Note: Yang bercetak miring adalah percakapan berbahasa Jepang.
Sehari sebelum keberangkatan. Pukul 22:13 KST malam, seperti janji Yujin, Yujin pulang kerumahnya dengan Minju.
Yujin sampai kedepan rumah mereka dengan wajah sedih, entah karena perlakuan Minju atau sedih karena harus pergi. Entah apa itu, yang jelas Yujin merasa bahwa hari ini mungkin hari terakhirnya bisa melihat Minju.
Tok! Tok! Tok!
Yujin mengetuk pintu rumahnya sambil membawa barang barang berat yang ia ambil sebelumnya dari barrack militer Jepang. Yujin berencana untuk menginap di rumahnya hari ini, mungkin dirinya tidak bisa menginjakan kakinya untuk waktu yang lama kerumah ini.
Setelah perundingan dengan Chaewon, Yujin semakin yakin dengan kepergiannya. Mungkin kebahagiaan bukan berpihak padanya, dan dirinya memang harus berjuang untuk negaranya dan menyerah pada istrinya...
Pintu terbuka dan menampakan Minju yang menatap Yujin dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Bagaimana kabarmu? Apa kamu makan banyak?" kata Yujin tersenyum sambil mengusap usap kepala Minju. Hari ini, Yujin bertekad memberanikan diri dan mencoba pada istrinya untuk meminta pada istrinya.
"Aku baik, kenapa datengnya malem banget? Gak dari sore?" entah apa yang ada dalam pikiran Minju bisa berkata seperti itu pada suaminya.
"Aku harus packing dan urus banyak kerjaan. Yasudah, ayo kita masuk!" kata Yujin membawa Minju masuk lalu mengunci pintu.
Mereka menuju kamar, seperti biasa Yujin langsung meletakan barangnya ke lantai lalu berbaring dibawah. Minju langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur dan memunggungi Yujin.
Yujin berbaring tanpa menutup matanya. Dirinya menatap istrinya yang tertidur memunggungi dirinya.
Minju enggan menatap Yujin saat ini, ada perasaan tidak enak saat tau Yujin akan pergi. Entah perasaan apa, tapi Minju sedang tidak ingin saja untuk mengetahui bahwa dirinya tidak bisa bertemu Yujin.
Seminggu ditinggal, Minju bangun dari tidur dan menatap karpet bawah kasurnya dan tidak menemukan Yujin yang biasanya tidur dibawah lalu menceritakan hal hal yang menurut dirinya tidak penting.
Bangun pagi, makanan tidak tersedia di meja makan. Biasanya Yujin sudah memasak masakan Jepang, entah Teriyaki, Soup Mugwort atau sayuran.
Minju mengurus rumah, menyapu dan mencuci pakaian. Dirinya menatap seragam militer Yujin yang terbakar dibagian lengan saat menyelamatkan Minju. Tertulis name tag bernama 'Miyawaki Eugene' disana dan ada bekas darah diseragam itu.
Saat mengambil Mugwort, Minju menatap ke sampingnya dan membayangkan pertemuan pertamanya dengan Yujin. Dirinya melihat perbedaan Yujin yang dulu tengil dan hobi menggodanya sekarang terlihat takut untuk membuatnya marah dan selalu bersabar sambil mengumbar senyum manis yang sangat jarang ia balas.
Sedang memikirkan banyak hal, Minju merasakan seseorang naik keranjangnya lalu memeluk tubuhnya dari belakang. Biasanya Minju akan berbalik dan menendang orang itu agar jatuh kebawah, tapi kali ini dirinya tidak sanggup berbuat apapun karena pikirannya menyuruhnya menendang orang dibelakangnya tapi tubuhnya seperti enggan melakukannya.
"Aku minta maaf atas semua yang pernah kulakukan padamu. Aku adalah penjajah, karenaku kamu kehilangan suamimu dan kamu tidak bahagia bersamaku"
"Aku bukan laki laki yang baik, aku tau itu. Aku tidak minta banyak, aku hanya ingin merasakan benar benar dilihat sebagai suami dari orang yang aku cintai, itu alasanku berusaha keras padamu"
"Tapi, saat kamu terlihat malu mengakuiku sebagai suamimu, aku tidak akan memaksamu. Karena dalam hatiku, kamu tetaplah istriku, dan aku sudah bahagia untuk menyimpannya sendiri untukku"
Mendengar itu, Minju membalikkan tubuhnya dan kini menatap dengan jelas dan dekat wajah suaminya untuk pertama kalinya. Minju menatap Yujin dengan tatapan yang sulit diartikan saat ini.
"Kenapa? Kenapa kamu terus sabar ke aku? Kenapa kamu gak pergi ninggalin aku, Jin?" tanya Minju memberanikan diri.
"Aku cuma mau bersama dengan orang yang aku cintai untuk waktu yang lama. Selama mungkin dengan kesempatan yang aku punya, aku ingin melihat kamu bahagia dan tidak bersedih karena kehilangan suami kamu. Tapi malah bersamaku, kamu merasa penderitaan lebih, aku minta maaf..."
"Kamu bilang kalau kamu orang jahat karena membuat hatiku sakit, jangan pernah bilang kamu orang jahat. Karena kamu bukan orang jahat, kamu orang baik yang berhasil membuatku bahagia dan merasa memiliki sesuatu yang berharga di Korea Selatan. Walaupun kebahagiaanku sangat tipis, tapi aku bahagia bisa merasakannya karena kamu" kata Yujin pada Minju.
"Besok kamu pergi lama, aku cuma mau pesen kamu kembali! Kamu harus kembali kesini liat anak kamu, kamu harus tanggung jawab sama dia" kata Minju pada Yujin.
"Karena kamu pergi lama, hari ini aku bakal kabulin permintaan kamu. Apapun kamu suruh aku, akan aku lakuin buat kamu" kata Minju tiba tiba. Yujin menatap Minju dengan tatapan yang sulit diartikan saat ini.
"Apa kamu mau kita berhubungan kayak suami istri? Mau aku romantis ke kamu? Kamu bilang ke aku" kata Minju membuat Yujin tersenyum.
"Permintaan aku ke kamu, agar kamu bahagia. Aku minta kamu bahagia, itu permintaan satu satunya dariku untukmu" kata Yujin.
"Aku tidak pernah minta kamu untuk memperlakukan aku dengan romantis. Aku tidak minta melakukan hubungan intim sama kamu, kamu tau kita sama sama mabuk hari itu. Aku ingin kamu yang minta itu sendiri ke aku, tapi aku tau itu tidak mungkin. Jadi aku sudah bahagia dengan melihat kamu memarahiku, mengusir ku, atau menceritakan tentang suamimu, aku senang kamu bahagia dengan melakukan itu... " kata Yujin pada Minju.
"Apa kalau aku yang memulai, kamu akan membalas?" tanya Minju pada Yujin.
"Hmm?" Yujin menatap Minju tidak mengerti dengan maksud wanita itu.
Dengan segera Minju menempelkan bibirnya dengan bibir Yujin. Bukan main terkejutnya Yujin dengan perlakuan istrinya saat ini. Dengan cepat, Minju memulai menggerakan bibirnya agar dibalas oleh Yujin. Seperti keinginan Minju, Yujin membalas ciuman itu dengan lembut.
Yujin menikmati setiap waktu bersama istrinya. Walaupun dirinya tau, ciuman ini dilakukan Minju karena dirinya harus pergi lama besok hari, Yujin masih bahagia dengan apa yang terjadi dihidupnya. Bertemu dan mencintai Minju, menjadi pangeran dan menjatuhkan harga dirinya untuk istrinya. Ditampar dan terkena ledakan, di usir bahkan dibentak untuk pergi dari hidup istrinya, semuanya adalah anugerah terbesar bertemu dengan istrinya bagi Yujin.
Ciuman mereka terhenti, Minju melepaskan bibirnya terlebih dahulu lalu menatap Yujin.
"Saat aku pergi nanti, kamu harus berbahagia. Aku akan mengabulkan permintaan terakhirmu untuk kembali dengan suamimu, dan untuk pergi dari hidupmu. Entah aku kembali atau tidak nanti, aku akan tetap pada prinsipku untuk menjagamu dan aku bahagia melihatmu" kata Yujin pada Minju.
"Peluk lah aku tidur malam ini. Dan besok kamu pergi, dan pastikan bulan depan atau mungkin tahun depan, kamu harus kembali padaku. Rawat anakmu, tanggung jawab padanya!" kata Minju lalu mengeratkan pelukannya dipinggang Yujin.
Yujin tersenyum senang mendapatkan hal ini dari istrinya yang bahkan tidak pernah diharapkan terjadi karena tidak mungkin baginya.
"Aku mencintaimu... Sangat mencintaimu... Istriku"
To be continued...
Back again with me 🐱🐱🐱Udah ya disadarinya....
Kasihlah si Ujin seneng dulu...
Vomments and happy reading! 🐱🐱🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Fall Into Seoul (END)
FanfictionLove is the best way to protect our country!