LIMA

346 34 0
                                    

[Berbeda]

Pak Dori menunduk, masih memperhatikan Kate yang tertidur pulas di tempatnya.

"Capek. Mau tidur dulu, kalau ada perlu, datang aja kemimpi."

OOO

"Nah, disini kelasnya! Kam--"

Tiririring Tiririring

Belum sempat Pak Robin menyelesaikan kalimatnya, ponsel di dalam sakunya berbunyi. Membuat getaran ke seluruh badannya.

Mengambilnya, Pak Robin menoleh Rendy yang menaikan sebelah alisnya. Tau ada telfone, Rendy bertanya, "Siapa?"

"Mami kamu nih, padahal tadi udah nelfone 5 kali."

"Yaudah jangan diangkat."

Pak Robin tersentak, kemudian menepuk dua pundak Rendy bersamaan.

Dengan wajah dramatis ia bilang, "Gak bisa, nanti malem papih gak dapet jatah."

Setelah mengatakan itu Pak Robin berlari menjauhi Rendy, berlari kecil sembari lompat-lompat. Kepalanya yang botak kinclong, langsung memantulkan cahaya matahari.

Rendy langsung memakai kaca mata hitamnya.

Menurunkan kacamata, Rendy menghembuskan napas pasrah. Mencoba untuk mengetuk pintu. Tapi belum sempat mengenai pintu, suara didalam membuatnya mengurungkan niat.

"Pacaran tuh sama anak ff. Temen aja dijaga, apalagi kamu. EAK!!"

"HUUUUUUUUUUUU." semua bersorak.

"Sudah-sudah, lanjut!"

Rendy masih mendengarkan, dan kini ia menempelkan sebelah telinganya ke pintu.

"Saya bu, saya bu!"

"Ya, kamu maju kedepan!"

Lalu terdengar suara langkah kaki berjalan ke depan. Rendy masih setia mendengarkan.

"Saya bukan anak indigo seperti Jesi, tapi saya tau mana temen mana setan."

Rendy takjub, baru kali ini ada kelas yang seru seperti ini.

Pasalnya, disekolahnya. Semua adalah murid kutu buku. Jadi otaknya pada lurus semua. Dan itu menjadi alasan kenapa ia pindah kesini. Meski di luarnya besar, dan sepi. Tapi ia benar-benar tidak menyangka ada keseeruan di dalamnya.

Hingga, sedetik kemudian telinganya dijewer oleh seseorang di belakang.

OOO

RATU MOLOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang