~Simpati merupakan emosi terdekat dengan cinta~
💉
❤️"Munaroh ... Abang pulang!" Ucup bernyanyi sambil melepaskan tasnya kemudian berlari memasuki kamar rawat Khanza. Bukannya salam, justru menyanyi.
"Aduh, Mak, Bang Ocit pulang, tuh, Mak," balas Nia sok kaget sambil mengadu pada Anggi, seolah-olah Anggi itu ibunya Ucup, sedangkan Khanza terkekeh geli melihat drama temannya itu.
"Tanam tebu ditanam ... tanam di tanah Deli. Rinduku siang dan malam padamu kekasih." Ucup kembali bernyanyi, seolah-olah merayu Nia.
"Burung terbang melayang, terbangnya dari Jawa. Hatiku cemas dan bimbang, takut tak berjumpa," balas Nia sambil memutar badannya.
"Hoi! Ngapain buat drama di rumah sakit? Laknat banget teman-teman gue ini," cibir Anggi.
Posisi mereka sekarang di ruang rawat Khanza. Sekitar satu jam yang lalu Khanza dilarikan ke rumah sakit karena suhu tubuhnya hampir mencapai 39°C. Hal itu membuat Azka dan Aulia nekat melarikannya ke rumah sakit, meskipun ditolak oleh Khanza.
Sekitar lima belas menit yang lalu Anggi dan Nia datang menjenguk selepas piket pagi karena kebetulan juga rumah sakit tempat Khanza dirawat tak lain rumah sakit tempatnya prakerin, sedangkan Azka dan Aulia pamit pulang untuk mengurus kebutuhan yang mungkin mereka butuhkan selama Khanza dirawat, karena Aulia buru-buru sehingga tak sempat menyiapkannya tadi.
"Aku tak menyangka Abang akan kembali," lanjut Nia bernyanyi tanpa memedulikan ucapan Anggi. Kali ini ia mencolek dagu Ucup yang membuat Khanza semakin terbahak-bahak.
"Munaroh ... oh, Munaroh. Sambut aku datang dengan senandung lagu Melayu," balas Ucup sambil merentangkan tangannya.
Putra dan Kevin yang baru saja masuk dikagetkan dengan suara tawa Khanza, selain itu mereka menatap aneh ke arah dua sejoli yang entahlah sedang apa. Tanpa kata, mereka duduk di samping Anggi.
"Munaroh ... oh, Munaroh. Aku tak menyangka kiranya dirimu telah berdua," lanjut Ucup sambil membelai muka Nia.
"Lama kutunggu-tunggu, tiada kabar darimu. Ayah dan Ibu menjodohkanku," balas Nia sambil menggenggam tangan Ucup, membuat tawa mereka pecah.
"Sungguh aku tak percaya, kukira engkau setia. Akhirnya kupulang jadi kecewa." Ucup melepaskan genggaman tangan Nia lalu menjauhkan tubuhnya. "Siri banyak daunnya hidup numpang di batang, kekasihku yang tercinta jadi milik orang," lanjut Ucup sambil terus menjauh dari Nia kemudian memungut kembali tasnya.
"Ke mana kubawa hati yang terluka. Ke mana kubawa jiwa yang merana," lanjut Ucup kembali.
"Udah, woi! Lupa liriknya," ucap Nia tanpa dosa ketika Ucup sudah benar-benar menyesapi lirik lagu.
"Aish! Enggak asik banget. Pas lagi seru-serunya juga," omel Khanza.
"Lupa lirik, Say. Sumpah, ya, nih, lagu favorit emak gue banget," ucap Nia menggebu-gebu.
"Sama. Emak gue kadang nyetel ini lagu kalau beres-beres rumah," timpal Anggi.
"Lha, bedah kelas sama emak gue. Emak gue pas lagi beres-beres rumah malah nyalain lagu-lagu klasik. Rasanya gue pas bangun kayak di istana, udah gitu emak gue babunya," timpal Kevin membuat mereka terbahak-bahak.
"Untung si sultan nge-booking ruangan ini. Udah pasti kedap suaranya. Kalau enggak, beh, bisa diserang satu rumah sakit," ucap Ucup sambil menyilangkan kedua tangannya di kedua bahunya, seolah-olah ngeri membayangkannya.
"Drama apa lagi ini, Miskah? Gue geli lihatnya." Putra berbicara sambil terkekeh.
"Entahlah, Masha. Aku tak tahu," balas Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...