Note: Yang bercetak miring adalah percakapan berbahasa Jepang.
Serangan bom terjadi malam hari. Wonyoung yang sedang mengalami tanjakan hormon juga masih kecil itu hanya bisa menangis ketakutan lalu berlari keluar rumahnya.
Semua orang berusaha lari mencari tempat aman, tapi Wonyoung hanya bisa menangis sendirian karena tidak tau apa yang harus diperbuat.
Nekko temannya sudah kembali ke asal dan dirinya hanya bisa menangis.
Duarrrrr!
Suara bom kembali membuatnya reflek menutup telinganya dan ketakutan. Wonyoung benar benar bingung dengan apa yang harus dilakukannya selain keluar dan meminta tolong. Tapi saat saat seperti ini, semua orang hanya memikirkan dirinya sendiri.
Wonyoung menangis sampai seorang laki laki datang menggendong tubuh Wonyoung. Dengan cepat laki laki itu membawa Wonyoung ketempat yang aman menuju barrack militer Korea Selatan.
Wonyoung menatap orang yang menggendongnya yaitu suaminya. Dengan sekuat tenaga, suaminya menggendong dirinya dan berlari menghindari bom yang meledak di berbagai tempat.
Duarrrrr!
Hyewon terjatuh saat bom yang berada di dekat mereka meledak. Untung saja Hyewon dengan cepat melindungi istrinya dan menjadi tameng sehingga Wonyoung tidak terkena efek ledakan sedikitpun.
Mau bagaimanapun, Wonyoung dan bayinya adalah prioritas yang ingin diselamatkan nya sekarang. Hyewon dengan sisa tenaga yang ada langsung kembali menggendong Wonyoung dan bergerak menuju barrack militer.
Duarrrrr!
Kali ini serangan bom tidak dapat dihindari oleh Hyewon. Tapi nasib baiknya, dirinya mampu melindungi istrinya. Walaupun kaki kanan Hyewon harus terkena luka bakar yang cukup serius.
Tapi tanpa menyerah, Hyewon berdiri dan mengangkat tubuh istrinya. Dengan peluh menetes karena berlari, menggendong istrinya dan juga menahan rasa sakit, Hyewon berlari sambil menyeret kakinya yang memang sudah sangat sakit dan perih.
Sampai didekat barrack, dirinya melihat Yena dan langsung memanggil laki laki bebek itu dengan tenaga yang tersisa.
"Yena! Yena! Yen--" belum selesai memanggil Hyewon sudah ambruk. Tapi dirinya masih bisa mengendalikan dirinya sehingga dirinya tidak menjatuhkan istrinya ketanah, melainkan menjatuhkan istrinya keatas tubuhnya.
Yena yang melihat itu langsung membantu Wonyoung dan Hyewon. Hyewon yang masih setengah sadar langsung menatap Yena dan Wonyoung.
"Selamatkan Wonyoung... Pergilah... "
"Wonyoung istirahat... Oppa akan menyusul... "
"Selamat tidur!" kata Hyewon lalu tidak sadarkan diri. Yena dengan segera memanggil prajurit yang berada dekat dengannya untuk membawa Wonyoung kepada Hitomi di barrack prajurit perempuan dan menggendong tubuh Hyewon yang sudah tidak sadarkan diri.
Dibawa Hyewon ke klinik dan dokter tentara berkata kaki Hyewon terkena luka bakar serius. Hyewon juga kehabisan banyak tenaga dan kurang makan dan istirahat beberapa hari ini.
Yena yang ingat sesuatu langsung berjalan menuju keloker prajurit Hyewon di barrack militer. Di bukanya loker itu yang ternyata belum sempat terkunci karena saat tau serangan bom, Hyewon dengan cepat berlari kerumahnya mencari istrinya.
Yena membuka loker dan melihat sebuah topeng kucing besar dan baju panjang besar yang pastinya panas jika dipakai. Didalam topeng, Yena juga menemukan buku diary dan beberapa foto wajah Wonyoung yang sedang tersenyum dan juga kegiatan Wonyoung dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Fall Into Seoul (END)
FanfictionLove is the best way to protect our country!