Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.
[QS. Al-Ahzab (33) ayat 21]
Pada abad ke-enam, terdapat sebuah daerah kering kerontang nan tandus yang terletak diantara benua Asia dan Afrika. Ia adalah sebuah gurun yang dihuni oleh beberapa manusia. Gurun itu membentang dari selatan Yaman sampai ke utara Yordania. Di sana terdapat suatu bangsa yang menghuni daerah tandus itu. Bangsa itu berwatak keras, suka bermabuk-mabukan, hobi berperang, gemar berzina, serta sering berjudi, dll. Bangsa itu oleh orang disekitarnya dan oleh diri mereka sendiri disebut sebagai bangsa Arab. Secara etimologis, Arab itu berarti padang pasir yang gersang.
Gurun jazirah Arab yang diapit oleh benua Afrika dan Asia itu merupakan sebuah tanah yang tak beruntung. Tanahnya sangat tandus karena saking keringnya tiada air. Daerah itu memiliki sedikit sekali sumber daya alam dan sumber daya manusia. Oleh sebab kemiskinan dan ketidakberuntungan yang ada dalam daerah itu, sampai-sampai membuat dua kerajaan besar yaitu Romawi dan Persia yang mengapit jazirah itu tidak sudi untuk menguasai dan menaklukkannya. Untuk apa menguasai sebuah daerah yang tandus dengan di tambah penduduknya yang berwatak keras dan sulit diatur? Tak ada untungnya. Begitulah kira-kira gambaran tentang kehinaan daerah itu.
Akan tetapi, semua keadaan tersebut berubah dengan pesat ketika datang kepada mereka, seorang Nabi yang membacakan wahyu dari Tuhan kepada mereka, untuk menunjukkan jalan hidup yang benar karena selama ini, bangsa tersebut telah jauh dari tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Akhirnya, dengan wahyu itu, peradaban bangsa Arab pun meningkat. Bahkan bukan hanya bangsa Arab yang merasakan kemajuan peradaban itu, tapi bangsa-bangsa di sekitarnya pula. Karena, kedatangan Nabi tersebut bukan hanya untuk orang Arab, melainkan untuk seluruh umat manusia.
Nabi itu adalah Muhammad saw. Beliau meniti karir sebagai Nabi sekaligus Rasul ketika Jibril mendatanginya di sebuah gua yang tak jauh dari kota Makkah, gua Hira.
Semua itu berawal dari kegelisahan Muhammad saw. ketika melihat bangsanya melakukan kerusakan di muka bumi. Kejahatan ada di mana-mana, berjudi, mabuk, perang, berzina, mengubur anak perempuan hidup-hidup, dll. Semua hal itu dilakukan oleh bangsa Arab khusunya penduduk kota Makkah. Muhammad saw. pun menjadi gelisah, tapi dia belum bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menyendiri di gua Hira dalam rangka untuk merenungi segala kerusakan yang terjadi pada masyarakatnya sekaligus memikirkan tujuan penciptaan manusia supaya jelas bahwa apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya itu telah melenceng dari tujuan awal mula penciptaan manusia.
Perenungan itu selalu Muhammad saw. lakukan hingga dirinya menginjak umur empat puluh tahun. Pada saat perenungannya di usia itu, datanglah seorang malaikat bernama Jibril yang membawa wahyu dari Tuhan untuk menyuruh Muhammad saw. membaca. "Bacalah!" begitu kata Jibril. Muhammad saw. pun menjawabnya "Namun aku tak dapat membaca." Jibril pun mengulangi perintah itu tiga kali, dan begitu pula dengan Muhammad saw. mengulangi jawaban yang serupa tiga kali. Akhirnya Muhammad pun bertanya : "Apa yang harus aku baca?", Jibril pun menjawab dengan membacakan wahyu pertama untuk Muhammad saw.
Surah Al-Alaq (96) : 1-5
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertidur Dalam Kemunduran Islam
SpiritualUmat Islam yang di dalam Al-Quran sendiri disebut sebagai umat terbaik kini menjadi tidak terbaik. Di mana-mana umat Islam dapat merasakan kemunduran yang mereka jalani. Lantas kapan umat Islam akan bangkit sebagaimana pada masa keemasannya dulu? Ka...