Tears Fall Into Seoul XVII

919 148 23
                                    

Note: Yang bercetak miring adalah percakapan berbahasa Jepang.

Yujin terbangun dari tidur siangnya saat sebuah tangan kecil bergerak menjauh dari Yujin. Terlihatlah Minju dengan ekspresi yang sulit diartikan menatap Yujin saat ini.

"Minju sudah bangun? Kamu pasti lapar kan? Aku buatin soup" kata Yujin langsung bangun dan berdiri tapi...

"Yujin! Aku mau mandi dulu... Lengket aku keringetan" kata Minju. Yujin langsung berbalik dan kembali membantu Minju yang masih pusing untuk menuju kamar mandi.

Yujin siapkan pakaian Minju lalu berjalan kedepan kamar mandi lagi untuk memberikan baju untuk Minju. Perutnya sangat lapar saat ini karena dirinya hanya makan setengah mangkuk soup.

Yujin menuju kamar dan merapikan tempat tidur untuk Minju dan mengganti kain tempat tidur yang penuh keringat dengan yang bersih. Setelah Minju selesai mandi, kembali Minju dibawa beristirahat di kamar.

Yujin dengan segera kembali membuat soup ayam lalu menyajikannya pada Minju. Sama seperti sebelumnya, Minju hanya bisa menghabiskan setengah. Setelah makan, Minju minum obat dan suhu tubuh Minju dicek oleh Yujin.

Senyum cerah menghiasi wajah Yujin karena panas ditubuh Minju sudah turun. Dengan segera Yujin menuju dapur agar tidak terlihat oleh istrinya.

Di makanlah sisa soup dari Minju sebagai makan malamnya lalu Yujin mencuci piring dan mengambil jemuran yang sudah kering. Setelah itu, Yujin memasang kain dilubang jendela agar nyamuk tidak masuk.

Setelah memasang kain, Yujin kembali kekamar dan mendapati Minji belum tertidur dan menatapnya kali ini lekat.

"Minju... Kenapa belum tidur? Tidak bisa tidur?" tanya Yujin pada Minju.

"Aku mau jalan jalan" kata Minju agak ketus.

"Tapi kamu masih sakit. Kalau sudah sembuh, aku antar kamu jalan jalan kemana pun! Kalau mau kita ke Busan lihat lihat" kata Yujin tersenyum.

"Aku mau ke tempat perang" kata Minju pelan pada Yujin.

"Kenapa? Mau ngapain kesana?" tanya Yujin dengan wajah bingung pada Minju.

"Aku yakin, suamiku masih hidup disana. Aku mau cari suamiku mau dia sehat, cacat, ataupun mati. Aku mau cari dia" kata Minju membuat Yujin menunduk dan menurunkan senyumnya. Tapi beberapa saat kemudian, Yujin menatap Minju lalu kembali berusaha tersenyum.

"Kamu pasti cinta banget ya sama suami kamu?" tanya Yujin dengan senyum paksa pada Minju.

"Itu kenapa kami menikah. Karena cinta, bukan perjodohan negara" kata Minju. Seperti di todong, Yujin semakin merasakan rasa bersalah dihatinya.

"Minju... Setelah kamu membaik, aku akan bekerja di Seoul. Dan bulan depan, ayahku datang dan aku akan melihat kondisi tempat perang"

"Aku akan berusaha mencari suami kamu dan membawa dia kepadamu. Aku akan berusaha jadi jangan khawatir, dan akan aku kirim orang untuk amankan korban perang atau tentara Korea Selatan dulu, ya?" kata Yujin tersenyum pada Minju.

"Terima kasih, Yujin..." jawab Minju lemas.

"Sama sama, ya. Kamu tidur dan istirahat sekarang, supaya besok bisa lebih baik" kata Yujin yang dijawab anggukan oleh Minju.

"Tapi, kamu jangan tidur seperti tadi. Aku gak nyaman" kata Minju pada Yujin.

"Minju... Aku tidak bermaksud aneh aneh atau macam macam ke kamu. Aku cuma tidur dekat supaya bisa dekat dan kalau kamu butuh apa apa, aku bisa cepet penuhin kebutuhan kamu"

"Kalau kamu memang gak mau aku keliatan atau kamu gak nyaman liat aku setelah kamu bangun, aku akan tidur di kaki kamu supaya saat kamu buka mata kamu gak liat aku kayak tadi. Tendang saja aku kalau kamu butuh sesuatu aku akan langsung bangun... Boleh kan?" tanya Yujin memohon pada Minju.

"Yujin..." kata Minju lemah tapi Minju tidak sanggup berkata apapun.

"Tidak usah dipikirkan. Kamu tidur aja dan istirahat, pasti obatnya buat ngantuk. Tidur ya, aku mau kedepan kunci pintu dulu" kata Yujin lalu beranjak pergi keluar. Minju hanya bisa menatap Yujin lemah lalu memejamkan matanya akibat rasa kantuk dari obat penurun panasnya.

Hwang Yeji dipanggil ke istana karena adanya berita miring. Dirinya ditemukan sedang dalam posisi berpelukan dan tertidur dengan dokter Choi Jisu di hutan pagi hari oleh tentara Korea Selatan dan Jepang.

Keduanya diduga melakukan hal yang tidak tidak oleh para tentara dan di laporkan kepada raja Lee Sian. Yeji langsung memenuhi panggilan dari raja untuk laporan miring itu.

"Hwang Yeji, berita tersebut sudah sampai kebeberapa prajurit Jepang. Apa kamu benar tidur dengan seorang dokter di hutan dalam keadaan bom meledak?" tanya raja pada Yeji.

"Saya hanya melindungi dokter itu karena saat menunggu bom reda, dokter Choi sudah terlelap. Saya tidak tega membangunkan dan akhirnya ikut tertidur karena lelah. Jadi memang benar kita tidur bersama di sana, tapi kami tidak melakukan hal yang tidak sepantasnya" kata Yeji dengan santai.

"Kamu terlihat santai dengan berita miring ini, Yeji" sahut Sian melihat santainya Yeji dalam hal ini.

"Kenapa harus takut? Takutlah kalau berbuat jahat dan takutlah kalau berbuat salah. Saya cuma mengatakan yang sebenarnya dan saya tidak salah, jadi untuk apa saya takut. Mau kita berteriak mengatakan kita tidak bersalah, orang yang jahat akan tetap menyebarkan yang tidak sepantasnya, tapi ketenangan adalah kunci utama menghadapi masalah" kata Yeji.

"Tapi, apa kamu dan dokter itu ada hubungan?" tanya Sian pada Yeji.

"Saya tidak ada hubungan percintaan. Bahkan saya baru bertemu dia pada hari itu. Kalau raja memutuskan saya untuk mengenal dia lebih baik, saya akan menuruti. Karena setelah ini pasti akan ada masalah yang datang pada nama baik saya" kata Yeji pada Sian.

"Kenapa kamu selalu terlihat santai? Kamu juga sepertinya tahu banyak hal? Kami juga sepertinya tidak takut dan berbaik hati pada musuh, kenapa?" tanya raja bingung dengan tamunya ini.

"Sifat manusia hanya dua. Tidak menyukai yang tidak enak dan menyukai yang enak enak saja. Saya santai karena saya tau saya bisa menghadapinya karena saya benar. Saya tau banyak karena saya belajar dari sifat manusia dan bersabar. Dengan bersabar dan ketenangan batin, saya bisa lihat lebih jelas dan tau banyak hal"

"Musuh? Saya tidak merasa memiliki musuh yang kuat untuk saya. Karena musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Manusia akan membiarkan dirinya menang, sebagai contoh disaat kita seharusnya berdoa, tapi kita dirundung rasa malas, kita akan lebih mudah membiarkan diri kita tidak berdoa dari pada memaksa diri kita untuk berdoa. Saya tidak takut dengan manusia, karena saya hanya takut kalau saya membiarkan diri dan ego saya menang" tutur Yeji pada raja.

"Kamu sudah terdengar seperti biksu haha.. Baiklah, saya minta kamu untuk membantu dokter Choi Jisu untuk berkeliling memeriksa orang orang. Kamu juga bisa sekalian mengambil gambar disana" kata Sian pada Yeji.

"Baiklah raja! Kalau begitu saya permisi" kata Yeji pergi dari ruangan raja.

Setelah Yeji keluar dari ruangan, raja lalu membuka sebuah buku kerajaan jaman dahulu. Terdapat gambar wajah seorang laki laki dibuku itu. Juga dibukanya profil penilaian Yeji yang diberikan dari Amerika dan laporan laporan yang beredar dari berbagai pihak.

"Dia seperti tau semua hal, dia ahli menembak terbaik, bahkan semua tembakannya tepat dikepala. Dia bisa menghilang dalam sekejap mata dan berlari secepat kilat. Dia sangat bijaksana dan fotonya sama dengan pangeran Korea 900 tahun yang lalu tertusuk saat perang Goryeo"

"Departemen Amerika bahkan tidak memberikan tanggal lahir dan alamat lengkap Yeji di Amerika. Hanya penilaian yang sangat sempurna, siapa sebenarnya Hwang Yeji?"

Di sebuah tempat di dekat sungai, Yeji berdiri dengan tenang sambil menatap bulan.

"Yeji! Hari ini tim sudah 'membawa' 3 orang. Penyebab kematian dua orang serangan jantung dan satu tertembak" kata seorang laki laki padanya.

"Ryujin, besok kamu akan 'membawa' siapa lagi?" tanya Yeji pada Ryujin.

"Putri kerajaan Korea Selatan, Lee Chaeryeong. Penyebab kematian, racun dalam minuman"

To be continued...
Back again with me 🐱🐱🐱

Ada yang bisa nebak, Yeji sama Ryujin itu siapa?...

Vomments and happy reading!🐱🐱🐱

Tears Fall Into Seoul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang