EMPAT

387 34 1
                                    

[Sudah jatuh, ditimpa tangga]

RENDY RAMADHAN, lelaki itu berdiri di belakang Pak Dori yang sedang mengetuk pintu, yang diatasnya terdapat papan nama dengan tulisan Ruang KepSek.

Sibuk memandang sekitar, Rendy tak sadar saat pintu bergerak terbuka, dan Pak Dori sudah terhempas ke belakang, hampir mengenainya, namun untungnya ia masih sempat menghindar.

"RENDYYYYYYY!!!!!!" Pak Robin yang tak lain adalah ayah kandung dari Rendy itu berlari dan memeluk putra sulungnya erat.

"Aduduh pih, sesek!" Rendy berjingjit, mencoba mengambil napas.

"Ahaha maaf, kangen sih. Udah lama gak ketemu sih, pas ketemunya udah gede gini!" Pak Robin tertawa semari melepaskan pelukannya, membiarkan putranya mengambil napas.

"Sering ketemu, dibilang gak pernah ketemu. Papih sehat?"

"Alhamdullilah."

"Oh, btw... itu kenapa pih? Kok masih botak sih? Kan Rendy udah kasih sampo yang lebih bagus, eh papih malah terus-terusan pake oli!" Rendy mengalihkan pandangannya ke kepala kinclong Pak Robin, "Jadinya rontok kan?!"

Pak Robin mengelus dadanya mencoba sabar, untung anak sendiri.

"Kamu ini ya, sebelas dua belas sama Kate! Kepala bapak terus yang dibully, kasian kan! Udah botak, masa otaknya ikut botak juga sih?!"

Katanya pura-pura marah, sembari memajukan bibirnya dan mengembungkan pipinya.

Rendy tertawa, Kate cewek yang tadi kan?

"Oh iya pih, kelas Rendy dimana ya?" tanyanya mencari topik.

"Awalnya papih ragu mau sekelas-in kamu sama Kate, tapi gara-gara gak ada kelas lain. Yaaa, terpaksa deh."

Rendy manggut-manggut.

"Yaudah, sini masuk dulu. Kita ngobrol-ngobrol. Nanti pelajaran kedua kamu masuk." Pak Robin menarik lengan Rendy, mau tak mau Rendy hanya pasrah.

Mereka berdua pun masuk, dan pintu ditutup.

Disaat itu pula Pak Dori rasanya ingin bunuh diri saja. Dirinya dari tadi terus mendengarkan percakapan ayah dan anak di depannya itu.

Berharap ada yang sadar akan keberadaanya, dan membantunya untuk berdiri.

Namun harapannya pupus sudah, saat dua orang ayah dan anak itu masuk dan menutup pintunya.

Pak Dori membatin, Anak sama ayah sama aja!

OOO

RATU MOLOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang