Note: Yang bercetak miring adalah percakapan dengan bahasa Jepang.
Malam hari yang cerah, Lee Chaeryeong sedang asik membaca buku tentang seni bahasa Inggris dikamarnya. Tiba tiba seorang datang wanita mengetuk pintu kamarnya.
Tok! Tok! Tok!
Dibukalah pintu kamar oleh Chaeryeong dan terlihatlah seorang wanita dengan pakaian datang membawakan secangkir minuman untuk Chaeryeong.
"Terima kasih!" kata Chaeryeong lalu mengambil gelas itu. Tapi, sebelum benar benar terambil, seorang laki laki menabrak batu datang tersebut hingga minuman itu terjatuh.
"Maaf! Aku tidak sengaja, sebagai gantinya ini aku baru buat teh. Untuk tuan putri saja" kata laki laki itu pada dayang dan memberikan teh yang dibuatnya pada Chaeryeong.
"Ryujin-oppa! Untung oppa bawa teh baru, kalau enggak Chaer harus nunggu lagi! Haus tau!" kata Chaeryeong kesal. Dayang yang melihat itu langsung pamit undur diri dan pergi.
"Yasudah, biar kamu gak kesel, oppa ajarin kamu bahasa Inggris. Oppa bakalan kasih tau kamu juga, gimana sih Amerika itu" kata Ryujin membuat mata Chaeryeong berbinar.
"Yaudah ayo kita belajar ditaman! Sebentar, Chaeryeong ambil buku dulu" kata Chaeryeong dijawab anggukan oleh Ryujin. Chaeryeong lalu masuk ke kamarnya untuk mengambil buku catatannya.
"Sorry, Yeji! Gue gak bisa biarin putri Korea Selatan mati dulu" gumam Ryujin.
Pagi hari tiba, Yujin akan pergi kekerajaan Korea Selatan karena panggilan dari pangeran. Minju sudah sehat jadi Yujin dapat dengan tenang bekerja meninggalkan Minju seorang diri dirumah.
Pagi harinya, Yujin mendapat amanat untuk melakukan patroli disekitar Seoul bersama Yena. Yujin juga sudah diberitahu soal dirinya akan pergi ke Amerika bulan depan untuk perjanjian penandatanganan kekalahan dan perdamaian.
Yujin dan Yena juga Chaeyeon dan Ryujun melakukan beberapa patroli dan menangkap beberapa pelaku. Prajurit Jepang yang dipimpin oleh Leutnan Honda Hitomi juga berhasil menemukan beberapa pemberontak Jepang dan Korea Selatan.
Akibat hal tersebut, pukul 13:22 KST siang, diadakan rapat di istana soal kabar yang dibawa oleh Chaeyeon, Yujin, Yena, Hitomi dan juga Ryujin yang mewakili Hyewon.
"Pemberontakan ternyata bukan cuma dari warga Jepang! Tertangkap 3 orang pemberontak asal Korea Selatan yang menjatuhkan bom didaerah sekitar beberapa hari lalu. Diduga masih ada yang belum tertangkap" kata Yujin berbicara.
"Kita harus memasang regu penyergapan dari para pemberontak anti perdamaian. Juga melindungi daerah dari serangan bom, karena secara pribadi aku yakin, akan ada serangan lanjutan" kata Chaeyeon.
"Saya akan mengirim tentara ke daerah Busan dan Gwangju besok! Didaerah itu patroli akan saya lakukan segera!" kata Hitomi menambahkan.
Sekitar 45 menit rapat, mereka semuanya keluar dari ruang rapat. Letnan Honda Hitomi terkejut mendapati seorang laki laki menunggu dirinya di gerbang istana.
"Chaewon-khun! Kenapa berada disini?" tanya Hitomi pada Chaewon.
"Aku bosan dan tidak ada kerjaan. Jadi aku mengikutimu. Bagaimana hasil rapat tadi?" tanya Chaewon sambil berjalan menuju mobil prajurit bersama Hitomi.
"Aku akan kirim pasukan ke Busan dan Gwangju. Jadi besok aku akan ke Busan untuk mengamankan tempat dan daerah Gwangju akan dijaga oleh Yena. Ada pemberontakan yang bukan cuma tentara Jepang nakal, tapi pasukan anti perdamaian asal Korea Selatan" jelas Hitomi.
"Aku ikut!" kata Chaewon pada Hitomi.
"Buat apa?"
"Aku tidak mungkin mengatakan aku mau melindungimu, karena kamu adalah Leutnan perang. Jadi apa boleh aku ikut dengan alasan aku bosan di barrack dan ingin ikut dirimu bekerja?"
Chaeyeon menatap seorang wanita yang sedang terlihat bosan didepan kolam sambil melempar lempar makanan ikan. Dengan senyum mengembang, Chaeyeon berjalan kearah wanita itu.
Greppp!
Chaeyeon memeluk wanita itu dari belakang membuat wanita itu tersenyum.
"Saku-chan, bosan? Kok ada disini? Gak main sama anak anak desa?" tanya Chaeyeon pada sang kekasih.
"Anak anak lagi belajar tau! Ini jam mereka sekolah, dan Chae-khun banyak kerjaan. Jadi aku disini main sama ikan" kata Sakura sebal.
Chaeyeon terkekeh lalu mengecup pipi sang kekasih gemas. Bagaimana kekasihnya itu bisa membuat ekpresi lucu yang menggemaskan tapi masih tetap sangat cantik.
"Maaf ya kalau aku sering sibuk. Akhir akhir ini banyak serangan datang, jadi tadi abis patroli ada rapat" kata Chaeyeon.
"Chae, kenapa Wonyoung atau Minju gak disuruh tinggal diistana aja? Kalau Yujin atau Hyewon dah kerja intens kan aku gak kesepian" kata Sakura.
"Aku juga maunya gitu, tapi mereka yang mau rumah sendiri. Kamu taulah soal mereka, mereka minta itu biar semakin deket aja dulu" kata Chaeyeon yang akhirnya dijawab anggukan mengerti oleh Sakura.
"Kalau kamu kesepian, besok siang sebelum dokter Choi Jisu berangkat ke Gwangju, kamu aku anter cek kesehatan terus tanya tanya soal kesehatan" kata Chaeyeon.
"Apa hubungannya coba cek kesehatan sama kesepian?" tanya Sakura tidak mengerti pada kekasihnya.
"Kita cek kesehatan, juga program supaya kita bisa punya anak. Kita cek barengan, kalau punya anak pasti kamu gak kesepian lagi. Kan-- awww!" ucapan Chaeyeon terpotong karena tangan lembut memukul bahunya tiba tiba.
"Gimana bisa kami bicarain anak! Kita aja belum nikah!" kata Sakura kesal tapi dengan wajah memerah pada Chaeyeon.
"Mau nikah? Kapan? Besok? Atau nanti malem?" tanya Chaeyeon yang membuat pukulan kembali mendarat di bahunya.
"Kamu kira gampang nikah! Kamu harus lamar aku dulu, minta ijin oto-san sama oka-sanku! Siapin acara! Kamu mah bicara asal jeplak" kata Sakura sebal.
"Tapi bener loh..." kata Chaeyeon melepas pelukannya dari Sakura Kali berjalan kehadapan Sakura dengan sekuntum bunga teratai yang masih menguncup tengahnya luarnya sudah mekar karena dibuka paksa satu satu oleh Chaeyeon.
"Sakura hime-san! Kekkon shite kuremasen ka? (Putri Sakura, maukah game Monika denganku?)" kata Chaeyeon serious menatap mata Sakura.
Sakura menatap Chaeyeon yang terminate serius walaupun keliatan tidak modal karena memakai bunga teratai yang dipaksa mekar luarnya untuk melamar dirinya. Sakura mengangguk lalu mengambil bunga yang disodorkan sang pangeran.
"Kamu mah ngelamar apaan! Orang ngelamar pake cincin, ini bunga teratai. Mana dipaksa mekar lagi luarnya yang dalem masih kuncup" kata Sakura.
"Siapa bilang gak pake cincin? Coba buka tengahnya yang masih kuncup" kata Chaeyeon. Sakura yang kebingungan langsung membuka tengahan bunga yang masih kuncup lalu menemukan cincin permata didalamnya.
"Aku tau aku bukan pangeran hebat karena negeriku sendiri belum baik, aku bukan laki laki hebat karena pernah membuat putri Sakura sebagai wanita penghibur dan meminta 'Jugun Ianfu' sebelumnya, tapi ijinkan aku menjadi suami yang sempurna dan ayah yang sempurna untukmu dan anak anak kita"
"Alasanku memilih bunga teratai karena bunga itu adalah simbol dari Buddha. Dulu ayah Sang Buddha takut pada 3 hal karena tidak mau anaknya menjadi Buddha, yaitu orang tua, orang sakit dan orang mati dan itu juga membuatku takut"
"Tapi saat bersamamu, aku tidak takut lagi, karena aku tau aku akan tua bersamamu, aku akan sakit untukmu dan aku akan mati dengan tenang karena kamu, karena aku mencintaimu dalam..."
To be continued...
Back again with me 🐱🐱🐱Sorry kalau banyak typo, autocorrect so so damn makes me crazy...
Vomments and happy reading!🐱🐱🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Fall Into Seoul (END)
Fiksi PenggemarLove is the best way to protect our country!