(2)

273 42 9
                                    

Awal Berubahnya Marissa Grande Lousie

*****

Dua orang siswi didepan gerbang sekolah terlihat menghentikan sebuah taxi.

"Ris.. kita mau kemana sih.??" Tanya salah satu dari mereka.

Mereka adalah Rissa dan Friska sahabatnya yang sekarang sudah berada didalam taxi.

"Udah jangan berisik. Pak kita kemall .... ya.?" ujar Rissa.

"Baik mbak." Sahut Pak supir.

"Yaampun Ris, bilang kali kalo misalkan kita mau kemall. Aku fikir kita mau kemana." Ujar Friska.

"Emang kamu mikir kita kemana.??" Tanya Rissa.

"Hehee.. gak, gak jadi."

Sesampainya ditujuan, Rissa dan Friska segera turun dan memasuki mall yang tak begitu besar itu. Rissa langsung berjalan mencari deretan baju2 dengan trend terbaru. Setelah itu pindah lagi ketempat aksesoris, dan masih banyak lagi yang ia beli.

Setelah 1 jam lebih mereka didalam sana, Rissapun mengajak sahabatnya pulang kerumah.

*****

"Rissa.." panggilan bunda menghentikan langkahnya saet memasuki pintu depan.

Gadis bernama Rissa menoleh dan mendapati bundanya duduk disofa ruang tamu dengan memangku sebuah majalah.

"Iya Bund..." Rissa berjalan mendekat dan mencium punggung tangan beliau.

"Kamu dari mana aja, koq baru pulang..?" Tanya Bunda mgnyelidik.

"Ee... abis belanja Bund."

"Belanja.?? Pake uang yang Bunda kasih kemarin itu.?" Tanya bunda dengan suara lembutnya.

"Iya.."

"Habis berapa kamu belanja sebanyak itu.??" Tanya Marta menunjuk tentengan yang Rissa bawa.

"2 juta Bund."

Mendengar jawaban putrinya, Marta-bunda Rissa- berdiri dengan membelalakkan mata. Ia tampak sangat terkejut dengan nominal yang Rissa habiskan.

"Apa.?? Sebanyak itu buat belanja.? Rissa.. kamu kan tau, bunda kasih kamu atm itu buat kebutuhan selama 1 bulan. Kalo sehari aja kamu udah boros gini, gimana nantinya.?" Tanya Marta dengan nada bicara yang berusaha ia kontrol.

Sebagai orang tua tunggal, Marta tidak ingin salah langkah dalam menasehati Rissa, putri satu2nya.

"Bunda tenang aja. Masih ada koq. Rissa gak akan sering2 belanja." jawab Rissa dengan entengnya.

"Gak akan sering2..? Maksudnya, kamu masih mau belanja lagi lain waktu.?" Marta dibuat kaget untuk kesekian kalinya.

"Iya bund." Lagi-lagi putrinya menjawab dengan enteng.

Marta mulai memijit pelipisnya pelan, mencoba mengendalikan pusing kepala karena ulah baru Rissa.

"Rissa.. sejak kapan kamu suka menghamburkan uang seperti ini, hmm..??" Tanya Marta.

"Mulai hari ini Bund."

"Apa.??" Marta semakin tak mengerti dengan jalan fikiran putrinya.

"Rissa.. kamu lupa kalau sekarang ini kita perlu berhemat.??" Marta berusaha menyadarkan Rissa agar tidak bersikap keliru.

"Rissa tau bunda sayang.. Tapi Rissa bener2 butuh ini." Rengek Rissa.

"Memangnya kamu belanja apa sih.??"

Rissa menyodorkan bawaannya dan membiarkan bundanya menggeledah isi dari bingkisan yang ia bawa.

"Ya Alloh, baju.? Kamu kan bisa bilang sama bunda. Biar bunda yang beliin kamu baju." Ujar Marta.

"Gak bund, nanti pasti bunda gak tau style yang lagi trending sekarang ini.." elak Rissa dengan memeluk bingkisan2 itu.

"Rissa.! Sejak kapan kamu seperti ini, hmm.? Bilang sama bunda, apa yang buat kamu berubah secepat ini.?"

Marta benar2 tidak tahan. Kenapa bisa putrinya berubah secepat ini hanya dalam waktu setengah hari. Karena biasanya Rissa selalu menuruti perkataannya. Bahkan Ia juga masa bodo jika harus berpenampilan seperti apapun. Tapi hari ini.? Marta semakin tak bisa bermurah hati sekarang ini. Akan tetapi ia tetap diam.

"Bund, Rissa capek harus nurutin bunda.. Rissa mau bebas kayak anak2 lain bund.." jelas Rissa.

Setelah mendengar jawaban putrinya, Marta menghela nafas pelan.

"Ooh jadi itu yang kamu mau. Yaudah kamu boleh tentuin apa mau kamu...

Belum selesai Marta bicara, Rissa sudah lebih dulu memotongnya.

"Haah.?? Beneran bund.?? Makasih bunda, Rissa sayang sama bunda. Mmuachh.." gadis itu mencium pipi sang bunda lalu pergi kekamarnya dengan hati senang.

Sementara Marta masih mematung ditempat melihat dengan nanar kepergian sang putri.

"Ya Alloh, padahal aku belum selesai bicara. Aku hanya ingin Rissa bebas namun tetap dalam pengawasanku.." gumam Marta.

*****

Esoknya..

"Bund.." sapa Rissa pada sang bunda dimeja makan.

Marta yang tengan sibuk menata piring diatas meja segera menoleh. Itulah keseharian Marta dalam mengurus putri tunggalnya. Ia harus bangun pagi2 menyiapkan semua kebutuhan Rissa sebelum berangkat keRumah Makan miliknya. Disana sudah diatasi oleh karyawannya yang tak seberapa untuk memasak apa saja yang akan disajikan pada para pelanggan.

"Loh, Rissa.. kenapa gak pake kacamata.? Katanya kamu suka pake itu, karena almarhum ayah kamu yang beliin..? Bahkan kamu sendiri yang minta beli waktu itu.." Tanya Marta ditengah keterkejutannya.

"Gak ah bund, itu udah lama banget belinya. Lagipula ayah juga gak akan tau kan.?? Kan ayah udah gak ada bund.."

"Rissa..! Jaga bicara kamu.!" Bentak Marta membuat putrinya terlonjak kaget.

"Bunda gak pernah ngajarin kamu bersikap seperti ini Rissa. Sekalipun Ayah kamu sudah gak ada, bukan berarti kamu bisa menghina dengan cara itu. Kamu bisa kan bicara baik2.? Tinggal bilang sama bunda kalo kamu udah gak mau make karena itu udah model lama. Kamu gak perlu bawa2 ayah.." jelas Marta panjang lebar.

Rissa hanya bisa menunduk. Buliran bening dikedua mata Marta dan juga Rissa sama2 meluruh saat ini. Marta menangis karena harus diingatkan dengan kepergian sang suami. Sementara Rissa menangis karena merasa bersalah sekaligus karena bentakan sang bunda.

Marta segera menghapus air mata diwajahnya dan berjalan mendekati putrinya. Ia mendekap tubuh mungil itu dengan penuh kehangatan.

"Maafin bunda Rissa.. Bunda cuma gak mau kamu berubah jadi anak yang gak bener." Lirihnya dan masih didengar oleh Rissa yang menangis dalam dekapannya.

"Rissa juga minta maaf bunda.." lirih Rissa.

*****

"Woi..! Ngelamun aja kamu Ris.." ujar seseorang yang tiba2 menepuk punggung Rissa yang duduk sendiri didalam kelas.

"Iih Friska ngagetin aja deh." Keluh Rissa.

"Katanya mau nyamperin dia, jadi gak nih..?" Tanya Friska.

"Ya jadilah." Sambut Rissa dengan bersemangat.

"Ciee yang udah tampil cantik, semangat banget sih." Ledek Friska membuat Rissa tersipu malu.

"Eh udah ayo, keperpus sekarang.." ujar Rissa mengalihkan pembicaraan.

Ia mendorong tubuh sahabatnya agar segera ikut keluar dari kelas.

***** bersambung.

Next Or No.??
Please koment dibawah sana.
Vote juga yang banyak.

Apalah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang