L.I.P 8

16 3 4
                                    


Helen sudah menyiapakan sarapan untuk dirinya dan juga dennish suami yang tak menganggap dirinya. Helen menghela nafas memikirkan alasan apa yang akan dipakainya untuk meminta izin kepada dennish sementara diwaktu lalu dennish marah besar sewaktu meminta izin kepada dennish untuk bekerja.

"bagaimana ini, apa yan harus kukatakan". Helen mondar mandir dihadapan meja makan tanpa menyadari kehadiran dennish yang menatapnya heran sedari tadi.

"ehmm". Deheman itu membuatnya semakin mondar mandir tanpa melirik kekanan dan kiri karena terlalu focus dengan pikiran nya yang sedari malam mengganggunya.

"aku harus bagaimana". Teriaknya. Mengusap wajahnya pelan.

"HELEN". Dan pangilan itu seketika menghentikan aktivitasnya. Helen kaget luar biasa dan menoleh dimana sosok dennish berdiri dan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"kk,kka kkak, kakak". Ucapnya terbatah. "sejak kapan kakak berdiri disitu". Lanjutnya masih syok.

"sejak kamu mondar-mandir dan berteriak seperti orang hutan". Jawab dennish menghiraukan Helen yang masih terbengong. Dennish melangkahkan kakinya menuju kursi tempat biasanya menghabiskan makanannya. Helen hanya menunduk menertawakan kebodohan yang telah dilakukaknnya tanpa sengaja dihadapan suaminya sendiri.

"maafkan Helen kak". Jawabnya dan ikut duduk bersama dennish menikmati sarapan yang telah dia sedikan untuk dirinya dan suaminya. Hening saat makan karena Helen masih asyik dengan pikirannya yang tak tahu harus berkata apa kepada suaminya. Helen tidak mungkin juga langsung bekerja begitu saja tanpa meminta izin dari suaminya.

Karena jika itu terjadi maka yang ada dennish akan marah besar dan akan berakibat fatal dengan perusahaan ayahnya. Tapi jika dennish tetap tidak memberinya izin maka jalan satu-satunya adalah bekerja secara diam-diam dan setelah dennish berangkat kerja iapun akan berangkat dan sebelum dennish pulang kerja maka iapun akan pulang dengan begitu dennish tidak akan tahu bahwa ia bekerja.

PRANG. Helen tersentak kaget saat mendengar bantingan sendok diatas meja makan yang terdengar begitu nyaring.

"ada apa kak". Tanya Helen polos.

"apa yang membuatmu berpikir begitu kerasanya". Tanya dennish menatap tajam.

Helen menggeleng dan menunduk merasa dennish mengetahui apa yang sedang dalam pikirannya. "katakan Helen". Dan Helen menghela nafas frustasi.

Helen mendongak menatap mata tajam nan hangat menurut Helen yang sedang menatapnya. "aku takut kak dennish malah akan memerahiku jika mengatakan hal itu kepada kakak". Ucap Helen.

"dan aku akan lebih marah ketika kamu tidak mengatakannya padaku dan malah menyembunyikannya". Helen mengangguk pasti mendengar jawaban dennish.

"begini kak, Helen di..di..di". Helen malah mengehentikan kalimatnya.

"di apa Helen". Bentak dennish yang merasa Helen bertel-tele mengatakan sesuatu kepadanya.

"Helen di terima kerja kak". Ucap Helen langsung setelah bernafas panjang. Tak ada jawaban dari dennish yang ada dennish malah menatapnya semakin tajam dengan rahang yang mengeras. "Helen tahu kakak akan marah dan tak memberikan izin untuk Helen tapi Helen mohon kak, helen bahkan berjanji tidak akan mempermalukan kakak, Helen janji kak". Lanjut Helen mengiba kepada suaminya.

"dan ketika kamu tahu akan hal itu kenapa kamu masih berani berharap untuk mendapatkan izin dariku". Bentak dennish menghentakkan jemari halus Helen yang memegang jemarinya tanpa dia sadari.

"karena Helen perlu izin kakak, dan pekerjaan ini adalah impian Helen sejak dulu kak". Jawab Helen.

"kamu betul-betul keras kepala". Jawab dennish kemudian berdiri meninggalkan Helen.

Love Is PunishmentWhere stories live. Discover now