kamu berani negur." Jawabnya.

Ya, itu memang benar. Sejak kecil, Ia memang sangat amat penurut terhadap orang tuanya. Terutama Ibu. Karena sifat keras dan tempramen ayahnya yang tak bisa ditolerir membuat Rei tak bisa memaafkannya. Dan itu sebabnya Rei memilih ikut dengan Ibunya setelah perpisahan menjadi jalan terakhir.

Adapun perusahaan, itu memang milik Ibu Rei sejak dulu. Perusahaan itu adalah warisan satu2nya dari Ayahnya Ibu Rei. Sementara Ayah Rei juga memiliki perusahaan sendiri. Saking sibuknya, Ibu Reilah yang mengalah untuk bolak-balik dari kantor demi merawat Rei.

Untuk sekarang, bagi Rei, tak ada wanita sehebat Mommy.

"Itu sudah seharusnya Mom. Karena tak selamanya anak itu benar, begitu juga sebaliknya." Jelasnya.

Ibunya mengangguk dan tersenyum membenarkan ucapan putra tunggalnya.

"Kamu bener Rei.." ujar mommy.

"Mending sekarang Mommy mandi. Rei udah minta bibi siapin makan malam, dimakan ya.?? Abis itu tidur, istirahat." Titahnya dengan lembut, seakan dirinyalah yang berperan sebagai orang tua disini.

Belum lagi ada jawaban, Rei kembali berucap.

"Tapi maaf mom, Rei gak bisa temenin makan. Abis ini Rei mau langsung tidur."

Ibunya mengangguk setuju. "Iya Rei..." sahutnya.

Ya, memang selalu begitu. Meski sudah mengantuk, Rei rela terjaga sampai dirinya pulang seperti sekarang. Terkadang menunggu diteras, diruang tamu, intinya Ia tidak akan tidur sebelum Mommynya pulang.

"Good night Mom.. Love You.."

Cup~

Satu kecupan lembut dari Rei dipipinya Ia dapatkan. Putranya itu memang selalu begitu. Seakan Ia lupa kalau dirinya sudah remaja sekarang. Akan tetapi Rei masih saja memperlakukan Ibunya mesra layaknya kekasih. Iapun membalas perlakuan putranya dibagian kening.

Cup~

"Tidur nyenyak ya sayang.." ujarnya pada Rei yang sudah siap menarik selimut.

*****

"Mommy masak apa..??" Rei menuruni tangga dan segera menghampiri ibunya.

Letak dapur memang tidak jauh dari tangga yang menuju lantai atas. Sehingga dengan jelas bisa terlihat dapur dibawah sana meski berada diatas tangga.

"Masak nasi goreng kesukaan kamu." Jawab sang ibu.

"Nah udah siap. Yuk kita sarapan." Ujarnya lagi dengan mangkuk besar berisikan nasgor ditangannya.

"Sini mom, biar Rei aja yang bawa." Rei mengambil alih nasgor dalam mangkuk besar itu dan membawanya kemeja makan.

Meski sudah ada pambantu, Ibu Rei memang kerap kali menyempatkan diri memasak sarapan untuk putra kesayangannya. Sementara pembantunya mengerjakan pekerjaan lain. Dan sebagai anak yang baik, terkadang Rei ikut serta membantunya. Tak banyak yang tau kalau Rei ini pintar urusan memasak. Meski tak semua masakan, tetap saja itu sudah patut diacungi jempol. Benar kan.??

Rei dan Ibunya menikmati sarapan bersama.

"Rei.. Mommy dapat kabar dari temen Mommy kalo anaknya bakal pindah sekolah disekolahan kamu. Kamu bisa kan, jadiin dia temen kamu.? Soalnya udah lama dia gak diJakarta. Jadi ya, kamu tau lah maksud mommy." Ujar Mommy setelah menyelesaikan sarapan.

"InsyaAlloh Mom. Emangnya dia cewek atau cowok.??" Tanya Rei ingin tau.

Karena sebenarnya, Ia agak malas dengan kata 'berteman'. Entah itu berteman dengan cewek, ataupun dengan cowok. Mommynya pun tau tentang itu. Akan tetapi, ini hanya untuk menguji putranya saja. Bisakah Ia menjadikan anak itu teman atau tidak.?

"Kamu beneran mau temenan sama dia kan..?" Tanya mommynya lagi.

"Iya.. kasih tau dulu siapa Mom." Jawab Rei dengan nada terdengar malas.

"Gak sabar yaa buat ketemu.. Santai Rei,, belum sekarang koq. Mungkin bulan depan." Ujar Ibu Rei yang sengaja menggoda putranya.

Akhirnya Rei pun membuang nafas kasar. "Hmmhh Up to you Mom.. "

Kata itulah yang selalu keluar dari bibir mungil cowok dingin nan angkuh itu kalau sudah kalah debat dengan Ibunya. Sementara Ibunya hanya mengulum senyum mendapati wajah kesal putranya dipagi hari.

Rei dan Ibunya bernama Isyana memang seperti itu. Menghabiskan waktu berdua saat dirumah dengan perdebatan2 kecil atau gurauan2. Dimana Ayahnya Rei.?? Ia tidak tau, bahkan tak mau tau tentang laki2 yang hanya bisa menyakiti Ibu dan anaknya itu. Hanya saja, kabar terakhir Ayahnya berada diluar negeri.

Sejak berpisah, Ayah Rei tak pernah sama sekali datang berkunjung atau mengirim kabar padanya. Tapi Rei tak perduli. Hidup bahagia dengan Mommy, itu sudah lebih dari cukup. Cinta dari orang tua lengkap yang diidamkan banyak orang, namun tidak dengan Rei.

Yang ia butuhkan hanya satu. Cinta dari Mommy, bukan yang lain.

"Rei berangkat ya Mom..?" Rei mencium punggung tangan Ibunya.

Dan jangan lupakan, kecupan paginya untuk wanita tercinta itu dibagian pipi.

"Hati2 ya.. Oh ya, soal yang kamu tanyakan nanti Mommy kasih tau pas udah waktunya."

"Huffthh.. bahas itu lagi. Iya Mom.. Rei ngerti."

Isyana terkekeh mendengar jawaban datar putranya.

Baru saja Rei akan menaiki motornya, Ibu Rei lagi2 memanggilnya.

"Rei.."

"Iya Mom..?? Apa lagi.??"

"Jangan pasang muka datar didepan temen2 kamu.. Kan sayang Mommy susah bikin muka ganteng kamu juga." Ledek Ibu Rei.

Rei tersenyum tipis menanggapi ledekan Ibunya.

"Gak janji Mom." Singkatnya sebelum menyalakan motor dan siap berangkat.

"Dasar anakku satu ini." Gumam Isyana.

****
Bersambung...

Apalah Cinta..
Yang ku tau hanya satu Cinta didunia ini
Cinta dari Mommy
Just It, No more

Apalah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang