Tears Fall Into Seoul XIV

978 152 33
                                    

Note: Yang bergerak miring adalah percakapan berbahasa Jepang.

Pagi hari dikediaman Minju dan Yujin. Minju bangun tidur dan melihat Yujin yang tidur tanpa atasan dengan tubuh memerah karena gigitan nyamuk. Dirinya juga melihat selimut lebih menutupi kakinya.

Dalam hati Minju, dirinya kasihan melihat orang yang sudah resmi menjadi suaminya itu. Tapi dirinya masih tertanam rasa yang hanya Minju saja yang mengetahui hal tersebut.

Minju terbangun lalu berjalan keluar dari kamar tidurnya dan langsung bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Dirinya memang benci dengan Yujin, tapi dirinya juga memiliki rasa kasihan pada laki laki itu.

Yujin terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang kesakitan juga gatal. Dengan segera laki laki tinggi bertubuh besar itu langsung keluar dari kamar dengan kaos tidurnya lalu berjalan menuju arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, Yujin siap dengan  pakaian militernya karena akan ada pekerjaan yang dilakukan Yujin untuk membantu warga Korea Selatan. Yujin berjalan menuju ruang tengah dan menemukan Minju yang sudah duduk tenang makan sarapan yang dibuat sendiri, juga ada satu makanan lagi untuk Yujin.

"Minju... Selamat pagi!" kata Yujin dengan senyum mengembang duduk dihadapan Minju. Minju hanya melihat Yujin sebentar lalu kembali fokus makan.

"Hari ini, aku mau kerja diperbatasan. Aku usahakan pulang cepet biar bisa bantu kamu" kata Yujin pada Minju.

"Aku mau kerumah eomma!" kata Minju ketus pada Yujin lalu beranjak mencuci piringnya meninggalkan Yujin yang tersenyum karena Minju akhirnya menjawab perkataannya.

Sore hari tiba, seorang laki laki bergerak ke sebuah desa di kawasan Mapo-gu. Dirinya mengabadikan banyak momen warga warga Korea dan Jepang yang sedang berinteraksi.

Dirinya berjalan tanpa sangat asisten yang menemani karena asistennya ditugaskan ke istana untuk mengawal pangeran Korea Selatan menggantikan asisten pangeran yang cuti menikah.

Hwang Yeji, berjalan sebarin mengambil banyak foto sampai dirinya menemukan sebuah tenda. Dirinya berjalan menuju tenda dan menemukan para paramedis sedang bekerja.

Yeji mengambil banyak foto foto disana. Saat mengambil foto, tiba tiba sirine berbunyi dan prajurit Jepang dan Korea berlari berusaha menyelamatkan para warga.

Dengan cepat Yeji menyuruh semua perawat dan paramedis keluar menuju camp militer Korea terdekat. Setelah dirasa semuanya sampai, Yeji segera berlari tapi tangannya ditahan oleh seorang wanita.

"Tuan, dokter kami masih didalam tenda. Tolong selamatkan dia!" kata seorang perawat pada Yeji.

"Kalian tenang disini dan ikuti perintah prajurit Korea Selatan!" kata Yeji yang diangguki oleh yang lainnya.

Yeji segera berlari kearah tenda dan masuk kedalamnya. Seorang dokter wanita sedang belindung dibawah meja. Dengan cepat Yeji menarik tangan dokter wanita tersebut.

"Cepat! Kita harus pergi dari sini!" kata Yeji pada dokter bername tag Choi Jisu itu.

"Tapi, tenda ini banyak obat. Kit--"

"Jika ada obat, tapi tidak ada dokter yang tau takaran dan mengecek kondisi mereka, sama saja sia sia!" kata Yeji lalu kembali menarik tangan Jisu.

Setelah diyakini oleh Yeji, akhirnya Jisu mau untuk mengikuti tarikan tangan Yeji.

Duarrrr!

Ledakan dijatuhkan ke daerah daerah di Korea Selatan. Yeji langsung menarik Jisu untuk berlindung di belakang pohon sambil menunggu bom tidak dijatuhkan lagi di lokasi itu.

"Ini ada apa? Bukannya Jepang dan Korea sudah damai?" tanya Jisu pada Yeji.

"Ini bukan ulah Jepang, ini kelakuan blok Barat" kata Yeji.

Duarrrr!

Bom kembali diledakan membuat Jisu refleks memeluk pinggang Yeji dan Yeji refleks memeluk erat Jisu untuk melindungi wanita itu.

Di desa dalam kerajaan, Yujin langsung berlari dengan pistol ditangannya menuju rumah. Dengan cepat dirinya berlari mencari istrinya.

"Minju! Minju!" panggil Yujin saat sampai didalam rumah. Minju terlihat panik keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri Yujin.

"Ayo kita keluar!" kata Yujin mengulurkan tangannya yang hanya di tatap oleh Minju.

"Percaya sama aku, Minju. Kali ini aja, aku mohon... " kata Yujin memelas. Minju akhirnya menyambut uluran tangan Yujin dan Yujin menggengam erat tangan istrinya lalu membawa Minju lari menuju hutan belakang rumah.

Sampai disana, ternyata ayah dan ibu Minju sudah berada dan berlindung disana.

"Kalau ada suara bom, langsung tiarap dan berlindung. Kalau ada bom dekat kalian, bergerak tiarap didekat pohon, saya akan cepat kembali!" kata Yujin lalu pergi tapi tangannya ditahan oleh Minju.

"Jangan pergi!" pinta Minju memelas pada Yujin.

"Percaya padaku, dan jangan khawatir! Aku harus mencari tentara lain, dan kalau bom sudah reda, istirahat dirumah" kata Yujin tersenyum lalu bergegas pergi.

Pukul 22: 13,sekitar setengah jam semenjak ledakan bom berhenti. Yujin kembali pulang lalu mengunci pintu gerbang.

Yujin masuk kedalam rumahnya dan menemukan Minju baru keluar dari kamar tidur mereka.

"Sudah pulang? Gimana keadaan yang lain?" tanya Minju pada Yujin.

"Semuanya baik, cuma beberapa tentara luka luka. Ini ulah blok Barat. Appa eomma dimana?" kata Yujin menjelaskan pada Minju.

"Mereka sudah tidur dikamar, jadi kayaknya kamu gak bisa tidur didalem" kata Minju.

"Ayo ikut aku, aku mau bicara!" kata Yujin menggandeng tangan Minju. Minju akhirnya pasrah dan mengikuti Yujin.

Mereka berdua duduk di kursi panjang depan rumah mereka. Yujin menatap Minju dengan senyum di wajahnya menampilkan dimplenya, sedangkan Minju menatap Yujin biasa.

"Minju... Hari ini gimana? Apa kamu takut dengan bom?" tanya Yujin pada Minju.

"Aku takut, aku takut dengan bom itu" jawab Minju. Yujin langsung membuka jasnya lalu memakaikannya di bahu Minju agar Minju tidak kedinginan.

"Kamu jangan takut! Aku bakal lindungin kamu dan keluarga kamu, aku janji akan selalu ada buat kamu dan selalu bantu kamu!" kata Yujin tersenyum cerah.

"Yujin, aku minta maaf... Aku belum bisa bilang kenapa aku begini ke kamu, tapi suatu hari aku pasti bilang kekamu" kata Minju pada Yujin.

"Gak perlu Minju! Kenyataan yang bakal kamu bilang, kalau mungkin cinta itu bukan aku dan alasan itu cuma bakal bikin aku makin sakit"

"Kamu punya alasan kamu dalam hati, dan aku cuma punya hati aku yang percaya bahwa kamu adalah istriku dan kamu mencintaiku. Itu sudah cukup buat aku bahagia, lebih dari tau semua hal didunia ini..."

"Saat aku tau kalau kamu mencintai aku dan kamu bahagia dengan apa yang aku usahakan untukmu, aku akan mati membawa hatiku dengan tenang, karena kamu ada disini bahagia bersamaku..."

To be continued...
Back with me again 🐱🐱🐱

Vomments and happy reading! 🐱🐱🐱

Tears Fall Into Seoul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang