(10)

208 36 11
                                    


Happy Reading

"Mungkin ini awal kedekatan Marissa dengan Rei."

*****

"Rei.."

Cowok yang dikenal angkuh itu tak memperdulikan panggilan Marissa. Padahal cewek berparas ayu itu sejak tadi memanggilnya karena ingin mendengar penjelasan Rei yang terus menerus menariknya setelah turun dari motor tadi. Tapi sepertinya cowok itu tak menghiraukan panggilannya.

"Rei, berhenti.!!!" Teriakan Rissa seketika mengehentikan langkah Rei.

Rei segera berbalik menghadap tubuh Rissa yang lebih pendek darinya. "Apa itu bener.??"

Rissa mendongak dan membalas tatapan Rei dengan perasaan bingung. "Ap-apanya yang bener.??" Rissa balik bertanya.

"Gue tanya, apa kabar yang nyebar disekolah itu bener.. Soal usaha ibu loe yang ditutup.??" Tanya Rei dengan nada dinginnya.

Rissa langsung menundukkan pandangan. Ia tak menyangka secepat itu kabar tentang usaha ibunya berhenti beroperasi. Cukup lama Rissa termenung, hingga dua tangan kokoh menyentuh kedua bahunya dan membuat Rissa tersentak.

Karenanya, Rissa kembali membalas tatapan tajam dari Rei yang masih menatapnya. Jujur saja, ini kali pertamanya Rissa melihat sorot mata Rei setajam dan sedekat itu.

"Eh! Loe denger gue kan.??" Tanya Rei.

Rissa mengangguki pertanyaan Rei. "I-iya."

Rei masih tak melepas tatapan menyelidiknya pada Rissa. Seakan2 jika dirinya tak mendapat jawaban, Rei tidak akan melepaskan siswi itu.

"Ee.. kamu.. tau dari mana kabar itu.??" Tanya Rissa dengan menahan rasa gugup yang selalu mendera setiap kali berada didekatnya.

Menarik kedua tangannya dari bahu Rissa lalu mengusap wajah dengan kasar. "Gue gak minta loe buat nanya. Yang gue minta loe jawab, itu bener atau gak."

"Sama gue juga mau loe kasih tau gue, dimana loe tinggal sekarang." Sambung Rei lagi.

Belum juga Rissa memahami sebab dari sikap Rei yang mendadak mengajaknya ketaman. Sekarang Rissa semakin dibuat tak percaya dengan pertanyaan cowok idamannya itu.

"Yang bener aja.? Rei, nanya gue tinggal dimana sekarang.?" Jerit Rissa dalam hati.

"Rissa." Panggil Rei.

"Iya.??" Jawab Rissa cepat.

"Gue heran sama loe. Kenapa sih loe selalu aja ngelamun tiap gue ajakin ngomong.??" Dingin Rei.

Rissa harus jawab apa kalau begini.? "Ee itu.. itu.. karena..."

"Ahh lama! Ayok sekarang juga gue anter loe pulang. Kasih tau gue kemana arah jalannya. Okey?" Ujar Rei.

Diam sejenak. Rissa masih mengingat apa yang Rei katakan tadi sebelum pergi. Rei bilang, dirinya harus menjawab iya bukan?

"Iya. Ayok." Ucap Rissa kemudian.

Kalau saja Rissa tau, saat dirinya mengatakan iya, senyum samar diwajah tampan Rei baru saja terbit walau sekilas. Karena setelahnya, cowok itu kembali memasang wajah datarnya sebelum Rissa menyadari itu.

Sepertinya sikap dingin dan datarnya itu memang sudah paten tertanam dalam diri Rei. Ia tak pernah bersikap manis kecuali dengan sang Mommy. Bahkan sedekat apapun dirinya dengan Defi simurid baru itu, Rei pun bersikap datar dan biasa2 saja. Lagipula menjadi teman dari siswi centil itu merupakan keterpaksaannya saja demi menuruti kata Mommynya.

Apalah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang